Cerita UMKM Jatim, Menerjang Ambang Kebangkrutan Lewat Pasar Digital

Surabaya, IDN Times - Deru mesin bordir, vakum, hingga pencetak resi beradu dalam satu ruangan besar. Busa dan kain bertumpuk-tumpuk memenuhi ruangan. Di sudut lain, busa dan kain yang bertumpuk itu telah berubah menjadi kasu-kasur cantik, berjajar, bertumpuk dan siap dikemas. Semua orang di ruangan itu sibuk dengan pekerjaan mereka. Ada yang menjahit, memotong busa, merekatkan busa dengan kain menggunakan lem, membungkus busa menjadi kasur, memvakum, hingga mengemas kasur menjadi sebuah gulungan yang bisa masuk dalam sekotak kardus.
Di ruangan lain, masih dalam satu kawasan yang sama, seorang perempuan berbicara di depan layar handpone yang diletakkan di stand holder. Ia luwes menerangkan contoh produk yang ada di tangan. Sesekali perempuan itu berinteraksi menjawab beberapa pertanyaan yang keluar dari kolom komentar. Ia juga mengajak penoton mengecek produk di keranjang. “Jadi ini ya kak, bahan kasur kita, segera checkout ya kak,” kata perempuan itu. Kesibukan itu adalah aktvitas sehari-hari di pabrik kasur milik Vincentius Leonardo (28). Ia tampak antusias menjelaskan proses demi proses pembuatan kasur di pabriknya. Ia juga sangat antusias menerangkan studio kecil tempat pegawainya berinteraksi dengan ribuan pembeli dari berbagai pelosok negeri. Matanya berbinar, terharu dengan apa yang ia capai. Matanya semakin berbinar kala Vincen menunjukkan mesin resi yang terus berjalan.
“Satu hari bisa lebih dari seratus resi,” ungkap Vincen yang merupakan Director PT Gerongan Surajaya, perusahaan perlengkapan rumah tangga di balik merek Trendy, Senin (28/4/2025).
Vincen tak pernah menyangka, akhirnya pabrik warisan sang ayah yang dulu berada di ambang kebangkrutan, bisa kembali berjaya. Dia adalah salah satu penyelamatnya. “Jadi usaha ini awal berdiri dari tahun 1990 masih di zaman papa nama mereknya Trendy, zaman kakek masih home industry, bikin kursi lipat habis itu bikin spring bed,” ujar Vincen.

Masih jelas diingatkan Vincen pada 2003 silam, ketika sang ayah jatuh sakit. Usaha spring bed yang menjadi satu-satunya tumpuan hidup mereka harus berada di ujung tanduk. Ditambah konflik internal yang membuat usaha ini semakin merosot. Belum lagi bencana lumpur Lapindo pada 2006 lalu, membuat akses pabrik di Pasuruan ke Surabaya semakin sulit. Satu per satu pabrik terpaksa tutup. Utang di mana-mana, hingga mengorbankan rumah sebagai penjamin di bank agar karyawan tetap dapat upah.
“Dulu itu menjalankan 11 pabrik di Surabaya dan Pasuruan. Tahun 2008 sempat banyak yang tutup, omset turun, persaingan banyak, pabrik aset banyak yang dijual dan kena Lapindo, waktu itu perjalanan Pasuruan ke sini 5 jam,” kata Vincen mengenang masa-masa sulit.
Tak ingin berpangku tangan, Vincen dan kedua saudaranya Stephanie Maria Angeline, serta Antonius Bernard bertekad bangkit dari keterpurukan. Ia memberanikan diri mengambil alih usaha sang ayah. 2016 lalu, mereka yang duduk di bangku kuliah terpaksa harus memikul amanah dari sang ayah untuk membangunkan usaha yang sempat tertidur lama. Tongkat estafet beralih ke pundak mereka, Stephanie Maria Angeline sebagai Digital Marketing Director, Antonius Bernard sebagai Managing Director, dan Vincentius fokus pemasaran.
Tongkat estafet yang mereka jalankan jauh dari kata mudah, tiga bersaudara ini dapat peninggalan utang, pasar yang hilang hingga banyaknya pesaing. Beruntungnya, sang ayah telah memberi mereka bekal ilmu menjahit, teknikal mesin pabrik hingga edit foto sederhana untuk pemasaran produk. “Tahun 2016 itu susah banget, kita mulai dari minus,” ungkap Vincen.
Pelan-pelan ketiganya mulai telaten menjalankan usaha. Mereka terjun langsung, datang dari toko ke toko untuk menawarkan produk. Tak jarang, produk yang mereka tawarkan kerap dapat penolakan. “Waktu itu saya nyeles ke toko-toko sempat ditolak, nama Trendy waktu itu sudah gede, tapi sempat redup,” jelas dia. Tiga bersaudara ini mulai merambah pasar digital. Lokapasar atau e-commerce yang mereka jejaki pertama adalah Shopee. Stephanie yang merupakan lulusan desain grafis pun bertugas membuat foto produk sederhana untuk dipajang di toko digital.
Sampai pada 2018 lalu, ketelatenan mereka berbuah manis. Produk mereka mulai laku di Shopee. Sedikit demi sedikit, penjualan secara online sudah dapat menghidupkan kembali perusahaan. Bahkan, di tahun 2019 produknya telah merambah pasar internasional. “Tahun 2019 kita sempat ekspor, masih ke pasar Asia dan Australia,” kata Vincen.
Sayangnya, tahun 2020 badai pandemik COVID-19 menerjang. Usaha mereka kembali tiarap. Penjualan toko offline dan online merosot, bahkan sampai minus. “COVID-19 tahun 2020 selama 7 bulan gak ada orderan. Kita juga putar otak, waktu COVID-19 kita punya visi tidak mau PHK dan untungnya tercapai. Karyawan sekalipun nggak pernah demo, karena di sini kita kekeluargaan,” ungkap dia.

Beberapa bulan kemudian, keberuntungan datang dari arah yang tak terduga. Mereka mendapat pesanan dari pemerintah untuk kasur rumah sakit COVID-19. Bertahap kondisi perusahaan mulai naik kembali. Karena banyaknya pesanan, mereka memutuskan menutup sementara toko online di Shopee. “Untungnya Tuhan kasih jalan, akhir tahun 2020 dapat proyek (permintaan kasur) banyak sekali, seminggu minta dua ribu unit untuk rumah sakit COVID-19 dari Kodam, dari Batam, Palu dan untuk kapal apung. Ada juga dari luar negeri. Akhirnya kerugian 7 bulan itu hampir tertutup dan kami investasi beli mesin vacum,” tutur Vincen.
Vincen kemudian menyadari, pesanan kasur dari pemerintah ini tak akan berlangsung lama. Sebab, nantinya pasti badai pandemik akan reda. Ia kemudian menghidupkan kembali toko di Shopee yang sempat mereka tutup selama satu bulan. Pelan-pelan toko digital mereka mulai kebanjiran pesanan. Bahkan, penjualan melalui Shopee lebih banyak dari pada toko offline. Peningkatan melalui toko digital pun naik signifikan. “Awal buka pada Maret 2020 itu omsetnya Rp1-2 juta, terus pada November 2020 naik Rp60 juta, Desember naik lagi Rp80 juta,” terangnya. Tak mau berpuas hati, tiga bersaudara ini terus berusaha mengembangkan bisnis. Berbagai pelatihan yang digelar Shopee pun mereka ikuti. Toko online terus diperbaiki.
Kini, mayoritas produk mereka terjual melalui Shopee. Satu hari mereka bisa mendapat ratusan orderan dari hanya melalui toko digital. “Penjualan Year on year naik dua kali lipat, 2022 menyentuh miliaran per bulan under Rp10 miliar dari tahunsebelumnya naik dua lipat. Barang 3.000 resi per bulan. 1 hari minim 100 resi,” ungkapnya.
UMKM milik Vincen bersaudara ini merupakan salah satu penopang ekonomi di Jawa Timur. Sebab berdasarkan data Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Mengah (UKM) Provinsi Jawa Timur, 59 persen ekonomi Jatim ditopang oleh UKMK. “Kontribusi yang relatif besar disumbang oleh UMKM terhadap perekonomian Jawa Timur ini membuktikan bahwa tulang punggung ekonomi Jawa Timur adalah UMKM,” ujar Kepala Dinas Koperasi dan UKM, Endy Alim kepada IDN Times, Kamis (29/5/2024).
Endy menyebut jumlah UMKM Jatim di 38 kabupaten/kota pada tahun 2022 sampai dengan 2023 telah mencapai 1,5 juta. Kemudian meningkat 2,5 juta pada tahun 2024. “Daerah dengan jumlah UMKM yang relative banyak lebih dari 100 ribu yaitu di Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Malang, Jember, Banyuwangi, Jombang, dan Lamongan,” ujar Endy.
Dari hasil pendataan yang telah dilakukan Pemprov Jatim, sekitar 133 ribu lebih UMKM telah memanfaatkan e-commerce sebagai metode pemasarannya. Platform yang digunakan tentunya bermacam- macam sesuai dengan kebutuhan dan target pasar masing-masing UMKM. “Ada yang lebih nyaman menggunakan platform e-commerce yang sudah familiar dikenal oleh pasar. Mungkin ada juga yang lebih mudah menggunakan whatsapp business dan lain sebagainya,” jelas ia.

Endy menyebut, UMKM yang semakin melek digital akan sangat berdampak terhadap berkembangnya UMKM tersebut yang selanjutnya akan berdampak pada kinerja perekonomian secara umum. Ini tidak hanya terkait dengan pemasaran online saja, namun juga terkait dengan pencatatan keuangan yang telah memanfaatkan digitalisasi. “Dengan pemanfaatan digitalisasi, jangkauan pemasaran produk UMKM akan semakin luas dan borderless (tidak mengenal batas kewilayahan),” terang dia.
Dalam upaya meningkatkan UMKM, Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Timur telah melakukan berbagai intervensi yang menitikberatkan pada lima aspek pemberdayaan yaitu kelembagaan, SDM, produksi, pemasaran, serta pembiayaan.
Untuk perluasan akses pemasaran, Pemprov Jatim memberi fasilitas promosi secara offline baik pameran baik yang bersifat event regional, nasional maupun internasional, Misi Dagang, Galeri Batik, Galeri Cinderamata, Pojok UMKM yang ada di Gedung DPRD Provinsi Jawa Timur, dan secara online kolaborasi dengan platform e-commerce. “Kemudian, penguatan digitalisasi bagi UMKM serta mendorong UMKM masuk dalam katalog pemerintah,” kata dia.
Khusus pemasaran melalui digital, Dinas Koperasi dan UKM jatim juga memberikan fasilitas pelatihan bagi UMKM, mulai pelatihan foto hingga video produk. “Selain itu, juga dilakukan kolaborasi dengan berbagai platform e-commerce untuk mendorong on-boarding UMKM untuk masuk dalam ekosisten digital tersebut, termasuk juga mendorong UMKM untuk masuk dalam platform-platform pengadaaan barang jasa pemerintah,” pungkas Endy.
Dikutip dari website resmi Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), pada tahun 2023 pelaku usaha UMKM di Indonesia telah mencapai sekitar 66 juta. Kontribusi UMKM mencapai 61 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia, setara Rp9.580 triliun. UMKM menyerap sekitar 117 juta pekerja atau 97 persen dari total tenaga kerja
Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman menegaskan bahwa UMKM tidak boleh hanya dipandang sebelah mata sebagai usaha mikro yang marginal, melainkan sebuah ekosistem bisnis yang juga mencakup usaha kecil dan menengah dengan potensi pertumbuhan yang sangat besar. “Jangan hanya melihat UMKM sebatas usaha mikro, pinggiran, atau sekadar pedagang kaki lima. UMKM mencakup usaha kecil dan menengah yang memiliki omzet hingga puluhan miliar rupiah. Inilah yang harus kita dorong agar UMKM naik kelas,” kata Menteri UMKM Maman Abdurrahman dalam Kuliah Umum di Universitas Panca Bhakti (UPB), Pontianak, Rabu (12/3/2025) dikutip dari website resmi Kementerian UMKM.
Apa yang dilakukan Vincen bersaudara dengan berjualan di toko digital ini merupakan usaha memperluas pasar. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan Deputi Bidang Usaha Menengah Kementerian Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Bagus Rachman. Bagus mengatakan, transformasi digital bagi pengusaha UMKM menjadi suatu keniscayaan karena terbukti mampu mempercepat pengembangan usaha. Terlebih di era digital seperti ini, UMKM harus beradaptasi pada perkembangan teknologi.
"Digitalisasi UMKM di era saat ini merupakan hal yang tidak terelakkan. Digitalisasi memberikan peluang besar untuk memperluas pasar, meningkatkan efisiensi operasional, dan memperkuat daya saing bagi UMKM di era ekonomi digital," kata Deputi Menengah Bagus Rachman dalam acara Mastercard Forum 2025: Driving Tommorow Innovation In Action di Sanur Bali, Selasa (29/04/2025).
Bagus menegaskan, sebagai salah satu tulang punggung ekonomi nasional, pemerintah menaruh fokus besar pada sektor UMKM untuk mengambil peran dalam pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen pada tahun ini dan dapat mencapai 8 persen dalam lima tahun ke depan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistika (BPS) tahun 2024, jumlah usaha lokapasar atau e-commerce di Indonesia diperkirakan sebanyak 3.816.750 usaha. Nilai transaksi penjualan lokapasar selama tahun 2023 mencapai Rp1.100,87 triliun. Sementara data Kementerian Perdaganagan Republik Indonesia menyebut jumlah pengguna e-commerce di Indonesia terus mengalami kenaikan sejak tahun 2020, hingga pada tahun 2023 jumlah pengguna e-commerce di Indonesia sebanyak 58,63 juta pengguna. Jumlah pengguna e-commerce di Indonesia diperkirakan akan terus meningkat hingga tahun 2029 mencapai 99,1 juta pengguna.
Kemudian, tingkat penetrasi e-commerce di Indonesia terus mengalami kenaikan sejak tahun 2020, hingga pada tahun 2023 tingkat penetrasi e-commerce di Indonesia sebesar 21,56 persen. Tingkat penetrasi e-commerce di Indonesia diperkirakan akan terus meningkat antara hingga tahun 2029 mencapai 34,84 persen.
Shopee menjadi salah satu e-commerce di Indonesia dengan banyak penjual dan pembeli. Pihak Shopee pun melakukan berbagai hal agar UMKM di Indonesia bisa naik kelas. Salah satunya melalui program Ekspor Shopee. Program ini menjangkau pasar UMKM lokal hingga ke luar negeri.
Sementara itu, Head of Public Affairs Shopee Indonesia, Radynal Nataprawira mengatakan, Program Ekspor Shopee telah memasarkan lebih dari 50 juta produk UMKM ke Asia Tenggara, Asia Timur, dan Amerika Latin sejak 2019.
“Kerja sama ini menjadi milestone penting lain, karena akan ada lebih banyak lagi produk UMKM Indonesia yang bisa dibeli oleh pembeli Shopee di luar negeri," katanya. Shopee terus mendukung promosi produk lokal melalui kanal Shopee Pilih Lokal, yang pada 2024 mencatat peningkatan penjualan hingga 200 persen.
Dengan berbagai hal yang dilakukan, pemerintah maupun swasta, UMKM di Indonesia seperti usaha Vincen bersaudara akan semakin naik kelas. Sehingga, bukan hanya bisa membantu perekonomian sekitar, tetapi juga dapat meningkatkan ekonomi secara nasional.