Akulturasi Budaya di Haul Kyai Ageng Basyariyah Sewulan Madiun

- Haul dan Grebeg digabung untuk memperkuat nilai spiritual dan budaya
- Rangkaian acara meliputi kirab pusaka, karnaval budaya, ziarah qubro, dan kegiatan religius
- Peringatan ini menunjukkan semangat gotong royong dan kearifan lokal yang masih hidup di masyarakat
Madiun, IDN Times – Nuansa religius islami berpadu dengan kekayaan budaya lokal mengental dalam peringatan Haul Kyai Ageng Basyariyah 2025 di Sewulan, Kecamtan Dagangan, Kabupaten Madiun. Sebuah penghormatan kepada salah seorang ulama' penyebar Islam di Jawa itu, digelar berbarengan dengan tradisi tahunan Grebeg Sewulan atau grebek desa.
Acara yang berlangsung di halaman Masjid komplek makam Kyai Ageng Basyariyah, Jumat malam itu berlangsung meriah. Menyedot antusiasme ribuan warga, tokoh agama, hingga pejabat daerah. Rangkaian kegiatan itu diselenggarakan sepenuhnya oleh warga lokal, mulai dari takmir masjid, unsur dzuriyah, perangkat desa, hingga warga. Pendanaan pun dilakukan secara gotong royong, termasuk iuran warga berupa 'nasi tempel' dua bungkus per orang dengan cara tradisional, yakni dibungkus daun.
"Ini adalah momentum bersejarah bagi warga Sewulan. Kami ingin acara ini tak hanya sebagai bentuk syukur atas jasa Eyang Basyariyah yang membabat tanah desa ini, tapi juga untuk menguatkan rasa kebersamaan,” ujar Ketua Panitia acara, Riza Farhani (Gus Riza), Jumat malam (25/7/2025).
1. Haul dan Grebeg menyatu yang diperkuat kolaborasi warga

Tahun ini, dua agenda besar—Haul Eyang Basyariyah dan Grebeg Desa Sewulan—diputuskan untuk digabung demi memperkuat nilai spiritual dan budaya sekaligus. Keputusan ini datang dari musyawarah antara Pemdes, Takmir Masjid Basariyah, dan Suriyah NU setempat.
"Selain memperingati haul, kami juga ingin menjaga budaya Grebeg Sewulan yang sudah turun-temurun. Maka kami gabungkan agar lebih semarak dan tidak saling tumpang tindih,” jelas Gus Riza.
2. Dari kirab pusaka hingga ziarah qubro

Rangkain acara ini dimulai sejak Selasa 22 Juli pagi dengan kirab pusaka dan jamasan benda peninggalan leluhur, dilanjutkan pada Minggu 27 Juli karnaval budaya yang melibatkan pelajar, karang taruna, serta komunitas seni lokal.
Sementara dari sisi religius, takmir masjid menggelar semaan Alquran, pengajian umum, dan santunan anak yatim. Puncaknya adalah Ziarah Qubro yang digelar pada malam hari pukul 20.00 WIB, diikuti oleh ratusan jamaah dan dzuriyah Eyang Basyariyah.
"Haul ini bukan sekadar mengenang. Ini adalah bentuk tawasul kita kepada Allah SWT, agar segala hajat warga Sewulan dan bangsa Indonesia diijabah oleh-Nya. Semoga negeri ini menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur,” imbuh Gus Riza.
3. Nilai spiritualitas yang mengakar

Peringatan ini sekaligus menjadi bukti bahwa semangat gotong royong dan kearifan lokal masih hidup di tengah masyarakat. Dengan keterlibatan penuh warga, agenda tahunan ini diharapkan bisa menjadi model integrasi nilai-nilai keagamaan dan budaya lokal yang menginspirasi desa lain.
"Semua murni warga Sewulan yang bergerak. Kami hanya ingin meneladani para wali dan pendiri desa. Ini adalah bentuk syukur dan warisan yang harus dijaga,” tutup Gus Riza.