Lagi, Universitas Brawijaya Tambah Dua Profesor Baru  

Total Universitas Brawijaya miliki 160 profesor aktif

Malang, IDN Times - Universitas Brawijaya kembali menambah dua profesor baru pada awal tahun 2022 ini. Dua profesor baru tersebut masing-masing adalah Sri Wahjuningsih, dari Fakultas Peternakan (Fapet) dan Muhammad Musa dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK).

Sri Wahjuningsih merupakan profesor aktif ke 16 di Fakultas Peternakan. Sementara Muhammad Muda merupakan profesor aktif ke 13 di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Total, tambahan dua profesor baru ini secara keseluruhan membuat UB memiliki 160 profesor aktif. 

1. Angkat penelitian tentang inseminasi buatan

Lagi, Universitas Brawijaya Tambah Dua Profesor Baru  Profesor Sri Wahjuningsih usai memberikan keterangan. IDN Times/Alfi Ramadana

Untuk Sri Wahjuningsih dalam penelitiannya mengambil tema "Suplementasi Ekstrak Daun Kelor (Moringa Oleifera) Dalam Pengencer Trtis Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Semen Beku Kambing Untuk Inseminasi Buatan. Dalam pidatonya, Sri menyampaikan bahwa daun kelor memiliki manfaat cukup bagus untuk meningkatkan kualitas semen beku pada kambing jantan. Hasilnya proses inseminasi buatan bisa semakon efektif untuk peningkatan populasi. 

“Selain itu, manfaat daun kelor juga bisa meningkatkan mutu genetic ternak, produktivitas dan kinerja produksi," paparnya Jumat (28/1/2022). 

2. Ambil ekstrak daun kelor

Lagi, Universitas Brawijaya Tambah Dua Profesor Baru  Pinterest

Lebih jauh, dalam prosesnya Sri menggunakan ekstrak daun moringa oleifera untuk membanti mengencerkan Tris. Penambahan ekstrak tersebut mampu meningkatkan kualitas semen beku kambing. Suplementasi ekstrak daun moringa oleifera pada pengencer tris-aminomethan-kuning telur mempunyai potensi meningkatkan kualitas semen beku kambing. Konsentrasi optimum ekstrak daun moringa oleifera mencapai 3 persen. 

Namun demikian, keberhasilan proses tersebut juga bergantung pada ketersediaan semen beku yang berkualitas baik. Tetapi pada praktiknya, permasalahan yang dihadapi adalah proses kriopreservasi dan thawing semen yanh menyebabkan tingkat kerusakan signifikan pada spermatozoa. 

“Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan formula pengencer semen kambing. Agar mampu melindungi spermatozoa dari cold shock pada proses kriopreservasi, thawing, serta memiliki daya preservasi yang tinggi”, jelasnya.

3. Musa membuat peningkatan produktivitas tambak melalui Ecogreen Aquaculture

Lagi, Universitas Brawijaya Tambah Dua Profesor Baru  Profesor Muhammad Musa usai memberikan keterangan pasca penetapan status profesor. IDN Times/Alfi Ramadana

Sementara itu, Muhammad Musa membuat penelitian terkait Strategi Pengendalian dan Peningkatan Produktivitas Tambak Melalui Ecogreen Aquaculture. Dalam penjelasannya, Musa melihat permasalahan hancurnya usaha pertambakan di Indonesia pada, khususnya di Jawa Timur adalah karena minimnya aspek daya dukung lingkungan. Perencanaan yang kurang matang serta pembangunan tambak yang  tidak mempertimbangkan aspek daya dukung lingkungan membuat banyak petambak merugi. 

Menurut Musa, usaha pertambakan yang hanya mengandalkan ekonomi semata, ternyata tidak berkelanjutan (sustainable). Hal itu lantaran para petambak banyak mengabaikan pengelolaan wilayah pesisir. Menjawab permasalahan tersebut, Musa memperkenalkan Ecogreen aquaculture yakni berupa teknologi perkembangan budidaya tambak tradisional menuju  tambak intensif dengan penerapan silvofishery model komplangan.

"Ecogreen aquaculture dibuat melalui pendekatan pemulihan dan peningkatan daya dukung lingkungan dengan hybrid system dan perbaikan ekosistem mangrove. Tujuannya adalah untuk mengendalikan dan meningkatkan produktivitas hasil tambak," urainya. 

4. Lebih efektif dan efisien

Lagi, Universitas Brawijaya Tambah Dua Profesor Baru  IDN Times/Istimewa

Musa juga menyebut bahwa teknologi yang ia ciptakan itu sudah diuji coba selama 4 tahun atau 10 kali siklus budidaya di kawasan Probolinggo. Ia menggunakan lahan tambak seluas luas 1600 m2. Hasilnya dalam setahun (2,5 siklus budidaya) tambak tersebut mampu menghasilkan rata-rata 8500 kg udang. Menariknya, limbah dari budidaya tersebut juga bisa dimanfaatkan untuk pakan bandeng. Hal ini membuat Ecogreen Aquaculture dinilai efektif dan efisien. Meskipun secara pembiayaan tentu petambak perlu merogoh kocek lebih dalam untuk bisa memanfatkannya. 

"Dari hasil uji coba kami, limbah budidaya setelah di treatment berdampak positif terhadap pertumbuhan bandeng dan mangrovenya. Hal ini mengindikasikan bahwa Ecogreen aquaculture layak untuk dikembangkan khususnya di laboratorium Perikanan Air Payau dan Laut (PAPL) Probolinggo FPIK-U," pungkasnya. 

Baca Juga: Universitas Brawijaya Buka Dua Fakultas di Tahun 2022

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya