Booming Porang, KTNA Madiun Anggap Sebagai Euforia 

Belum ada standar harga dari pemerintah

Madiun, IDN Times - Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Madiun menilai booming porang di kalangan petani tidak bakal berlangsung lama. Sebab, pemerintah belum menetapkan patokan harga pascapanen dari komoditas itu. 

Belum lagi, pemerintah melarang penjualan ke luar negeri dalam bentuk mentah. "Minimal setengah jadi berupa chip porang yang ditangani pedagang. Maka, akhir - akhir ini sebagian petani kembali (konsentrasi) membudidayakan padi," kata Ketua KTNA Kabupaten Madiun, Suharno, Minggu (22/8/2021).

1. Sebagian petani tergiur untung besar

Booming Porang, KTNA Madiun Anggap Sebagai Euforia KoinWorks

Menurut dia, sejumlah petani di dataran rendah tertarik menanam porang dalam rentang waktu setahun hingga dua tahun lalu. Mereka membuka lahan milik Perum Perhutani untuk ditanami tanaman yang juga disebut iles-iles dengan sistim sharing.

Pengembangan komoditas itu lantaran tergiur untung besar. Apalagi, sejumlah warga berhasil mendapatkan keuntungan besar setelah menanam maupun menjual porang. "Ada yang menjadi jutawan, miliarder karena waktu itu porang gelondongan bisa langsung ekspor," ungkap Suharno.

 

2. Pabrik pengolahan di Madiun mulai produksi beras porang

Booming Porang, KTNA Madiun Anggap Sebagai Euforia Beras Porang. IDN Times/Nofika Dian.N

Belum lama ini, pemerintah membuat kebijakan agar porang diekspor setelah melalui proses pengolahan. Maka, Industrialisasi komoditas ini didukung. Salah satu pertimbangannya bisa menjadi bahan makanan pada masa mendatang.

Pabrik di Kabupaten Madiun milik PT Asia Prima Konjac pun mulai mengeluarkan produk beras porang. Produksi secara masal dijadwalkan awal tahun depan setelah seluruh izin edarnya lengkap. "Pangsa pasarnya untuk dalam negeri dulu lah," ujar Direktur PT Asia Prima Konjac, Pin Haris.

3. Harga porang dari petani anjlok

Booming Porang, KTNA Madiun Anggap Sebagai Euforia Ruang produksi pengolahan benih Porang di Kabupaten Madiun. IDN Times/Nofika Dian.N

Menurut dia, harga jual dari beras porang berkisar antara Rp 180 ribu hingga Rp 220 ribu per kilogram. Komoditas itu sama seperti halnya beras shirataki di Jepang. Sebab, bahan dasarnya juga tepung porang dari Indonesia.

Pin mengungkapkan, pasar luar negeri terutama di Jepang dan Cina sedang mandek. Salah satu musababnya dampak dari pandemik COVID-19. Kondisi itu dinilai berimbas pada penurunan harga porang. Jika sebelumnya Rp 12 ribu menjadi Rp 7.000 per kilogram.

"Dalam ilmu ekonomi ada faktor supply and demand (penawaran dan permintaan)," kata Pin.

 

Topik:

  • Zumrotul Abidin

Berita Terkini Lainnya