Mengeja Relief Tragedi Pemberontakan PKI 1948 di Madiun

Madiun, IDN Times – Di tengah Desa Kresek, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun, berdiri sebuah monumen yang menyimpan jejak sejarah kelam Indonesia. Monumen Kresek menjadi saksi bisu tragedi pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1948, peristiwa yang merenggut nyawa banyak tokoh masyarakat, pemuka agama, hingga wartawan.
1. Mengenang para korban

Pada prasasti Monumen Kresek terukir 17 nama korban kebiadaban PKI, mulai dari pejabat pemerintah, tentara, polisi, hingga wartawan. Nama-nama tersebut mengingatkan akan keganasan pemberontakan yang mengguncang Madiun dan Indonesia.
Menurut Heri Purwadi, pemandu wisata sejarah di Monumen Kresek, pemberontakan ini dipimpin oleh Amir Syarifudin dan Muso, dua tokoh penting PKI.
"Keduanya menjadi motor penggerak pemberontakan di Madiun," ujar Heri saat ditemui pada Senin (30/9/2024).
2. Akhir tragis Muso

Muso, yang baru kembali dari Uni Soviet, memimpin pemberontakan dengan cita-cita mendirikan Republik Soviet Indonesia. Dari 18 hingga 26 September 1948, pasukan yang dipimpin Muso dan Amir Syarifudin berhasil menguasai Madiun.
Namun, pada 30 September 1948, Tentara Nasional Indonesia (TNI) dikerahkan untuk menumpas pemberontakan ini. Divisi Siliwangi dan Divisi Sungkono memimpin pengepungan, memaksa para pemimpin PKI melarikan diri ke Pegunungan Wilis.
"Muso akhirnya ditembak mati oleh Brigjen Sudarsono di Sumoroto, sementara Amir Syarifudin ditangkap di Karanganyar, Jawa Tengah," jelas Heri.
Monumen ini didirikan untuk mengenang keganasan PKI dan perjuangan rakyat Madiun yang menjadi korbannya.
3. Tempat belajar sejarah

Monumen Kresek kini tidak hanya berfungsi sebagai peringatan tragedi, tetapi juga sebagai tempat edukasi sejarah. Sekolah-sekolah, seperti SDN Sogo 01 Balerejo Madiun, sering membawa siswa-siswa mereka untuk belajar di sini. Patung besar yang menggambarkan pemimpin PKI mengayunkan pedang ke arah seorang Kiai tua, Kiai Husen, yang juga korban pemberontakan, menjadi pusat perhatian pengunjung.
Selain itu, relief yang mengisahkan kekejaman PKI terhadap tokoh-tokoh masyarakat di Madiun menambah kuatnya pesan yang ingin disampaikan monumen ini.
Diana Masruroh, seorang guru yang mengajak murid-muridnya berkunjung, menekankan pentingnya mengenalkan sejarah kepada generasi muda.
"Anak-anak perlu memahami sejarah perjuangan bangsa. Dengan begitu, mereka bisa menghargai kemerdekaan dan mengisi masa depan dengan lebih baik," ungkapnya.
Monumen Kresek menjadi pengingat betapa mahalnya harga kemerdekaan dan pentingnya menjaga persatuan. Sejarah ini wajib diingat, agar semangat para pahlawan tetap hidup di hati generasi penerus.