Anak Bermasalah di Surabaya Pernah Dibawa ke Barak, Tapi Nakal Lagi

Surabaya, IDN Times - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya pernah membawa anak bermasalah ke militer dengan nama program Sekolah Kebangsaan pada 2023 silam. Namun, program tersebut tak berjalan lama karena sang anak ternyata kembali berperilaku tidak baik setelah beberapa bulan keluar dari Sekolah Kebangsaan.
Sekolah Kebangsaan merupakan program yang dilakukan dengan mendidik anak-anak bermasalah melalui disiplin militer. Anak-anak menjalani program tersebut selama 10 hari di Lanudal Juanda. Program ini diikuti sebanyak 48 siswa dari jenjang SMP hingga SMA/SMK. Setiap hari, puluhan remaja tersebut digembleng layaknya personil TNI agar menjadi pribadi yang lebih disiplin sekaligus mandiri.
"Teman-teman sudah pasti tahu, 2022 dulu ramai di Surabaya ketika anak-anak yang kepegang pada waktu itu, tawuran, kepegang Satpol PP, saya kerja sama dengan Angkatan Laut yang ada di Juanda," ujar Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, Rabu (28/5/2025).
Eri mengatakan, memang saat itu setelah keluar dari Sekolah Kebangsaan, anak- anak berperilaku baik. Mereka lebih disiplin dan sopan terhadap orangtua. "10 hari saya masukkan mereka di TNI Polri. Ternyata keluar mereka jadi anak baik. Orang tuanya mengatakan, Pak, arek iki dadi apik. Gak tau ngucap terima kasih, saiki ngucapno terima kasih (pak anak ini jadi baik, gak pernah mengucapkan terima kasih, jadi mengucapkan terima kasih," ungkap Eri.
Namun, setelah tiga bulan berlalu dari Sekolah Kebangsaan, anak-anak bermasalah tersebut kembali melakukan kenakalan remaja. Mereka kembali terjaring penangkapan polisi dan satpol PP. "Ternyata setelah dari sana anak-anak itu berubah. Tapi setelah tiga bulan kecekel maneh (ditangkap lagi)," jelasnya.
Eri lantas menghentikan program tersebut. Ia kemudian mencari tahu mengapa anak-anak yang telah menjalani Sekolah Kebangsaan, ketika kembali ke rumah, mereka bermasalah lagi. Ternyata mereka kurang mendapat perhatian dari orangtua. "Orangtuanya mengatakan ke saya, saya mohon maaf, saya menjadi juru cuci. Buruh cuci yang saya tidak pernah ketemu anak saya. Berarti opo (berarti apa) kasih sayang, komunikasi, tanggung jawab itu lebih penting," kata dia.
Eri lantas membuat program lain yang bisa membuat anak-anak menjadi lebih baik. Mulai dari Kampung Anak Negeri (Kanri) hingga program Bibit Unggul. Keduanya berbasis asrama dengan mengedepankan kedisiplinan dan pemenuhan hak anak.