Pawai 1.400 Pendekar Silat Diwacanakan Menjadi Acara Wisata

Madiun, IDN Times – Bupati Madiun, Ahmad Dawami Ragil Saputra, mengatakan pawai 1.400 pendekar dari 14 perguruan silat yang digelar Jumat sore (26/10) dapat dikemas lebih baik dalam waktu mendatang. Even itu diwacanakan sebagai penopang pariwisata di daerah yang dipimpinnya.
“Bisa dijadikan kampung wisata yang menarik wisatawan dari dalam dan luar negeri,’’ kata Kaji Mbing, sapaan akrab Ahmad Dawami.
Baca Juga: Pengedar Narkoba "Ranjau Biskuit" Merupakan Jaringan Lapas Madiun
1. Konsep sedang dikaji
Untuk mewujudkan wacana itu, sejumlah duta wisata dilibatkan dalam pawai. Mereka memandu rombongan pesilat yang berjalan dari Lapangan Desa buduran, Kecamatan Wonoasri menuju halaman Pendapa Ronggo Jumeno, komplek kantor bupati. Jarak tempuhnya sekitar tiga kilometer.
Bupati menyatakan bahwa telah menugaskan tim khusus untuk melakukan pengkajian ihwal pengembangan pawai pendekar. Sayangnya, ia tidak menyebut tim yang dimaksud. Entah dari internal atau dari luar pemerintah kabupaten.
“Yang jelas, setelah hari ini (pawai 1.400 pendekar) harus menjadi daya tarik bagi wisatawan. Ada yang mengkaji hal itu,’’ ujar Kaji Mbing.
2. Pawai pendekar menjadi rujukan wisata kesejahteraan pesilat terangkat
Bupati mengatakan, apabila pawai pendekar mampu menjadi rujukan pariwisata maka kesejahteraan pesilat akan terkena dampaknya. Mereka bisa mendapatkan honor maupun mengais rezeki lain dengan menjual pernak-pernik perguruan silat.
“Pendekar tidak boleh miskin lagi. Nanti, akan kami bicarakan dengan Forkompimda untuk memberikan pelatihan-pelatihan,’’ ujar Kaji Mbing.
Harapan itu, kata dia, merupakan imbal balik atas peran para pesilat yang selama ini terlibat dalam pengamanan di wilayah. Secara swadaya mereka ikut mengamankan perayaan hari besar keagaman, tahun baru, dan Suro.
3. Merubah citra daerah yang sebelumnya dikenal sering bentrok
Kaji Mbing mengatakan pawai itu mampu merubah citra daerah yang selama ini dikenal bentrokan antarpesilat. "Ini merupakan bagian pendidikan bahwa perbedaan tidak harus berujung perpecahan," ujar dia.
Kegiatan pawai pendekar ini, baru pertama digelar. Mereka berasal dari 14 perguruan, yakni Persaudaraan Setia Hati Winongo Tunas Muda, Persaudaraan Sehati, Cempaka Putih, Setia Hati Tuhu Tekat, Pagar Nusa, Propatria, Kera Sakti, Rasa Tunggal, Setia Hati Terate, Merpati Putih, Asad, Pandan Alas, Pangastuti, dan Tapak Suci.
Untuk mewujudkan pawai pendekar itu butuh waktu beberapa tahun. Awalnya, dengan ikrar damai antarpesilat pada 2014. Lantas digulirkannya slogan Madiun Kampung Pesilat.
"Alhamdulillah, (pawai pesilat dengan melibatkan 14 perguruan) bisa terwujud. Madiun tidak ngeri lagi soal pesilat," Kaji Mbing menjelaskan.
4.Koordinasi antarperguruan silat mudah dilakukan
Kapolres Madiun, AKBP I Made Agus Prasatya, menyatakan koordinasi antarpesilat dari 14 perguruan tidak mengalami kendala berarti. Hal ini menunjukkan semangat kerukunan sudah tertanam dengan baik.
Apalagi, program terkait pesilat yang digulirkan beberapa tahun lalu. Petinggi perguruan silat telah berdeklarasi damai yang difasilitasi pejabat Polda Jawa Timur. Jargon Madiun sebagai kampung pesilat juga telah digabungkan.
"Jadi, Madiun sebagai kampung pesilat bukan hanya sebatas wacana. Hari ini merupakan tonggak sejarah," ujar Agus sembari menyatakan bahwa pawai pesilat itu digelar setelah dua tahun terakhir tidak terjadi bentrokan antarpesilat di wilayah Madiun.
Pada tahun-tahun sebelumnya, bentrokan antarpesilat sering terjadi terutama pada momentum bulan Muharam atau Suro dalam penanggalan Jawa. Pada bulan itu sejumlah perguruan silat menggelar kegiatan rutin tahunan dengan melibatkan massa dalam jumlah banyak.
Baca Juga: Ribuan Pesilat Ikuti Pawai di Madiun