Ritual Buang Sial, Warga Keturunan Tionghoa Lepas Penyu ke Laut Tuban

Tuban, IDN Times - Puluhan warga keturunan Tionghoa di Kabupaten Tuban menggelar ritual buang sial dengan cara melepasliarkan sembilan ekor penyu di pesisir pantai utara laut Tuban, Selasa (13/10/2020). Mereka meyakini, penyu yang dilepas ke laut tersebut akan menghindarkan musibah, serta mendatangkan keberuntungan.
1. Angka sembilan dipercaya sebagai angka tertinggi

Sembilan ekor penyu yang dilepas ke laut tersebut adalah sebuah simbol. Menurut kepercayaan masyarakat Tiongkok, 9 merupakan angka tertinggi dan mempunyai catatan sejarah khusus yang juga sering dimaknai sebagai kesuksesan atau pencapaian tertinggi.
"Kami pilih 9 karena angka itu angka paling tinggi dan bisa membawa hoki, rezeki banyak, panjang umur, dan urusan kelenteng bisa selesai dengan baik,” kata Ketua Penilik Domisioner TITD Kwan Sing Bio Tuban, Alim Sugiantoro.
2. Sebelum ritual, puluhan umat sembahyang lebih dulu

Sebelum ritual dimulai, lanjut Alim, mereka sembahyang di Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Kwan Sing Bio di jalan RE. Martadinata, Kelurahan Karangsari, Tuban.
"Ritual ini dipercaya memiliki pengaruh bagi kehidupan dan keberuntungan atau buang sial bagi kami. Semoga selepas menggelar ritual ini, keberuntungan akan terus menghampiri kami," katanya.
3. Berharap konflik yang terjadi di klenteng bisa segera selesai

Alim berharap, dengan acara ritual tersebut, konflik yang saat ini masih terjadi di internal kelenteng bisa segera selesai dengan baik dan umat kembali beribadah secara damai. Dalam kegiatan tersebut seluruh peserta yang hadir juga diminta menerapkan protokol COVID-19.
"Ya tentunya harapannya kami agar konflik ini selesai dan kami bisa kembali hidup rukun dan berdampingan," harapnya.
4. Berdoa agar virus corona hilang dari muka bumi

Selain dipercaya membuang sial, ritual melepas penyu ke laut tersebut juga dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-2571 Nabi Khonghucu. Kegiatan peringatan HUT sendiri dilakukan secara sederhana, mengingat saat ini masih dalam suasana pandemik COVID-19.
"Kegiatan ini juga dalam rangka memperingati HUT Nabi Khonghucu yang dilakukan dengan sederhana karena ada pandemik. Ya, mudah-mudahan rakyat Indonesia kembali bisa hidup normal dan virus corona hilang dari muka bumi," harapnya.