Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Ritual Adat Ulur-ulur di Tulungagung, Ungkapan Rasa Syukur

Telaga Buret di Desa Sawo, Kecamatan Campurdarat, Tulungagung. IDN Times/ Bramanta Pamungkas

Tulungagung, IDN Times - Masyarakat 4 desa di Kecamatan Campurdarat, Kabupaten Tulungagung, menggelar upacara adat tradisi Ulur-ulur di Telaga Buret. Upacara ini merupakan bentuk rasa syukur mereka, karena air telaga tersebut mengairi area pesawahan di Desa Sawo, Gedangan, Ngentrong dan Gamping. Bahkan di musim kemarau seperti saat ini, sawah masyarakat tetap mendapatkan air dan petani tidak khawatir akan bencana kekeringan.

1. Upacara digelar setiap bulan Selo

Ritual tradisi upacara adat ulur ulur

Ketua Paguyuban Sendang Tirto Mulyo,Heri Setiyono menuturkan, upacara ini sudah berlangsung sejak puluhan tahun lalu, dan rutin digelar setiap bulan Selo dalam penanggalan jawa, pada hari Jumat Legi. Ritual ini merupakan bentuk ungkapan syukur masyarakat kepada Allah SWT, atas limpahan air yang diterima selama ini.

"Ini merupakan tradisi dan bentuk rasa syukur kami atas limpahan air dari Telaga Buret untuk mengairi sawah warga," ujarnya, Jumat (24/06/2022).

2. Mandikan dua arca perwujudan Dewi Sri dan Joko Sedono

Dua arca perwujudan Dewi Sri dan Joko Sedono dalam ritual upacara tradisi ulur-ulur

Upacara ini diawali dengan arak arakan ratusan masyarakat, dengan membawa aneka sesajen yang diletakkan dalam tandu. Mereka kemudian meletakan sesajen di depan dua arca yang merupakan perwujudan dari Dewi Sri dan Joko Sedono. Kedua arca ini dipercaya sebagai simbol kemakmuran petani. Arca tersebut kemudian dimandikan dan diberi hiasan berupa mahkota dari janur, serta kalung ronce bunga melati. Beberapa perwakilan kemudian menaburkan bunga di atas telaga.

"Selama ini petani di empat desa tidak pernah kekurangan air meskipun di lain daerah sedang musim kemarau," imbuhnya.

3. Masuk dalam warisan budaya tak benda

Dua arca perwujudan Dewi Sri dan Joko Sedono dalam ritual upacara tradisi ulur-ulur

Sementara itu, Dwi Cahyono, seorang arkeolog mengungkapkan ritual ini sudah ditetapkan menjadi warisan budaya tak benda di Indonesia. Dosen Ilmu Sejarah Universitas Negeri Malang ini memperkirakan ritus ini sudah ada sejak era zaman kerajaan Majapahit. Dugaan ini berasal dari sebaran beberapa benda bersejarah yang ada di sekitar telaga.

"Ada temuan seperti ambang pintu, reruntuhan candi di sekitar daerah ini, dugaannya sudah ada sejak zaman dulu," pungkasnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bramanta Pamungkas
EditorBramanta Pamungkas
Follow Us