Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Puluhan Paus Terdampar di Madura, Pakar: Kilang Minyak Jadi Penyebab

ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas

Surabaya, IDN Times - Kepala Departemen Biologi, Fakultas Sains dan Analitika Data, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Dewi Hidayati membeberkan analisisnya soal terdamparnya puluhan paus di Bangkalan, Madura Kamis (19/2/2021).

1. Paus yang terdampar berenang dari Australia

default-image.png
Default Image IDN

Dewi mengatakan, berdasarkan beberapa jurnal dan laporan media massa, paus yang terdampar tersebut sebenarnya akan migrasi secara berkelompok. Paus pilot atau short-finned pilot whale itu diperkirakan berasal dari perairan Australia.

Mereka berenang melewati perairan Indonesia. Journals.org juga menyebutkan jika aktivitas migrasi paus mencapai puncaknya pada Februari dan Mei setiap tahun.

“Pada penelitian tersebut dan juga beberapa laporan lain menyebutkan bahwa paus umumnya akan melewati jalur yang sama untuk bermigrasi,” ujarnya, Minggu (22/2/2021).

2. Cuaca ekstrem dan kilang minyak menjadi sebab paus terdampar

ANTARA FOTO/Ampelsa

Dalam sebuah referensi artikel ilmiah, berjudul In-depth Whale Navigation: Navigating the Long Way Home karya Robin Marks, imbuh Dewi, dikatakan bahwa paus yang mengikuti jalur magnet tersebut besar kemungkinan akan terdampar di daerah yang jalurnya berbelok.

“Kemungkinan termasuk di beberapa perairan pantai Pulau Madura dan kawasan Selat Madura,” kata Dewi.

Dia juga memprediksi, jika perubahan yang terjadi pada navigasi paus dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Mulai dari cuaca ekstrem, gelombang sinar matahari, perubahan garis pantai, sakit, dan bisa saja dari aktivitas kilang minyak yang berada di sekitar perairan.

“Karena ada juga referensi yang mengatakan bahwa rig (bangunan lepas pantai) dijadikan patokan magnetik bagi paus,” imbuhnya.

3. Paus terdampar lalu mati karena kekurangan kadar air

Ilustrasi. ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas

Terdamparnya paus hingga membuat mereka mati juga diakibatkan hilangnya kadar air di tubuh secara drastis.

Salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah dengan tetap membuat tubuhnya basah, dengan cara menyiram tubuhnya dengan air laut, atau dengan segera melepaskannya ke laut kembali.

Beberapa referensi ilmiah malah menyarankan untuk dilakukan euthanasia -proses kematian diperingan dengan memperpendek kehidupan secara terarah dan langsung atau disebut sebagai mercy killing, sebagaimana dikutip dari sejumlah referensi. Salah satunya dari buku National Guidance on the Management of Whale and Dolphin Incidents in Australian Waters.

Ihwal perlakuan bangkai paus yang ada, Dewi menyarankan untuk membuang bangkai ke laut. Nantinya bangkai tersebut dapat dijadikan sebagai sumber makanan predator yang dapat berkontribusi pada rantai makanan laut.

"Atau mungkin dari rangka paus yang mati bisa dijadikan sebagai sumber bahan pengajaran untuk mengembangkan studi tentang mamalia laut ini,” pungkasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ardiansyah Fajar
Dhana Kencana
Ardiansyah Fajar
EditorArdiansyah Fajar
Follow Us