Petani Sayur Magetan Merugi Akibat Cuaca Ekstrem

Magetan, IDN Times – Cuaca ekstrem yang melanda lereng Gunung Lawu, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, dalam dua pekan terakhir membuat para petani sayuran kelimpungan. Kabut tebal dan curah hujan tinggi yang turun hampir setiap hari menyebabkan banyak tanaman rusak bahkan membusuk di lahan.
1. Tanaman terserang jamur dan hama

Salah satunya dialami Wawan Suparno (46), petani kentang di Kelurahan Sarangan. Ia mengaku hasil tanamannya kini tak bisa tumbuh sempurna. Daun tanaman kentangnya mengering dan mengeriting, sementara umbinya membusuk karena terus-menerus diguyur hujan dan diselimuti kabut.
“Tanaman sejenis kentang, tomat, dan cabai sangat memprihatinkan, Mas. Banyak yang terserang jamur dan petek karena hujan terus-menerus dan kabut setiap malam,” keluh Wawan, yang kini pesimis bisa menutup biaya tanam, apalagi berharap untung dari panennya.
Nasib serupa juga dialami Mulyono (60), petani tomat. Ia terpaksa membiarkan tanamannya terbengkalai karena sudah membusuk di lahan. Kondisi ini pun membuat harga jual hasil panen menjadi tidak menentu.
2. Harga anjlok

Tak hanya gagal panen, para petani juga menghadapi anjloknya harga sejumlah komoditas. Harga cabai terjun bebas dari Rp70 ribu menjadi hanya Rp30 ribu per kilogram. Kentang pun mengalami nasib serupa, turun dari Rp20 ribu menjadi Rp10 ribu per kilogram.
Ironisnya, hanya harga tomat yang naik dari Rp5 ribu ke Rp8 ribu per kilogram, namun tetap tidak membawa angin segar karena kualitas buahnya rusak dan tak layak jual.
“Hampir semua tanaman rusak, Mas, seperti kentang, tomat, cabai, dan lainnya. Hujan terus-menerus ditambah kabut membuat tanaman rusak, harga pun jadi turun,” ungkap Sumarni, petani lain yang juga terdampak.
3. Petani bakal ganti tanaman

Dengan kondisi yang semakin tidak menentu ini, sebagian petani mulai berpikir untuk mengganti jenis tanaman mereka. Harapannya, jenis tanaman yang lebih tahan terhadap cuaca ekstrem bisa menyelamatkan sisa musim tanam yang ada. Namun, langkah ini pun tak mudah, karena membutuhkan biaya dan perhitungan ulang.
Hingga kini, belum ada tanda-tanda perbaikan cuaca di kawasan Gunung Lawu. Para petani pun hanya bisa berharap situasi segera membaik agar kerugian tak semakin membengkak.