Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Petani di Magetan Menjerit, Padi Diserang Hama Potong Leher

Petani di desa Pragak kecamatan Parang menunjukkan padinya yang terserang potong leher. IDN Times/ Riyanto.
Petani di desa Pragak kecamatan Parang menunjukkan padinya yang terserang potong leher. IDN Times/ Riyanto.

Magetan, IDN Times – Derita petani di Kabupaten Magetan, Jawa Timur, semakin dalam. Pada musim tanam kedua tahun ini, harapan untuk memetik hasil dari sawah pupus begitu saja. Hama menyerang dengan ganas, membuat petani tak hanya gagal panen tapi juga menanggung kerugian besar.

Salah satu contohnya di Desa Pragak, Kecamatan Parang, serangan hama potong leher membuat tanaman padi layu menjelang bulir berisi.  Sawah yang semula menjanjikan hasil melimpah kini tinggal jerami kering yang nyaris tak bisa dimanfaatkan.

1. Diserang saat menjelang isi

Petani di desa Pragak kecamatan Parang menunjukkan padinya yang terserang potong leher. IDN Times/ Riyanto.
Petani di desa Pragak kecamatan Parang menunjukkan padinya yang terserang potong leher. IDN Times/ Riyanto.

Tanaman padi milik warga Dusun Sepandan seperti Madun, Sinem, Boimen, Kadimun, Yadi, Misdi, Saman, dan Yatno menjadi korban. Meski sudah berbagai upaya dilakukan dari pengobatan alternatif hingga penyemprotan insektisida serangan hama tetap tak tertahankan.

“Pusing, Mas. Biaya garap dan perawatan sudah mahal, tapi panennya nihil. Dari seperempat hektar lahan biasanya bisa dapat hampir dua ton, sekarang dua karung saja tidak dapat,” keluh Saman sambil memegangi kepala, tak mampu menyembunyikan rasa kecewa.

Ia mengaku tak menduga kondisi ini akan terjadi. Padahal, sejak awal pertumbuhan, tanamannya terlihat sehat. Tapi menjelang berisi, bulir padi kering, kosong, dan layu. “Padahal saya pakai benih IR 64 yang saya beli di toko. Varietas unggul. Tapi tetap diserang. Hama potong leher ini ditandai titik hitam di pangkal bulir, mirip jamur,” katanya dengan nada pasrah.

2. Kerugian besar, modal dari pinjaman

Petani di desa Pragak kecamatan Parang menunjukkan padinya yang terserang potong leher. IDN Times/ Riyanto.
Petani di desa Pragak kecamatan Parang menunjukkan padinya yang terserang potong leher. IDN Times/ Riyanto.

Kadimun, petani lainnya, mengalami hal serupa. Dua petak lahannya yang ditanami varietas Inpari 70 ikut gagal panen. Bulir padinya kering dan putih kosong, akibat ganasnya serangan hama potong leher. “Modal semuanya dari pinjaman, Mas. Bingung nanti mengembalikan. Saya pilih Inpari 70 karena cepat panen, tapi malah buntung,” ujarnya getir.

Tak hanya di Pragak, kondisi serupa dilaporkan terjadi di wilayah lain seperti Lembeyan, Kawedanan, hingga Takeran. Para petani waswas hama ini akan terus menyebar, mengancam lahan yang belum terserang. “Ini bukan cuma soal kerugian pribadi. Kalau gagal panen massal begini, bisa mengancam ketahanan pangan juga,” tambah Yadi, petani lainnya.

3. Insektisida tak lagi ampuh

Petani di desa Pragak kecamatan Parang menunjukkan padinya yang terserang potong leher. IDN Times/ Riyanto.
Petani di desa Pragak kecamatan Parang menunjukkan padinya yang terserang potong leher. IDN Times/ Riyanto.

Para petani menduga penyebab utama merebaknya hama potong leher adalah cuaca buruk. Hujan deras selama 11 hari berturut-turut membuat kondisi lembab, memicu tumbuhnya jamur yang menyerang batang padi. “Kami sudah semprot pakai obat anti jamur dari awal, tapi seolah tak mempan. Hama ini seperti kebal,” kata salah satu petani.

Jerami bekas panen pun kini jadi satu-satunya sisa hasil dari sawah yang bisa dimanfaatkan, itupun hanya untuk pakan ternak. 

Lebih menyedihkan lagi, sebagian besar petani terdampak tidak terdaftar dalam program asuransi pertanian. Mereka menanggung seluruh kerugian sendiri, mulai dari biaya pengolahan lahan, pupuk, hingga perawatan. “Semoga pemerintah hadir. Jangan cuma salahkan cuaca, tapi juga beri solusi. Bantu kami, karena kalau gagal panen sekali saja, untuk bangkit itu sulit. Harus tambah utang lagi buat tanam musim depan,” harap para petani serempak.

Getir nasib petani di tengah perubahan iklim dan minimnya perlindungan wajib menjadi pekerjaan rumah pemerintah daerah dan negara. Mereka bukan hanya kehilangan hasil panen, tetapi juga harapan. Jika tidak segera ditangani, penderitaan ini akan terus berulang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Faiz Nashrillah
EditorFaiz Nashrillah
Follow Us

Latest News Jawa Timur

See More

Pasutri di Ponorogo Ditemukan Tewas dalam Rumah, Warga Geger

22 Sep 2025, 18:44 WIBNews