Penanganan Karhutla Gunung Lawu Dinilai Lamban, Begini Kata Khofifah

Magetan, IDN Times - Penanganan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Gunung Lawu pada dua Kabupaten, yaitu Magetan dan Ngawi dinilai oleh sejumlah pengamat dan masyarakat lelet. Penanganan Lawu berbeda dengan penanganan Karhutla pada Gunung Bromo, Arjuno dan Welirang yang dinilai lebih cepat.
1. Ini alasan penanganan Karhutla Gunung Lawu lebih lama

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parwansa berdalih jika gunung Bromo, Arjuno dan Welirang tidak terlalu tinggi dan terjal seperti gunung Lawu. "Bromo lebih cepat karena tidak terlalu tinggi ya, kemudian untuk support relawan mobil tangki bisa disiagakan. Kemiringannya juga tidak terlalu terjal. Pemadamam manual juga efektif," kata Gubernur perempuan pertama Jawa Timur itu.
Sementara Gunung Lawu menurut Khofifah, terjal dan tinggi. Sehingga penanganan Karhutlanya harus menggunakan heli water bombing. "Keterjalan tertentu membutuhkan teknik tertentu untuk bisa menumbuhkan kembali habitat yang ada di daerah pegunungan daya dukung lingkungan harus tetap dimaksimalkan," ujarnya.
2. Total luas Karhutla gunung Lawu hingga hari ke-11

Menurut pihak Perhutani, hingga hari ke- 11 kebakaran hutan dan lahan di gunung Lawu dilaporkan seluas 2004,63 hektare. Pada Kabupaten Magetan seluas 700,5 hektar.e Sedang pada Kabupaten Ngawi 1304,13 hektare.
"Luas di atas secara data belum final, masih sementara dan akan kami update terus. Saat ini kami juga terjunkan 4 tim drone mengecek kembali di lapangan termasuk perpetak dan pengukuran luas secara akurat," jelas Administrator KPK Lawu DS, Agus Ahmad Fadoli.
Menurut Agus, sebagian besar tanaman hutan lindung yang terbakar habis. Kemudian ada vegetasi yang ada rimbab campur semak belukar dan alang alang dan lain lain. "Untuk hutan produksi aman, yang terbakar hutan lindung saja. Untuk kerugian finansial saat ini belum bisa kami hitung," jelasnya
3. Hutan Produksi berisi pohon pinus diklaim aman

Sementara, untuk hutan produksi sejauh ini diklaim aman. "Kami buat perlindungan ilaran sepanjang 27 kilometer. Mulai dari Magetan 9 kilo, selebihnya terpanjang Ngawi," ujar Fadoli. Saat ini, kata Fadoli, pihaknya telah menerjunkan 150 personel gabungan dari Perhutani, TNI, Polri dan relawan untuk melakukan penyisiran di jalur jalur ilaran. Upaya ini dilakukan untuk mengantisipasi adanya titik api baru untuk dipadamkan.
"Helikopter water bombing juga masih beroprasi meski harus berbagi dengan wilayah Karanganyar, Ngawi dan Magetan. Sehari bisa 25 hingga 26 kali pengeboman air. Magetan 15 kali sisanya Ngawi dan Karanganyar," pungkasnya.