Surabaya, IDN Times - Tragedi anak berinisial AH (5) yang terbakar ketika membeli Ice Smoke di Ponorogo menyita perhatian Pakar Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Prof Setiyo Gunawan. Pria yang juga menjadi Kepala Pusat Kajian Halal ITS ini secara terang-terangan menyebut makanan olahan nitrogen tersebut masuk kategori haram.
"Kriteria pangan halal menurut SNI 2021, segala sesuatu pangan yang membahayakan itu haram hukumnya," ujarnya kepada IDN Times, Kamis (14/7/2022).
Setiyo bilang kalau nitrogen pada suhu kamar memang berwujud gas. Namun, pada suhu sangat dingin bisa menjadi cair dan suhunya mencapai minus (-) 195 derajat celcius. "Bisa dibayangkan minus 195 itu, semakin dingin yang dirasakan justru panas hingga terbakar. Jadi N2 cair ini memang lagi ngetren, alasannya narik konsumen. Kalau dari halal, ini masuk yang membahayakan (haram)," kata dia.
Karena, sambung Setiyo, untuk mengolah makanan dengan campuran nitrogen ada metodenya. Tidak cukup kalau hanya dituang secara langsung untuk dijadikan campuran. "N2-nya itu harus hilang dulu baru bisa dikonsumsi, kalau N2 cair masih ada di situ berbahaya, karena bisa radang dingin," ucapnya.
Selain radang dingin, Setiyo menyampaikan kalau masyarakat harus memahami bahwa suhu dingin bisa menyebabkan luka bakar seperti yang terjadi di Ponorogo. "Luka bakar akibat suhu dinging atau ice burn ini pada umumnya itu sama seperti sun burn, bisa kulit merah, gatal hingga melepuh," kata dia.
"Prosesnya itu, ketika kulit kita menempel suhu sangat dingin pada waktu yang lama, maka aliran darah bisa berkurang pada daerah tersebut. Sehingga jaringan sel tubuh bisa rusak, malah bisa mati. Risikonya sangat tinggi pada anak dan lansia. Karena kulit mereka lebih tipis," dia menambahkan.
Tragedi Ice Smoke atau es kebul ini bermula dari AH menonton pertunjukan reog dengan ayahnya, Sutrisno. Setelah memarkir sepeda motor, AH minta dibelikan makanan yang mengeluarkan asap. Setelah transaksi jual-beli selesai, AH memegang jajanan itu. Tak berselang lama, api keluar dan membakar beberapa bagian tubuh bocah laki-laki tersebut. Melihat itu, Sutrisno secara spontan berusaha memadamkan api dengan tangan kanannya.
Selain itu, ia juga melepas kaus yang dikenakan AH karena terbakar. Sutrisno juga membawa anaknya ke Puskesmas terdekat untuk mendapatkan pertolongan. Namun, ia disarankan untuk menuju ke rumah sakit lantaran fasilitasnya lebih lengkap.