Ngopi Sepuluh Ewu Simbol Keramahan Warga Banyuwangi 

Festival Ngopi Sepuluh Ewu, jadi simbol persaudaraan

Banyuwangi, IDN Times - Festival Ngopi Sepuluh Ewu yang berlangsung di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, menyajikan ribuan kopi dalam cangkir di sepanjang jalan desa. Kursi serta meja ruang tamu, kali ini ditata rapi di sepanjang jalan tepat di halaman rumah masing-masing, lengkap dengan sajian kopi dalam teko dan cangkir untuk minum. Sajian kopi itu ditambah dengan jajanan tradisioanal seperti klemben dan kucur. Ribuan tamu yang berkunjung, bisa bersilaturahmi, dan menikmati semua sajian dengan gratis.  

Baca Juga: Festival Ngopi Sepuluh Ewu Bakal Digelar Malam Ini di Banyuwangi 

1. Kopi jadi simbol perkuat jalinan silaturahmi

Ngopi Sepuluh Ewu Simbol Keramahan Warga Banyuwangi IDN Times/Mohamad Ulil Albab

Panitia sekaligus pemuda Karangtaruna Desa Kemiren, Dikri Wahyu Pramana Putra, mengatakan kopi yang disajikan warga Desa Kemiren menjadi simbol jalinan silaturahmi dan persaudaraan saat menerima kunjungan tamu.  

"Kopi Sepuluh Ewu (sepuluh ribu) ini sudah keenam kali. Kopi bagi warga Kemiren jadi simbol menjalin silaturahmi, kalau ada tamu, yang pertama disuguhkan kopi," kata Wahyu, disela pagelaran Festival Ngopi Sepuluh Ewu, Sabtu malam, (10/11). 

2. Kopi jadi budaya turun temurun Desa Kemiren

Ngopi Sepuluh Ewu Simbol Keramahan Warga Banyuwangi IDN Times/Mohamad Ulil Albab

Salah satu bukti kuatnya budaya minum kopi di Desa Kemiren, kata Wahyu, sejak turun temurun warga di desanya selalu menggunakan cangkir khusus untuk minum kopi. Sementara cangkir sendiri, menjadi salah satu benda penting yang diwariskan turun temurun. Bila dihutung, dari total 1.200 Kepala Keluarga (KK) di Desa Kemiren, masing-masing KK minimal memiliki satu sampai dua lusin cangkir.  

"Kenapa kopi 10 ribu, Tiap KK pasti memiliki cangkir yang sama, minimal satu lusin. Kalau dijumlah, dari 1000 KK-nya saja, sudah ada 10 ribu cangkir," terangnya.  

3. Berbagi pengalaman seduh kopi

Ngopi Sepuluh Ewu Simbol Keramahan Warga Banyuwangi IDN Times/Mohamad Ulil Albab

Tahun ini, pagelaran Ngopi Sepuluh Ewu, kata Wahyu, lebih ditekankan pada sisi edukasi ke pengunjung, terutama proses penyeduhan yang tepat. "Tahun ini lebih ditekankan ke edukasi, misalkan kalau seduh airnya jangan sampai terlalu panas 100 derajat, biar aromanya tidak hilang. Di sini juga ada stand baca buku. Teman kopi ya buku. Ada juga sangrai seduh," katanya.  

Sementara itu, Arif Wahyudi, salah satu pengunjung asal Surabaya datang bersama 6 orang temannya asik duduk di salah satu lapak milik warga Kemiren. "Kopinya gratis, bisa langsung ambil di teko," kata Wahyu.  

Sebagian besar, pengunjung tidak hanya duduk santai menikmati kopi, namun mengabadikan momen berfoto dengan fasilitas manual sangrai, lesung, dan background rumah adat Using. 

Baca Juga: Kemenlu Promosikan Pariwisata Banyuwangi, Bupati Anas: Terima Kasih

Topik:

  • Edwin Fajerial

Berita Terkini Lainnya