Tangis Buruh Pabrik Bola Piala Dunia: Bagaimana Anak-anak Kami Makan?

- Dari pabrik bola piala dunia, kini terhantam penurunan orderBagi banyak orang, pabrik ini dikenal lantaran pernah memproduksi bola resmi Piala Dunia 2022 di Qatar. Namun di balik prestasi itu, nasib buruh kini dipertaruhkan.
- Serikat Buruh jadi harapan terakhirKomunikasi dengan manajemen sudah dilakukan sejak dua pekan sebelum keputusan diumumkan. Serikat buruh berupaya agar proses ini tak hanya menjadi soal angka, tapi juga mempertimbangkan nasib ratusan keluarga yang bergantung pada gaji pekerja.
- Ribuan pekerja masih bertahan, tapi was-wasMeski 800 karyawan terkena dampak, sekitar 3
Madiun, IDN Times – Kabar mengejutkan datang dari PT Global Way Indonesia (GWI), pabrik pembuat bola resmi Piala Dunia 2022 di Kabupaten Madiun. Ratusan pekerja harus menerima kenyataan pahit setelah manajemen mengumumkan gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Tak kurang dari 800 karyawan disebut bakal terdampak. Di tengah ketidakpastian ini, suara keresahan pun bergema dari lantai produksi hingga ke rumah-rumah para buruh. “Jumlah pekerja yang terdampak sekitar 800 orang, tetapi proses musyawarah masih berjalan dengan manajemen setiap hari,” ujar Ketua Serikat Pekerja PT GWI Federasi Serikat Buruh Independen, Sunardi, Selasa (26/8/2025).
1. Dari pabrik bola piala dunia, kini terhantam penurunan order

Bagi banyak orang, pabrik ini dikenal lantaran pernah memproduksi bola resmi Piala Dunia 2022 di Qatar. Namun di balik prestasi itu, nasib buruh kini dipertaruhkan.
Sunardi mengungkap, PHK terjadi karena menurunnya pesanan produksi dari brand-brand olahraga internasional. “PT GWI tidak memproduksi brand sendiri. Yang terakhir, perusahaan ini dipercaya memproduksi bola resmi Piala Dunia 2022,” jelasnya.
2. Serikat Buruh jadi harapan terakhir

Sunardi menambahkan, komunikasi dengan manajemen sudah dilakukan sejak dua pekan sebelum keputusan diumumkan. Serikat buruh berupaya agar proses ini tak hanya menjadi soal angka, tapi juga mempertimbangkan nasib ratusan keluarga yang bergantung pada gaji pekerja.
“PHK bukan hanya sekadar kehilangan pekerjaan, tapi juga soal bagaimana anak-anak bisa tetap sekolah, bagaimana dapur tetap mengepul. Itu yang sedang kami perjuangkan,” katanya lirih.
3. Ribuan pekerja masih bertahan, tapi was-was

Meski 800 karyawan terkena dampak, sekitar 3.600 pekerja masih bertahan di lini produksi. Namun, suasana di pabrik tak lagi sama—rasa was-was menyelimuti para buruh yang khawatir gelombang PHK bisa berlanjut.
“Produksi masih berjalan, meski harus disesuaikan dengan jumlah permintaan. Manajemen juga mencari peluang pesanan baru, bukan hanya bola, tapi juga tas dan perlengkapan olahraga lain,” papar Sunardi.