Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Perjalanan Spiritual Soekarno dan Imam Bukhari dalam Bingkai Teater

IMG-20250627-WA0251.jpg
Pertunjukan teater Imam Al-Bukhari dan Soekarno di Balai Budaya Surabaya, Jumat (27/6/2025). (IDN Times/Khusnul Hasana)
Intinya sih...
  • Pementasan teater "Imam Al-Bukhari dan Soekarno" di Balai Budaya Surabaya memperlihatkan perjalanan spiritual Soekarno dalam menemukan makam ulama besar Uzbekistan.
  • Alur cerita penuh dengan momen kunci dalam misi historis Soekarno, seperti penolakan undangan Presiden Uni Soviet Nikita Khrushchev pada tahun 1956.
  • Pertunjukan ini bertujuan memperkenalkan sejarah Bung Karno kepada generasi muda dan memberikan apresiasi kepada Surabaya sebagai lokasi pertunjukan yang memiliki nilai sejarah dan spiritual tinggi.

Surabaya, IDN Times - Lampu teater di Balai Budaya Surabaya meredup perlahan. Sebuah penanda pertunjukan segera dimulai. Musik khas Timur Tengah mengalun, berpadu lembut dengan lantunan zikir, membawa penonton masuk ke dalam suasana pementasan. Ratusan pasang mata tertuju pada panggung megah, menanti setiap adegan yang tersaji di panggung Balai Budaya Surabaya, Jumat (27/6/2025).

Pembukaan pementasan menampilkan tiga sosok berjenggot mengenakan jubah dan sorban serbaputih. Memegang lilin yang memendar di tengah gelapnya panggung. Seketika, layar di belakang mereka menyala, memproyeksikan hamparan langit bertabur bintang, menciptakan nuansa spiritual yang mendalam.

Adegan kemudian beralih, delapan aktor dengan setelan jas krem khas para tokoh bangsa Indonesia tampil di atas panggung. Sosok di barisan terdepan, diperankan dengan apik, adalah Presiden Pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno. Mereka berbaris rapi, kemudian bersama-sama menyanyikan lagu "Padamu Negeri" dengan khidmat.

Alur cerita mengalir begitu saja, menggambarkan perjalanan spiritual Ir. Soekarno dalam upayanya menemukan makam ulama besar sekaligus ahli Hadis dari Uzbekistan, Imam Al-Bukhari. Setiap adegan diperagakan dengan cermat oleh para aktor, menyoroti momen-momen kunci dalam misi historis itu.

Salah satu adegan paling menonjol adalah ketika aktor Soekarno dengan gemilang memvisualisasikan momen penolakan undangan Presiden Uni Soviet Nikita Khrushchev pada tahun 1956. Soekarno kala itu menegaskan kesediaannya datang hanya jika makam Imam Al-Bukhari berhasil ditemukan. Di tengah panasnya situasi Perang Dingin, penolakan ini menjadi simbol kuat diplomasi non-blok Indonesia, menunjukkan keberanian dan keteguhan sikap.

Pertunjukan ini semakin istimewa dengan kehadiran aktor-aktor asli Uzbekistan. Mereka berdialog dan berakting menggunakan bahasa Uzbekistan, memberikan sentuhan otentik yang memperkaya pementasan.

Sepanjang pertunjukan, tarian dan musik indah menjadi benang merah yang mengikat setiap adegan. Perpaduan harmonis ini sukses memukau penonton, membuat mereka larut dalam keindahan seni yang disuguhkan.

Puncak cerita tercapai ketika makam Imam Al-Bukhari akhirnya ditemukan, meskipun dalam kondisi yang kurang terawat. Soekarno kemudian tiba di Uzbekistan, berziarah, dan memberikan penghormatan tertinggi untuk memuliakan makam tersebut.

Di adegan penutup, kegembiraan terpancar dari Soekarno dan para aktor yang memerankan tokoh-tokoh bangsa. Mereka merayakan keberhasilan misi dengan menari dan bernyanyi, mengakhiri pementasan dengan suasana ceria.

Lampu teater kembali menyala terang, disambut riuh tepuk tangan dan senyum sumringah dari seluruh penonton. Kebahagiaan dan kepuasan terlihat jelas di wajah setiap orang.

Di antara bangku penonton, tampak hadir aktor senior sekaligus seniman Indonesia yang kini menjabat Wakil Gubernur DKI Jakarta, Rano Karno, bersama dengan Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi. Keduanya terlihat sumringah menyaksikan akhir pementasan teater yang mengisahkan perjalanan inspiratif Bung Karno ini.

Pertunjukan teater bertajuk "Imam Al-Bukhari dan Soekarno" ini merupakan hasil kolaborasi apik antara Bumi Purnati Indonesia dengan The Drama Theater of Kattakurgan, Uzbekistan. Pementasan ini tidak hanya mengusung elemen teater modern, tetapi juga memadukan musik klasik, lagu-lagu nasional, musik tradisional Indonesia dan Uzbekistan, serta untaian zikir yang khusyuk.

Mengusung konsep teater arsip, pementasan ini berupaya menghidupkan kembali momen diplomatik penting dalam sejarah hubungan bilateral kedua negara. Surabaya patut berbangga menjadi tuan rumah pertunjukan tablo teater dan musik yang begitu kaya makna ini.

Aktor senior dan seniman Indonesia yang sekaligus Wakil Gubernur DKI Jakarta, Rano Karno, menggarisbawahi kekuatan spiritual Bung Karno dalam meyakini keberadaan makam Imam Al-Bukhari meski secara fisik belum pernah ke Uzbekistan sebelumnya.

"Saya melihatnya, selama beliau diasingkan di Ende, beliau pasti dimimpikan tempat itu. Ketika menyusun Pancasila, beliau banyak mendapat firasat atau ilmu dari hadits ini (Imam Al-Bukhari), dia menemukan kata-kata ketuhanan yang maha esa, keadilan," ujar Rano.

Karena itu, Rano menyebut bahwa, teater ini bertujuan memperkenalkan sejarah Bung Karno kepada generasi muda. Sebab, ia menilai selama ini anak-anak muda hanya mengenal Pancasila sebagai teks, bukan sebagai hasil dari perenungan mendalam.

"Bung Karno ini bukan membuat Pancasila. Pancasila sudah ada di Indonesia, tapi memang beliau yang merangkai, penggalinya itu beliau. Bahkan saat diasingkan di Ende, beliau membuat tim sandiwara untuk mengisi waktu. Dari situ banyak ide kebangsaan muncul," tuturnya.

Sementara itu, Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, menyambut hangat pementasan tersebut. Ia menyatakan kebanggaannya karena Surabaya dipilih sebagai lokasi pertunjukan yang memiliki nilai sejarah dan spiritual tinggi

"Ada satu kebanggaan Kota Surabaya ketika pementasan ini dilakukan di Surabaya. Ketika Uni Soviet waktu itu mengundang Soekarno dan Soekarno meminta untuk ditemukan dulu makam Imam Al-Bukhari, ini tidak lepas dari ketika Soekarno belajar di tokoh Islam, HOS Tjokroaminoto, pendiri Sarekat Islam," ujar Eri.

Eri menilai, permintaan Bung Karno untuk menziarahi makam Imam Al-Bukhari sebelum menerima undangan resmi dari Uni Soviet, menunjukkan kuatnya spiritualitas dan kedalaman keislaman sang proklamator.

"Maka di situlah Bung Karno saya rasakan bahwa tidak lepas dari Islam yang kuat ketika beliau bisa menyampaikan itu kepada Presiden Uni Soviet," imbuhnya.

Dalam kesempatan ini, Eri juga menyampaikan apresiasinya kepada tim produksi dan aktor senior Rano Karno atas dipilihnya Surabaya sebagai lokasi pertunjukan. "Ini mengeksplor bahwa Soekarno dan Surabaya tidak bisa dipisahkan. Kekuatan api, semangatnya Bung Karno, api perjuangannya ada di darahnya anak-anak Surabaya," tegasnya.

Surabaya memiliki peran penting dalam pembentukan karakter dan ideologi Bung Karno. Termasuk saat Bung Karno menimba ilmu politik dan keislaman dari HOS Tjokroaminoto. "Karena Soekarno dilahirkan di Surabaya, dan beliau belajar terkait politik dan belajar terkait menguatkan Islam kepada HOS Tjokroaminoto ," jelasnya.

Melalui pertunjukan ini, Eri berharap, semangat perjuangan Bung Karno dapat diteladani oleh generasi muda di Kota Pahlawan. "Sehingga ini akan mengeksplor betul bagaimana Surabaya dan Soekarno menjadi contoh bagi arek-arek Suroboyo. Mengingatkan kembali bahwa api perjuangan Soekarno harus kita ambil, kita jalankan. Bukan abunya, tapi api perjuangannya," ujarnya.

Sementara itu, Produser independen sekaligus pendiri Yayasan Taut Seni, Restu Imansari Kusumaningrum, mengungkapkan bahwa pentas ini telah melalui proses riset dan pengembangan selama lebih dari empat tahun. Pementasan berdurasi sekitar satu jam ini melibatkan sekitar 20 seniman dan teknisi, serta terbagi dalam empat sesi pertunjukan.

"Harapannya, generasi anak-anak muda mau lagi meneliti dan melihat sejarah bangsanya. Sejarah itu milik semua peradaban manusia, dia punya rekam jejaknya," ujarnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Zumrotul Abidin
EditorZumrotul Abidin
Follow Us