Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Live Music Mati Suri, Kafe dan Resto di Malang Takut Kena Royalti

Spot pertunjukan live music yang sepi di salah satu kafe di Malang. (IDN Times/Rizal Adhi Pratama)
Spot pertunjukan live music yang sepi di salah satu kafe di Malang. (IDN Times/Rizal Adhi Pratama)
Intinya sih...
  • Pertunjukan live music di kafe dan restoran Kota Malang sepi karena takut ditagih royalti musik Indonesia.
  • Apkrindo Kota Malang menilai besaran tagihan royalti tidak adil karena dihitung berdasarkan jumlah kursi, bukan menu utama.
  • Hanya hotel bintang 3 ke atas yang taat membayar royalti musik, sementara pengusaha restoran masih keberatan.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Malang, IDN Times - Pertunjukan live music yang biasanya menghiasi kafe dan restoran di Kota Malang kini sudah jarang terlihat lagi. Ini terjadi sejak ramai Lembaga Manajemen Kolektif Nasional (LMKN) menagih royalti ke kafe dan restoran yang memutar musik Indonesia.

1. Pertunjukan live music di Kota Malang kian sepi karena pengusaha kafe dan restoran takut ditagih royalti

Ilustrasi Bermain Musik (Piano). (IDN Times/Sunariyah)
Ilustrasi Bermain Musik (Piano). (IDN Times/Sunariyah)

Ketua Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restoran Indonesia (Apkrindo) Kota Malang, Indra Setiyadi membenarkan jika kini pertunjukan live music di Kota Malang sudah seperti mati suri. Pasalnya pemilik kafe dan restoran sudah takut untuk memutar musik Indonesia sejak gaduh tagihan royalti musik musisi Indonesia.

Biasanya memang ada live music oleh penyanyi kafe, tapi sekarang sudah tidak ada lagi, bahkan kafe sekarang sepi tidak ada yang memutar musik-musik hits. Masalahnya karena takut ditagih royalti, sedangkan sekarang ada penurunan omset akibat perekonomian sedang lesu," terangnya saat dikonfirmasi pada Jumat (22/8/2025).

Menurutnya, bahkan sekarang lebih baik membeli minuman secara online ketimbang memesan dine ini. Pasalnya jika pesan makan atau minuman di rumah bisa dinikmati sambil mendengarkan musik sendiri.

2. Apkrindo Kota Malang menilai besaran tagihan royalti untuk kafe dan restoran tidak adil

Spot salah satu kafe di Malang, yang sepi tanpa musik. (IDN Times/Rizal Adhi Pratama)
Spot salah satu kafe di Malang, yang sepi tanpa musik. (IDN Times/Rizal Adhi Pratama)

Indra mengungkapkan kalau tagihan royalti musik untuk kafe dan restoran saat ini sudah tidak masuk akal karena dihitung berdasarkan jumlah kursi, sehingga jumlahnya bisa sangat mahal. Padahal, tidak setiap hari kursi di kafe-kafe bisa dipenuhi oleh pengunjung.

Ia juga menegaskan kalau musik bukan menu utama yang disediakan oleh kafe dan restoran. Menu utama kafe dan restoran adalah makanan dan minuman, sedangkan musik hanya sebagai pengiring saja agar pengunjung lebih nyaman.

"Seharusnya yang dipungut royalti yang tinggi itu diskotik atau pub yang menjadikan musik jualan utamanya. Kalau di kafe kan tidak semua pelanggan menikmati musik yang kebetulan diputar saat itu," tegasnya.

3. PHRI Kota Malang sebut baru hotel yang sudah taat membayar royalti

Ilustrasi berlibur di hotel. (Instagram/@savanahotelmalang)
Ilustrasi berlibur di hotel. (Instagram/@savanahotelmalang)

Sementara itu, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Malang, Agoes Basoeki mengungkapkan kalau di Kota Malang saat ini baru hotel bintang 3 ke atas yang taat membayar royalti musik. Sementara untuk pengusaha restoran masih keberatan untuk membayar royalti musik, sehingga mereka menghentikan pertunjukan live musik.

Oleh karena itu, pihaknya akan bertemu dengan DPD dan DPP PHRI untuk mendiskusikan masalah ini. Ia berharap ada solusi yang tidak memberatkan kedua pihak.

"Restoran kecil kan tidak bisa disamakan dengan restoran besar, karena skala usahanya berbeda. Kita berharap ada penyesuaian sesuai skala usahanya," pungkasnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Zumrotul Abidin
EditorZumrotul Abidin
Follow Us