Kesulitan Tangani Minyak Kutisari, Pemkot Minta Bantuan Badan Geologi

Surabaya, IDN Times - Semburan minyak di Kutisari sudah hampir terjadi selama sepekan yang berarti mencapai batas pemeriksaan oleh Pemerintah Kota Surabaya. Namun, semburan tersebut tak kunjung berhenti melainkan semakin menguat hingga bercampur air. Untuk itu, Pemkot Surabaya meminta pertolongan Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral untuk memeriksa semburan tersebut.
1. Meminta tolong Badan Geologi

Hal ini disampaikan oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya, Eko Agus. Eko mengatakan bahwa pihaknya sudah bersurat ke Badan Geologi di Jakarta untuk membantu mengidentifikasi sumber semburan dan bagaimana penyelesaiannya.
"Kita minta tolong Badan Geologi dari Jakarta. Besok rencananya ke sana (Kutisari) untuk melihat sumbernya. Saya ini kan gak ngerti, yang mengerti ya dari ahlinya," tutur Eko ketika dihubungi IDN Times, Sabtu (28/9).
2. Melapor ke Dinas ESDM Jatim

Tak hanya meminta bantuan ke Badan Geologi, Eko juga akan 'mengadu' ke Dinas ESDM Jatim. Pasalnya pengolahan atau pun pembuangan hasil semburan dirasa bukan wewenang dari DLH Surabaya.
"Saya kan mengawasi dampaknya untuk lingkungan seperti apa. Apakah ada pencemaran di udara atau air. Kalau penanganannya ya bukan saya," tuturnya.
3. DLH kesulitan membuang hasil semburan

Pasalnya hingga saat ini pihaknya kesulitan untuk membuang hasil semburan minyak tersebut. Eko menyebut pihaknya baru sekali membuang hasil semburan berupa minyak mentah ke sumur milik salah satu perusahaan pengolah minyak di Bojonegoro.
"Tapi itu cuma dikasih satu kali angkutan gratis. Berikutnya saya gak tahu gimana," lanjutnya.
4. Minyak tak dapat diolah

Pasalnya, lanjut Eko, minyak mentah dari semburan tersebut tak dapat diolah seperti perkiraan awal. Minyak itu hanya dapat dibuang di tempat pembuangan khusus. Sementara kini, minyak tersebut telah bercampur dengan air.
"Besok pagi waktu Badan Geologi ke sana saya juga mau tanya ini enaknya penanganannya bagaimana," tutupnya.