Kayu Jati Super Langka dan Cat Jerman Hambat Rekonstruksi Grahadi

- Pembangunan ulang Grahadi sisi barat terhambat oleh kesulitan mendapatkan kayu jati berdiameter besar yang sulit dipenuhi di pasaran.
- Proses pengeringan kayu jati membutuhkan waktu berbulan-bulan sebelum bisa digunakan, sesuai standar ketat dari Tim Cagar Budaya.
- Material pengecatan juga menjadi masalah karena cat pemutih yang digunakan merupakan cat khusus asal Jerman yang tidak tersedia secara komersial saat ini.
Surabaya, IDN Times - Rencana pembangunan ulang Gedung Negara Grahadi sisi barat kembali tersendat. Bukan karena anggaran atau teknis konstruksi, melainkan faktor tuntutan ketat originalitas cagar budaya yang membuat material wajib dipasok dari sumber-sumber khusus yang sulit dipenuhi. Diketahui gedung sisi barat habis dibakar massa saat aksi demonstrasi berujung ricuh pada akhir Agustus lalu.
Salah satunya ialah jayu jati berdiameter besar, yang sulit dijumpai di pasaran dan hanya dapat diperoleh melalui penebangan khusus oleh Perhutani, menjadi hambatan utama. Proses pengeringannya pun membutuhkan waktu berbulan-bulan sebelum bisa digunakan.
Sekretaris Daerah Provindi (Sekdaprov) Jatim, Adhy Karyono, menegaskan bahwa pembangunan tak bisa dipaksakan karena seluruh material harus mengikuti standar ketat dari Tim Cagar Budaya. “Pihak cagar budaya memutuskan bahwa harus kembali dibangun dengan originalitas, terutama adalah bahan bangunan kayu jati yang diameter dan panjangnya di luar yang ada di pasaran,” ujarnya, Kamis (13/11/2025).
Tidak hanya kayu jati, material pengecatan juga menjadi masalah besar. Cat pemutih yang digunakan pada bangunan Grahadi merupakan cat khusus asal Jerman, anti-luntur dan tahan kelembaban. Jenis yang diyakini dibawa sejak masa kolonial, dan tidak tersedia secara komersial saat ini.
Adhy mengakui ingin mempercepat pembangunan, namun semua langkah harus mengikuti rekomendasi tim ahli. “Kami dihadapkan dengan kondisi harus kembali membangun originalitas dengan hitungan-hitungannya dan itu memerlukan waktu,” ungkapnya.
Dengan berbagai kendala material tersebut, proses penunjukan langsung maupun pengadaan baru baru dapat dilakukan pada Januari 2026. Anggaran awal sekitar Rp9 miliar pun diperkirakan akan membengkak seiring kebutuhan material cagar budaya yang sangat spesifik.


















