Jelang Pemilu, Doa Bersama Digelar di Magetan

Magetan, IDN Times – Lima hari menjelang hari H Pemilu, sejumlah pihak menggelar doa bersama bertajuk ‘Magetan Berdzikir’ di Pendapa Surya Graha, Kabupaten Magetan, Jumat (12/4). Mereka di antaranya terdiri dari Majelis Dzikir dan Istighosah, Nahdatul Ulama, Kementerian Agama, Pemkab, dan TNI/Polri.
Panitia Magetan Berdzikir, Wasis Eka Susila mengatakan bahwa kegiatan itu untuk memohon kepada Tuhan agar gelaran pemilu pada Rabu (17/4) nanti berjalan lancar dan aman. Demikian halnya dengan kondisi sesudahnya. “Kami mengharapkan Indonesia damai,” kata dia.
1.Harapkan pemilu berjalan damai

Bupati Magetan Suprawoto mengungkapkan pemilu pada era digitalisasi saat ini memiliki tantangan tersendiri. Sebab, banyak bermunculan berita berita bohong atau hoaks yang berpotensi memecah persatuan dan kesatuan bangsa.
Maka, melalui doa bersama itu diharapkan mendapatkan ridho dari Tuhan agar pemilu baik itu pemilihan presiden – wakil presiden, DPRD RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota, dan DPD berlangsung lancar. “Wajar jika kami bermunajat agar pemilu berjalan baik di era digitalisasi sekarang ini,” ujar dia.
2.Era digitalisasi menjadi tantangan tersendiri dalam pemilu

Menurut dia, ketika teknologi dan informasi berkembang seperti saat ini memiliki dua dampak bagi masyarakat. Untuk pemilihan presiden, ia mencontohkan, pemilih dengan calon yang dipilih dapat lebih dekat. Bahkan, komentar positif maupun negatif dapat ditulis melalui sejumlah media sosial.
Karena itu pula, perbedaan pendapat hingga berita bohong bertebaran di media sosial tersebut. “ Di dunia nyata aman-aman saja, tapi di dunia maya sepertinya panas,” ujar Pak Woto, panggilan akrab Suprawoto usai mengikuti doa bersama.
3.Perbedaan pendapat di dunia maya mengkhawatirkan jalannya pemilu

Media sosial, ia melanjutkan, dapat diakses di seluruh dunia. Dampaknya pun bisa cepat terjadi. Pendukung masing-masing calon presiden – wakil presiden bisa berpendapat sesuka hatinya. Bahkan, hingga saling hujat.
Kondisi ini, kata dia, dapat memicu permusuhan dan melupakan kepentingan nasional melalui gelaran pemilu. “Ini yang mengkhawatirkan meski kita sudah punya pengalaman 11 kali pemilu,” ujar dia kepada sejumlah jurnalis.
4. Perlu dukungan seluruh elemen masyarakat

Dengan pengalaman beberapa kali pemilu, Suprawoto menuturkan, seharusnya tingkat kedewasaan berpolitik masyarakat kian tinggi. Namun, di era keterbukaan teknologi dan informasi tantangan justru semakin besar. Tak terkecuali di Magetan yang selama ini diklaim senantiasa adem ayem (damai).
Untuk menciptakan pemilu berjalan lancar dan damai, ia melanjutkan, dibutuhkan peran dari semua elemen. Tidak hanya KPU, Bawaslu, Kepolisian, TNI dan pemkab semata. Namun, organisasi masyarakat, kelompok sosial, partai politik, serta pihak lain juga perlu terlibat.
“Termasuk ASN (aparatur sipil negara) juga harus menjaga netralitasnya dalam politik praktis,” ucap Suprawoto.