Dinsos Jatim: Gadget Faktor Gen Alpha Alami Masalah Mental

Surabaya, IDN Times - Dinas Sosial Jawa Timur (Dinsos Jatim) menyebut, masalah mental yang belakangan mulai bermunculan pada anak-anak atau Generasi Alpha disebut karena penggunaan gadget atau gawai yang masif. Serta, didukung dengan fungsi keluarga yang melemah.
Kepala Dinsos Jatim, Restu Novi mengatakan, Generasi Alpha, yang lahir sejak awal 2010-an, tumbuh dalam lingkungan yang sangat terhubung secara digital. Kehidupan mereka seringkali didominasi oleh teknologi, dengan akses mudah ke media sosial dan berbagai platform komunikasi.
"Selain ada manfaat, seperti kemampuan untuk terhubung dengan orang lain di seluruh dunia, ada dampak negatifnya mereka cenderung mengalami kesulitan dalam interaksi sosial," ujar Restu kepada IDN Times.
Menghadapi tekanan sosial yang lebih besar, baik dari teman sebaya maupun media. media sosial dapat memicu perasaan cemas dan fobia sosial. Hal ini kemudian, memicu anak-anak mengalami gangguna dalam keterampilan mengelola emosinya.
"Faktor yang mempengaruhi kesehatan mental generasi z adalah Dengan berkembangnya teknologi, kebutuhan ekonomi , sosial kultural," kata dia.
Dinsos Jatim mencatat, jumlah penyandang disabilitas yang terdata per September 2024 adalah 1.457 orang. Meski begitu, Dinsos Jatim belum melakukan pencatatan pengelompokan umur.
"Sepanjang 2024, ada sebanyak 1.457 orang namun dalam aplikasi edisabilitas belum tersedia data terpilah sesuai dengan umur," jelas dia.
Untuk mencegah terjadinya masalah mental pada anak-anak, hal perlu dilakukan adalah sinergis dan kolaborasi berdama. Mulai dari keluarga, lembaga pendidikan hingga rumah sakit.
"Kemudkan penting juga untuk menumbuhkan sarana prasarana yang memberikan ruang aman dan nyaman bagj anak, sehingga bisa berkegiatan positif, serta keterlibatan teman sebaya mereka seperti forum anak dan organisasi remaja lainnya untuk menciptakan kegiatan-kegiatan positif," kata dia.
Novi menyebut, pemerintah telah melakukan upaya untuk menangani masalah mental pada anak dan remaja. Seperti, melakukan deteksi dini kesehatan jiwa di Puskesmas.
"Kemudian kolaborasi Puskesmas dengan psikiater dan psikolog untuk penyuluhan kesehatan jiwa di masyarakat," tutur Novi.
Pihaknya juga melakukan pelatihan kader kesehatan jiwa di Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur. Pelatihan tersebut, salah satu programnya adalah family gathering.
"Family ghatering dilakukan untuk mensosialisasikan peran keluarga, ini sangat penting dalam menghilangkan stigma terhadap disabilitas mental/ODGJ agar keluarga dapat memberikan edukasi dan persepsi yang positif terhadap lingkungan disekitarnya," jelas Novi.
Dinsos Jatim juga memiliki UPT yang difungsikan untuk pemulihan sosial. Penyandang disabilitas mental diberi pelatihan keterampilan agar mereka bisa sembuh kembali.
"Di dalam UPT dinas sosial kami melakukan upaya pemulihan fungsi sosial melalui pendidikan, pelatihan, dan keterampilan," pungkas dia.