Para 'Penumpang Gelap' Demo Agustus di Surabaya: Datang, Bakar, Pulang

- Peristiwa tewasnya pengemudi Ojek Online (Ojol), Affan Kurniawan, di Jakarta memicu aksi demo di Surabaya.
- Aksi demo yang semula damai berubah menjadi kericuhan dengan teriakan "Polisi Pembunuh" dan pembakaran sepeda motor serta pos polisi.
- Sebanyak 580 orang ditangkap karena terlibat dalam aksi anarkis dan perusuh pembakaran gedung Grahadi serta Mapolda Jatim.
- Ada banyak peserta yang tidak berasal dari ojol dan mahasiswa kemudian memicu rusuh.
Surabaya, IDN Times - Bulan kemerdekaan yang disambut dengan berbagai kegembiraan ditutup dengan duka. Musababnya adalah tewasnya seorang pengemudi Ojek Online (Ojol), Affan Kurniawan. Ia meninggal dunia dilindas mobil rantis Brimob di Jakarta pada Kamis (28/8/2025) malam. Affan yang kala itu hanya melintas menjadi korban kebringasan aparat yang sedang mengamankan demo di depan gedung DPR MPR Jakarta.
Amarah masyarakat mendidih. Gejolak aksi lewat narasi di beranda media sosial pun secara cepat bertebaran ke seluruh Tanah Air. Di Surabaya, para rekan sesama Ojol yang geram atas peristiwa itu langsung turun ke jalan keesokan harinya. Mereka merencanakan aksi dan doa bersama di depan Mapolda Jatim, Jumat (29/8/2025) malam. Namun, rencana itu berubah. Sebelum ke Mapolda, siangnya ada aksi dadakan di depan Gedung Negara Grahadi. Tak hanya mereka, para mahasiswa dan masyarakat sipil hadir siang itu.
Di depan Grahadi, mereka sudah disambut demonstran dengan atribut hitam berbendera One Piece yang ikut menggaungkan kekesalan atas meninggalnya Affan. Awalnya, aksi berjalan damai sebelum ada teriakan "Polisi Pembunuh". Entah siapa yang memulai, tiba-tiba teriakan itu dibarengi lemparan kecil dari arah massa ke polisi yang sedang membentuk pagar hidup. Lemparan itu disusul lemparan lainnya, termasuk bom molotov.

Tak berselang lama, kepulan asap membubung tinggi. Aksi bakar-bakar dilakukan. Secara cepat, puluhan sepeda motor milik staf dan pegawai lingkungan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim dibakar massa. Kobaran api meluas. Asap hitam tebal menyelimuti Grahadi. Polisi pun merespons dengan keras. Tembakan air atau water canon dilancarkan. Tak cukup itu, gas air mata diletuskan. Sebagian massa lari sempoyongan. Massa, termasuk jurnalis yang meliput sibuk mencari pasta gigi, untuk melindungi mata biar tidak perih.
Ini jelas bukan bagian dari rencana aksi Ojol dan mahasiswa. Kedua eleman massa ini pun sigap menarik diri. Kericuhan tersisa antara massa atribut hitam dengan polisi. Sementara mahasiswa memilih pulang atau kembali ke kampus, para Ojol memilih merapat ke Mapolda Jatim. "Teman-teman saya tarik ke sini semua. Di sana ricuh gak karuan, yang anak baju hitam masih bertahan di sekitar sana," ungkap salah satu ojol enggan disebut namanya saat ditemui depan Mapolda Jatim. Para ojol pun digiring masuk oleh polisi ke Mapolda Jatim. Mereka segera memarkirkan sepeda di kawasan dekat masjid. Satu per satu mendapatkan lilin dan memulai aksi doa untuk Affan.
Sebaliknya, massa aksi depan Grahadi yang makin beringas dipukul mundur hingga Jalan Pemuda, Jalan Basuki Rahmat, Jalan Tunjungan dan Jalan Panglima Sudirman. Bukannya mereda, mereka, terutama yang terdesak ke Jalan Panglima Sudirman malah mulai menyasar simbol-simbol polisi.
IDN Times menyaksikan langsung beberapa pos polisi yang mereka lalui dirusak, dicoret hingga dibakar. Mulai dari Pos Polisi Karapan Sapi kawasan Keputran, Pos Polisi Taman Bungkul, Pos Polisi Wonokromo, Pos Polisi Margorejo, Pos Polisi Bundaran Dolog sampai Pos Polisi Waru. Ada beberapa massa yang mencoba menyerang Markas Polsek Wonokromo, tapi ada warga Joyoboyo yang ikut memukul mundur. Beberapa massa yang sudah di Jalan Ahmad Yani turut menyasar Markas Polda Jatim. Tapi mereka mengurungkan niat, karena penjagaan polisi berpakaian preman dan Brimob di tiap gerbang.
Mereka terus bergerak ke selatan ke arah Sidoarjo. Di sana, mereka juga membakar pos polisi di bundaran Waru, Pos Polantas Waru, hingga Pos Polisi Aloha. Pantauan malam itu, mayoritas massa memakai sepeda motor knalpot brong. Beberapa di antaranya berplat luar Kota Surabaya. Tak hanya dewasa, para perusak ini juga terpantau masih berusia remaja dan anak-anak. Aksi mereka pun terlihat sangat terencana. Mereka membawa botol berisi bensin. Kemudian kain bendera partai dipakai untuk media perantara agar api cepat terbakar. Ketika sudah terbakar, mereka bersorak gembira lalu hilang ditelan gelap.
Hari pun berganti. Gelombang aksi masih berdatangan. Kini, giliran mahasiswa yang melakukan aksi di depan Mapolda Jatim, Sabtu (30/8/2025) siang. Di tengah mahasiwa yang beralmamater, ada massa atribut hitam. Aspirasi disuarakan mahasiswa. Sementara umpatan digaungkan massa atribut hitam dan menular ke mahasiswa.
Tak berselang lama, vandalisme dilakukan di sisi barat Mapolda Jatim. Coretan, "Pembunuh", "ACAB", "1312", memenuhi markas polisi. Lemparan ke markas polisi juga terjadi. Sontak, polisi berjaga langsung memarken aksinya. Aksi hanya berlangsung sebentar, mengetahui ada yang mulai tidak kondusif, mahasiswa membubarkan diri. Begitu pula massa beratribut hitam.
Hari itu sebenarnya tak ada informasi aksi di Grahadi. Namun, tiba-tiba, di sore hari, gerombolan remaja memakai kaus hitam datang. Mereka tiba-tiba menyerang Grahadi. Melempar batu, botol dan barang apapun di sisi timur gedung. Salah satu bahkan nekat melompati pagar yang sudah rusak dampak kericuhan hari sebelumnya. Ternyata mereka menyasar bangkai sepeda motor yang masih belum dievakuasi oleh petugas Grahadi. Satpol PP yang berjaga menghalau dengan alat seadanya.
Bukannya usai, gelombang serangan membesar. Hujan batu kian deras. Ditambah besi yang diacungkan oleh beberapa remaja. Mereka pun mulai menjarah. Satu sepeda motor diangkat, keluar pagar. Mau diangkut. Tapi, polisi dari Polsek Genteng datang. Bangkai kendaraan ditinggal di trotoar. Gerombolan bubar. Tunggang langgang dengan sepeda motor yang dikendarainya.
Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa yang ada di Grahadi pun mengecek kondisi. Ia meminta bala bantuan pengamanan. Kali ini bukan polisi. Tapi tentara. Ratusan didatangkan. Diangkut menggunakan truk. Bertuliskan TNI AD Arhanud. Semua mulai berjaga sore ini, karena diyakini ada gelombang aksi lebih besar lagi. Malam nanti.
Benar saja, memasuki malam hari, gerombolan hitam datang lagi di depan Gedung Negara Grahadi. Sebagian besar mereka ialah massa yang terlibat kericuhan aksi di depan Mapolrestabes Surabaya. Beberapa di antaranya ditangkap polisi. Beberapa yang lolos kemudian melanjutkan aksi di depan Grahadi. Tanpa orasi, mereka menyerang Grahadi. Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Rudy Saladin bergegas menemui massa aksi. Mengajak mereka dialog. Serangan pun redam.
Rudy pun kembali masuk ke Grahadi, mengajak Khofifah keluar ikut menemui massa aksi. Saat keluar, hujan botol terjadi. Khofifah menjadi sasaran. Untungnya ada tameng tentara. Khofifah tetap berjalan ke arah massa. Mencoba berdialog. Intinya, massa meminta agar temannya yang ditangkap polisi segera dibebaskan. Utamanya yang di Polrestabes Surabaya. Khofifah menyanggupinya.
“Yang sekarang masih di Polrestabes dibebaskan malam ini. Saya telepon Pak Kapolda, karena tadi siang ada dua yang dibebaskan. Kita akan koordinasi ke Polrestabes malam ini,” ujarnya.
Selama dialog, riuh rendah suara massa beberapa kali menggema. Seolah tak terima. Lemparan sesekali tetap ada. Setelah itu, Khofifah masuk lagi ke Grahadi. Bersama Pangdam Rudy dan lima perwakilan demonstran. Mereka semua cepat-cepat ke mobil. Bergeser ke Mapolrestabes Surabaya. Grahadi yang tidak ada lagi pimpinan pun memanas. Massa ngamuk. Lemparan dilakukan. Petasan diletuskan. Bom molotov juga dilayangkan. Pagar sisi barat pun ambruk. Beberapa massa menjebol pagar parkir yang berdampingan dengan sekolah swasta.

Penjarahan dilakukan. Komputer, laptop dan perlengkapan lainnya dibawa. Beberapa botol dan plastik diduga berisi bensin turut dilempar. Disusul dengan molotov. Sementara tentara bergeming. Hanya membuat pagar hidup dengan tameng. Tak memukul mundur massa. Alhasil gedung sisi barat terbakar. Di sana ruang Wakil Gubernur Jatim biasa menerima tamu-tamunya. Api secara cepat melalap ruangan lainnya. Mulai ruang protokoler dan ruang biro umum.
Pantauan IDN Times, di tengah amarah, terlihat seorang berjaket ojek online wara-wiri di tengah massa. Sosok yang mengenakan masker dan helm full face itu menenteng ransel. Setelah gedung terbakar, ia segera meninggalkan kerumunan.
Massa yang tahu kebakaran meluas, dengan api yang membubung tinggi, bersorak kegirangan. Sembari menggaungkan, "cair-cair-cair" saat barang jarahan dibawa. Ada alat pemotong rumput, besi, sofa, alat pemadam APAR, air mineral dan banyak lainnya. Di tengah massa juga muncul seorang berwajah bule memimpin barisan berjalan dari arah Grahadi menuju Jalan Basuki Rahmat. Sambil berteriak, "Kita buat Indonesia lebih asyik".
Barisan Brimob pun datang dari sisi Jalan Tunjungan. Gas air mata ditembakkan. Massa berlarian. Ada yang ke arah Tunjungan Plaza, ada ke Tegalsari ada pula ke Embong Malang serta menyebar ke jalan-jalan lainnya. Termasuk Genteng Kali, Jalan Pemuda maupun Jalan Panglima Sudirman.
Massa atribut hitam pun kembali melancarkan aksinya. Coba berhadapan dengan polisi Brimob. Secara tiba-tiba rombongan tentara tanpa senjata dan tameng muncul. Mereka hanya modal berbaris dengan bernyanyi, meredam sementara kondisi. Massa ikut membuntuti tentara, agar tidak ditangkap polisi.
Namun itu hanya sementara. Kini massa beratribut hitam membakar Polsek Tegalsari. Polisi yang geram terus memukul mundur. Ada yang ditangkap. Gas air mata di mana-mana. Menambah sesak dada dan perih mata. Hingga dini hari aksi kejar-kejaran terjadi. Sampai akhirnya semua selesai dengan sendirinya.
Polda Jatim mengumumkan ada sebanyak 580 orang ditangkap saat demonstrasi berujung ricuh yang terjadi di sejumlah Kabupaten Kota pada Jumat (29/8/2025) dan Sabtu (30/8/2025). Dari 580 orang itu, 89 di antaranya diproses hukum, 12 masih pemeriksaan dan 479 telah dipulangkan.
580 orang yang ditangkap itu merupakan terduga pelaku kericuhan saat aksi di Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Kediri, Kota Kediri, Kabupaten Malang dan Kota Malang. "Keseluruhannya adalah pelaku unjuk rasa anarkis dan perusuh pembakaran, ada dua lokasi yakni TKP Gedung Grahadi dan Mapolda Jatim," ujar Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Jules Abast, Senin (1/9/2025) malam.
Sementara Gubernur Jatim Khofifah, pada Selasa (2/9/2025) di Mapolda Jatim mengaku sedih atas pembakaran Grahadi. Karena gedung itu merupakan cagar budaya. Ia bahkan menyebut kalau pembakarnya bukan orang yang ingin menyampaikan aspirasi laiknya aksi demonstrasi tapi penyusup.
"Kawan mahasiswa memastikan bukan mereka. Jadi, antara aksi mahasiswa, aksi ojol berjalan dengan damai," ujarnya saat di Mapolda Jatim, Selasa (2/9/2025). "Tapi yang menyusupi sepertinya berkeinginan ada hal lain. Mohon kita terus waspada," pungkasnya.