Tinggal Sebatang Kara, Ngateni Gantungkan Hidup dari Berjualan Tape

Selama puluhan tahun tak pernah dapatkan bantuan

Lamongan, IDN Times - Seorang nenek bernama Ngateni (80), asal Desa Centini, Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan, hidup memprihatinkan. Setiap harinya, nenek yang sudah tinggal sebatang kara selama puluhan tahun tersebut, menggantungkan hidup dari berjualan tape ketan.

Tape yang dibuat tidak ia jual sendiri melainkan dititipkan pada pedagang lainnya. Ngateni mengaku tak bisa menjual barang dagangannya sendiri lantaran kondisi kesehatan yang sudah tak kuat lagi berjalan terlalu jauh. "Saya titipkan nak, ora kuat mlaku (tidak kuat berjalan)," kata Ngateni, Selasa (22/10).

1. Hanya kantongi Rp10 ribu per hari

Tinggal Sebatang Kara, Ngateni Gantungkan Hidup dari Berjualan TapeIDN Times/ Imron

Dari menjual tape, Ngateni mengaku memperoleh uang sebesar Rp15 ribu per hari. Uang itu harus ia bagi pada pedagang yang sudah membantunya menjualkan tape buatannya sebesar 5 ribu. Sedangkan sisa uangnya ia gunakan untuk membeli beras, lauk pauk dan modal tape ketan. "Cuma dapat Rp10 ribu nak, wong pasarnya sudah beberapa bulan ini sepi," katanya.

2. Rumah yang ditinggali juga tidak layak huni

Tinggal Sebatang Kara, Ngateni Gantungkan Hidup dari Berjualan TapeIDN Times/ Imron

Tak hanya memiliki penghasilan rendah, rumah berukuran 4x5 meter yang sudah ia tinggali sejak puluhan tahun itu juga terbilang tidak layak dihuni. Saat musim penghujan tiba, atap rumah sering bocor. Ditambah lagi, tiang penyangga juga sudah terlihat tak lagi kokoh. Hal ini diperparah dengan banyaknya lubang pada dinding rumah yang terbuat dari anyaman bambu. 

Ngateni sebenarnya mempunyai empat orang anak. Namun, tiga diantaranya meninggal dunia. Adapun satu anaknya merantau ke luar Jawa dan jarang pulang. "Kalau hujan bocor nak, dan Mbah e tidak bisa memperbaiki karena sudah tua," jelasnya.

3. Tidak pernah dapat bantuan dari pemerintah

Tinggal Sebatang Kara, Ngateni Gantungkan Hidup dari Berjualan TapeIDN Times/ Imron

Ngateni harus tetap berjuang seorang diri di tengah kondisi tubuh yang kerap sakit-sakitan termakan lapuknya usia. Bantuan bagi masyarakat miskin dan lansia yang kerap digembar-gemborkan pemerintah pun tak pernah ia dapat.

Hal ini dikarenakan dirinya tak punya identitas lengkap sebagi penduduk Lamongan. Ngateni sendiri dahulunya adalah penduduk Tuban dan pulang ke Lamongan mengikuti suaminya. Alasannya, ia tidak pindah sebagi warga Lamongan lantaran faktor usia dan terkendala biaya.

Baca Juga: Kekeringan di Lamongan Meluas, BPBD Suplai 729 Tangki Air ke Warga  

4. Bantuan hanya diberikan pada warga yang mempunyai KTP Lamongan

Tinggal Sebatang Kara, Ngateni Gantungkan Hidup dari Berjualan TapeIDN Times/ Imron

Sementara, Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Lamongan, M Kamil mengaku tidak bisa berbuat banyak mengingat pemberian bantuan bagi masyarakat miskin juga ada aturannya. Terlebih, Ngateni tidak terdata di dalam kependudukan Lamongan.

"Kita tidak bisa memberikan bantuan secara cuma-cuma, harus melalui proses, salah satunya identitas penduduk yang bersangkutan," pungkasnya.

Baca Juga: Pelantikan Presiden, Pelajar di Lamongan Bentangkan Bendera Raksasa  

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya