Sedang Salat, Mahasiswa UI Ini Selamat dari Tsunami Banten

Salat belum juga usai, Fia mendengar suara gemuruh

Jakarta, IDN Times - Malam itu Eureka begitu gundah. Entah kenapa perasaannya tidak enak. Ia mamilih masuk ke tempat penginapannya untuk salat Isya, dan meninggalkan teman-temannya di pelataran.

Fia bersama 58 temannya memang tengah bermalam di sebuah penginapan kawasan Pantai Carita, Pandeglang, Banten, sejak Jumat (21/12), untuk mengikuti acara perpisahan kepengurusan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia 2018.

"Aku gak tahu ya, malam itu perasaanku gak enak banget. Kata temenku, 'udah sih kita kan lagi liburan, nikmati aja, seneng-seneng'. Aku akhirnya ke villa jam 21.00 kurang, sempet berbenah. Abis itu salat Isya, aku pikir kalau nanti-nanti kamar mandi bakal antre," ujar Fia kepada IDN Times, Selasa (25/12).

Salat belum juga usai, perempuan yang akrab disapa Fia itu tiba-tiba mendengar suara gemuruh dan teriakan di luar penginapannya. Fia pun terperanjat dan panik. Ia bergegas naik ke tangga menuju lantai dua.

"Pas salat tahyat akhir aku dengar ada suara gemuruh dan teriakan gitu, tapi kok kayak orang ketakutan gitu. Selesai salat, aku lihat ke belakang tiba-tiba air sudah masuk ke villa, aku langsung naik ke tangga lantai dua," ujar mahasiswi bernama lengkap Eureka Arifiani itu.

Kaca-kaca jendela pecah. Air pun masuk ke penginapan melalui jendela. Saking paniknya, Fia lupa membangunkan seorang temanya yang tertidur di kursi lantai dasar. Temannya itu memang tengah sakit, sehingga tak bisa mengikuti acara evaluasi di pelataran villa.

"Waktu itu aku gak ingat sama sekali, kayak setengah sadar gitu. Tapi ada satu temenku masuk ke kamar mandi kesetrum, dia teriak. Baru temenku yang lagi tidur di kursi kebangun. Air sudah selutut. Dia gak mau aku suruh naik ke tangga, takut kestrum, tapi akhirnya dia mau naik ke tangga," ujar Fia, yang saat itu tetap mengenakan mukena.

Baca Juga: Kesaksian Nelayan Lihat Gelombang Tsunami 15 Meter Hancurkan Desanya

1. Gelombang air datang dua kali

Sedang Salat, Mahasiswa UI Ini Selamat dari Tsunami BantenIDN Times/Istimewa

Gelombang laut itu datang dua kali. Gelombang pertama datang sekitar pukul 09.30 WIB. Saat itu, Fia sempat mencari barang-barang bawaannya, tapi ia tak menemukannya. Ia berkejaran dengan waktu, karena khawatir gelombang susulan akan tiba.

Naluri Fia benar. Gelombang susulan datang. Ia sempat melongok jendela di lantai dua untuk memastikan gelombang kedua itu menghantam penginapannya. Benar saja, dari kejauhan gulungan ombak itu terlihat putih sebelum akhirnya menghantam tembok villa.

"Awas ada gelombang susulan," teriak Fia di lantai dua.

Ternyata teriakan Fia ada yang merespons, yang tak lain adalah teman Fia. "Itu siapa?' Ini aku, Fia," jawab Fia pada temannya itu.

Tapi Fia tidak bisa melihat suara itu dan teman-teman lainnya, karena terhalang korden jendela. Suasana malam itu juga begitu gelap dan mencekam. Listrik padam. Dia hanya mendengar sayup-sayup jeritan temannya di luar villa dan tak bisa berbuat banyak.

Saat gelombang laut menggenangi lantai satu, Fia bersama tiga temannya bertahan di lantai dua. "Aku bareng temenku yang sakit, satu lagi yang sempat kesetrum di kamar mandi. Temenku yang sakit itu sama-sama pakai mukena, karena dia abis salat tidur di kursi," ujar dia.

Sekitar satu jam berselang, gelombang laut mulai surut. Teman-teman Fia mulai berdatangan ke villa, untuk mencari barang-barang mereka. Tubuh mereka penuh luka.

"Barang-barangku gak kebawa, udah gak memungkinkan, soalnya banyak barang yang dibawa. Tapi dompet dan handphone-ku ketemu, tapi HP-ku udah rusak," ujar Fia.

Usai mencari barang-barang, Fia bersama teman-temannya keluar dari penginapan menuju ke tempat yang lebih aman.

"Kita kayak dievakuasi ke Krakatau Hotel and Restaurant, di jalan banyak orang, motor-motor berserakan," ujar dia.

2. Mengungsi ke Polsek Jiput dan hotel lain yang lebih aman

Sedang Salat, Mahasiswa UI Ini Selamat dari Tsunami BantenIDN Times/Istimewa

Usai air surut sekitar pukul 23.00 WIB, Fia bersama teman-temannya dievaluasi ke Karaktau Hotel and Restaurant. Namun ada beberapa temannya ada yang berpisah ke tempat lain bersama warga, saat tsunami menerjang Pantai Carita.

"Dari 59 ada sembilan orang yang ikut mengungsi bareng warga, jadi kita ke hotel cuma 50 orang. Tapi akhirnya mereka balik lagi," ujar Fia.

Di hotel itu, Fia berusaha mengabarkan kondisinya kepada orangtuanya, dengan meminjam telepon genggam temannya yang selamat dari amukan gelombang tsunami.

Pagi harinya sekitar pukul 07.00, Fia bersama teman-temannya mengungsi ke Polsek Jiput. Sedangkan, lima dari 59 teman Fia harus menjalani perawatan di puskesmas, karena mengalami luka serius.

"Kita naik bus ke Polsek Jiput, alhamdulillah, bus parkir di belakang villa tempatnya agak tinggi, jadi gak kena tsunami. Sopirnya juga selamat," ujar Fia.

3. Firasat orangtua sebelum tsunami menerjang Banten

Sedang Salat, Mahasiswa UI Ini Selamat dari Tsunami BantenIDN Times/Istimewa

Di hotel, Fia berusaha menghubungi orangtuanya di Bekasi, untuk mengabarkan kondisinya.

"Fia telepon pakai HP temennya, tapi buru-buru karena batreinya mau habis katanya. Dia bilang, 'bu aku selamat sekarang aku lagi di hotel'," cerita Nita, ibu Fia, saat dihubungi pada kesempatan yang sama.

Di tengah keterbatasan alat komunikasi tersebut, Nita berusaha mencari alternatif dengan memanfaatkan telepon hotel.

"Aku minta Fia cari nomor hotel atau nomor kontak BEM UI, biar aku yang telepon ke dia," ucap Nita.

Kabar dari Fia bukan menenangkan orangtuanya. Sebaliknya, sang ibu justru khawatir dengan kondisi Fia. Apalagi ia mendapat kabar dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di media sosial, tentang kondisi cuaca buruk di sekitar Banten.

"Malam itu aku nyalain TV buat cari informasi, nah di TV reporternya bilang katanya ada kapal gak bisa bersandar karena air laut surut. Deg, aku langsung kepikiran ada tsunami, karena air laut katanya akan surut sebelum ada tsunami," ujar Nita.

Rasa khawatir tak kunjung hilang. Nita justru semakin cemas. Ia salat malam dan terus mendoakan agar anaknya diselamatkan dari bencana. Tak lupa, Nita juga bersyukur karena Fia telah selamat dari terjangan tsunami.

"Aku sujud syukur, Fia selamat dari tsunami. Alhamdulillah, ya Allah. Aku juga salat tahajut dan terus minta doa supaya anakku diselamatkan," tutur Nita, yang sepanjang malam itu nyaris tidak tidur karena cemas.

Besok paginya, Nita kembali mendapat kabar dari Fia melalui pesan pendek. Pesan tersebut mengabarkan, sang anak hendak pulang ke rumah Sabtu Minggu (23/12) pagi.

"Pagi-pagi aku buka WhatsApp, Fia ngabarin katanya jam 07.00 dia mau pulang. Tapi di jalan aku hubungi lagi, aku tanya, 'udah sampai mana kamu?' Katanya masih di Carita. Ya Allah, kenapa masih di sana, aku khawatir, katanya kan ada tsunami susulan," ujar Nita.

Sebelum Fia berangkat ke Carita mengikuti kegiatan kampus, Nita memang sempat melarangnya. Alasannya, kondisi cuaca belakangan ini kurang bersahabat. "Perasaan aku gak enak aja waktu itu, gak tahu kenapa, makanya aku sempat gak izinin," ujar Nita.

4. Suara dentuman dan erupsi Gunung Anak Krakatau

Sedang Salat, Mahasiswa UI Ini Selamat dari Tsunami BantenIDN Times/Istimewa

Sebelum gelombang tsunami itu menghantam penginapannya, Fia bersama teman-temannya sempat mendengar dentuman keras seperti di bawah laut.

"Kayak ada suara dentuman tiga kali, kayak di bawah laut. Tapi kita gak gimana-gimana, acara tetap jalan. Kita tetep main di pantai. Malah dari sekitar jam 17.30 kita lihat Gunung Krakatau merah-merah, tapi waktu itu kita gak yang gimana-gimana. Kata warga setempat itu udah biasa," cerita Fia.

Senja berlalu, hari pun mulai gelap. Fia bersama teman-temannya masuk ke villa. Sekitar pukul 18.30 WIB, Fia bersama teman-temannya mulai menggelar acara di pelataran villa.

"Pertama kita acara bakar-bakar. Barberque gitu. Selesai itu baru evaluasi kepengurusan BEM Psikologo UI 2018. Semua kumpul membentuk setengah lingkaran gitu, ngadep ke proyektor," ujar Fia.

Menjelang pukul 21.00 WIB, Fia masuk ke dalam villa untuk melaksanakan salat Isya. Saat itu, Fia diselimuti kegelisahan. "Pokoknya malam itu aku ngerasa gak tenang, makanya aku balik ke villa, salat."

Fia menginap bersama puluhan mahasiswi lain. Karena 59 mahasiswa UI itu terbagi di tiga penginapan. Mahasiswa laki-laki dan perempuan dipisah.

"Villanya deket-deketan, cuma jarak sekitar satu sampai dua meter gitu, bentuk huruf U, dan di tengahnya ada kolam renang," ujar Fia.

Sementara, villa yang ditempati Fia berada paling depan dari garis pantai. Hanya beberapa langkah dari bibir pantai. Kendati, posisi tempat penginapan itu dua meter lebih tinggi dari pantai.

"Harusnya kita lebih aman, karena villa berada di teluk, menjorok ke dalam. Kalau yang lain kan di tanjung, menjorok ke luar," ujar Fia, seperti belum menerima kenyataan tsunami menimpa tempat penginapannya.

5. Trauma menghantui Fia pascatragedi tsunami Selat Sunda

Sedang Salat, Mahasiswa UI Ini Selamat dari Tsunami BantenIDN Times/Istimewa

Beberapa hari pasca-tsunami Selat Sunda, Fia merasakan trauma mendalam. Orangtua juga merasakan hal itu. Setiap mendengar suara keras, Fia merasa ketakutan.

"Kayak kemarin kan ada kucing, aku kaget, teriak, dia (Fia) langsung kayak ketakutan gitu," ujar Nita.

Fia dan orangtuanya kini hanya bisa mengambil pelajaran dari bencana tsunami Selat Sunda. Kondisi Fia juga kini berangsur membaik, sudah bersedia berkomunikasi dengan orang lain.

"Kemarin pas awal-awal pulang dari Carita, dia bener-bener trauma, gak bisa diajak ngomong. Semoga ada hikmah di balik musibah ini," ujar ibu dua anak itu, mengakhiri perbincangan di sambungan telepon.

Baca Juga: Antisipasi Tsunami Susulan, Masyarakat Diimbau Jauhi Pantai 

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya