Petani Garam Sambat, Harga Garam Anjlok Jelang Lebaran

Surabaya, IDN Times - Memasuki Ramadan hingga jelang lebaran, petani garam di Jawa Timur (Jatim) meradang. Pasalnya, harga komoditas yang dipanen terus mengalami penurunan harga. Jika Januari lalu, harga garam yang dipanen masih mencapai Rp750 per kilogram, kini menjadi Rp500 per kilogram.
"Kalau dulu pabrik prosesor garam di Gresik mau menerima Rp1.050 per kilogram, sekarang turun Rp950 per kilogram. Jadi kalau Pak Menko Pangan bilang harga garam stabil, itu tidaklah benar. Buktinya sekarang harga garam jeblok," ujar Wakil Ketua Paguyuban Pelopor Petambak dan Pedagang Garam Madura (P4GM) M Saiful.
Saiful mengungkap, hal ini diperparah dengan pabrik prosesor garam di Jawa Timur tinggal satu yang buka, yakni di Gresik. Akibatnya banyak stok garam para petani yang menumpuk di gudang. "Selain itu saya berharap ada standar harga untuk garam," katanya.
"Harga garam ini terus mengalami penurunan sejak masa panen tahun 2023 yang mencapai Rp1.500 per kilogram. Kemudian lebaran Idul Fitri Rp1.300, September Rp850 Januari sempat Rp750 dan sekarang Rp500," ungkap Saiful menambahkan.
Menurutnya, harga garam tahun 2023 sempat mencapai Rp2.000, namun karena produksi melimpah, harganya turun. Dia berharap ada standarisasi harga garam. "Karena sejauh ini belum ada. Harapan kami bisa Rp1.300 – Rp1.500 per kilogramnya," harapnya.
Selain astandar harga garam, pemerintah harus turun ke bawah untuk mengetahui kondisi garam sesunguhnya di tingkat petani. "Karena sejauh ini banyak yang tidak terserap garam kami. PT Garam yang diharapkan jadi mitra justru malah menjadi kompetitor. "Prosesor lebih banyak ambil di PT Garam ketimbang pada petani," katanya.
Karena banyak yang beli dengan harga murah, maka para petani garam Madura lebih banyak menjualnya keluar daerah. "Ini solusi mengurangi jumlah stok yang menumpuk di gudang. Sejauh ini garam petani banyak yang menumpuk di gudang. Padahal NaCl sudah 98 persen. Sedangkan standar impor hanya 95 persen," pungkasnya.