Peneliti UNAIR Temukan Formula Pembuatan Kornea Artifisial

Invensi ini udah terdaftar di HAKI

Surabaya, IDN Times – Peneliti Universitas Airlangga (UNAIR), Dr Prihartini Widiyanti drg SBio MKes menemukan sebuah formula komposit kolagen, kitosan, dan natrium hialuronat dalam pembuatan kornea mata artifisial. Invensi atau penemuan itu terdaftar sebagai hak paten dalam Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) pada Oktober 2022 lalu.

1. Penelitian didasari angka prevelensi kebutaan yang tinggi

Peneliti UNAIR Temukan Formula Pembuatan Kornea ArtifisialFlickr.com

Dosen yang kerap disapa Yanti itu mengatakan penelitian ini didasari pada angka prevalensi kebutaan akibat cedera kornea masih terbilang tinggi di Indonesia. Permasalahan ini kemudian memantik dirinya untuk meneliti dan mengembangkan kornea artifisial dengan formula khusus, yaitu kolagen, kitosan, dan natrium hialuronat.

"Jadi saya meneliti dan mengembangkan membran kornea buatan yang tujuannya adalah untuk memperbaiki dan mengatasi ulkus (luka) pada kornea penyebab hilangnya penglihatan," ujarnya.

Baca Juga: Arielya Maba UNAIR Termuda Berusia 15 Tahun

2. Penelian sudah sejak tahun 2015

Peneliti UNAIR Temukan Formula Pembuatan Kornea ArtifisialPinterest

Penelitian tentang formula khusus untuk kornea artifisial itu telah berjalan sejak tahun 2015. Berbagai tahapan penelitian telah berlalu, termasuk tahapan uji coba in vivo dan implantasi pada hewan percobaan.

"Penelitian ini mulainya pada tahun 2015 dan Alhamdulillah sudah melalui tahapan in vivo. Artinya sudah kami coba implantasikan ke hewan percobaan," imbuhnya.

3. Penelitian berkolaborasi dengan beberapa pihak

Peneliti UNAIR Temukan Formula Pembuatan Kornea Artifisialwww.halodoc.com

Dalam mengembangkan invensinya, peneliti senior Institute of Tropical Disease (ITD) UNAIR itu tidak bekerja sendirian. Ia juga menjalin kolaborasi dengan mahasiswa berbagai jenjang, dokter Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS), hingga dokter spesialis mata.

"Untuk pengembangan kornea buatan ini tidak hanya melibatkan mahasiswa S1 saja, tetapi juga mahasiswa S2, S3, Teknik Biomedik, dan MIPA FST UNAIR. Lalu juga bekerja sama dengan teman-teman di RSUA Divisi Mata," ujarnya.

Lebih lanjut, Yanti mengatakan kolaborasi tersebut menjadi salah satu aspek penting dalam pengembangan invensinya ini. Pasalnya, perlu adanya kolaborasi multidisiplin ilmu untuk menjalankan keseluruhan tahapan pengembangan, mulai dari penelitian tahap awal hingga uji coba implan pada manusia.

"Tentu perlu kerja sama, ya. Jadi, yang membuat dan mengembangkan adalah mahasiswa dari FST bersama dengan teman-teman dari ITD. Kemudian, nanti yang melakukan implan adalah dokter PPDS dan dokter mata,” pungkas dia.

Baca Juga: Gubes UNAIR Dorong Penggunaan Laser Tangani Kusta

Topik:

  • Zumrotul Abidin

Berita Terkini Lainnya