Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Wali Santri Ponpes Al Khoziny Susah Payah Cari Data Antemortem Sendiri

IDN Times/Ardiansyah Fajar.
Keluarga korban Ponpes Ambruk, Hamida Soetadji. IDN Times/Ardiansyah Fajar.
Intinya sih...
  • Keluarga korban ambruknya musala Ponpes Al Khoziny kecewa dengan sikap pengurus dan kiai ponpes yang dinilai menutup diri dan abai terhadap nasib para wali santri.
  • Pihak keluarga harus mencari dan menyerahkan data sendiri kepada tim SAR dan DVI, karena data santri tidak tersimpan rapi dalam database ponpes.
  • Lambannya pembaruan data dapat berdampak pada proses pencocokan DNA korban, sehingga keluarga terus mendorong agar tragedi ini diusut tuntas.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Surabaya, IDN Times - Keluarga korban tragedi ambruknya bangunan musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, mulai bersuara lantang. Mereka bukan hanya berduka karena kehilangan anggota keluarga, tapi juga kecewa dengan sikap pengurus dan kiai ponpes yang dinilai menutup diri dan abai terhadap nasib para wali santri.

Salah satunya, Hamida Soetadji, warga Surabaya. Ia mengaku keponakannya, Mochamad Muhfi Alfian (16), hingga kini belum ditemukan atau teridentifikasi oleh tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jatim.

"Sudah sembilan hari sejak kejadian, keponakan saya belum juga ditemukan. Sampai sekarang kami belum dapat kepastian apa pun,” ujar Hamida.

Hamida menambahkan, pihak keluarga kecewa berat karena Kiai Ponpes Al Khoziny tidak pernah menemui wali santri pascatragedi. Ia mengungkap, seharusnya data santri sudah tersimpan rapi dalam database ponpes sejak awal pendaftaran. Namun faktanya, keluarga korban justru harus mencari dan menyerahkan data sendiri kepada tim SAR dan DVI.

"Basarnas sampai mencari sendiri data santri korban. Data yang dikasih pengurus ponpes juga tidak sinkron," ucapnya.Pak kiainya tidak pernah muncul. Mereka pun tidak melakukan pendataan maupun penyempurnaan data tambahan," katanya.

Hamida mengungkap kekacauan administrasi ponpes yang membuat proses identifikasi makin lambat. Keluarga Muhfi telah melaporkan perubahan alamat enam bulan lalu, namun data itu tak pernah diperbarui oleh pihak ponpes.

"Polisi sempat datang ke alamat lama di Mojo, padahal kami sudah pindah ke Sedati, Sidoarjo. Datanya sudah kami serahkan sejak lama,” ungkapnya.

Ia menyebut banyak wali santri lain mengalami hal serupa namun tak berani bersuara karena takut dianggap melawan pengurus. “Kami berjuang sendiri. Tidak ada pendampingan dari pengurus ponpes. Bahkan data tambahan untuk ante mortem dan post mortem baru dikumpulkan kemarin, padahal seharusnya empat atau lima hari lalu," tegasnya.

Menurut Hamida, lambannya pembaruan data ini bisa berdampak pada proses pencocokan DNA korban. "Jangan-jangan data kami yang kurang, makanya Muhfi belum juga teridentifikasi," tambahnya.

Lebih jauh, Hamida menduga tragedi ini tidak murni bencana, melainkan akibat kelalaian fatal dalam pembangunan musala. "Masak lantai atas masih pengecoran basah tapi di bawah sudah dipakai salat? Itu sudah jelas berbahaya," ujarnya dengan nada tinggi.

Pertanyaan serupa, kata dia, juga sempat disampaikan orang tua korban di grup WhatsApp wali santri, namun tak ada satu pun pengurus yang menjawab. Hamida menegaskan keluarganya akan terus mendorong agar tragedi ini diusut tuntas.

"Kami minta Polda Jatim segera memeriksa dan mengungkap penyebab pasti. Ini bukan musibah alam, tapi ada unsur kelalaian manusia," pungkasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Zumrotul Abidin
EditorZumrotul Abidin
Follow Us

Latest News Jawa Timur

See More

Siapa Pemilik Ponpes Al Khoziny? Pesantren Tua Pencetak Ulama Nusantara

08 Okt 2025, 17:18 WIBNews