Amellia, Sopir Ambulans Perempuan Berjibaku di Tragedi Al Khoziny

- Amellia, seorang sopir ambulans perempuan, masih siaga di Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo setelah proses evakuasi hampir tuntas.
- Ia mengorganisasi lebih dari 36 unit ambulans untuk membantu para korban dan bekerja tanpa bayaran selama lebih dari seminggu.
- Amellia tetap fokus dan hati-hati saat mengantar jenazah ke rumah sakit Bhayangkara, serta masih bersiaga di RS Bhayangkara setelah proses evakuasi selesai.
Sidoarjo, IDN Times - Evakuasi korban ambruknya Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo hampir tuntas, tapi Amellia masih siaga mengenakan pakaian Alat Pelindung Diri (APD) lengkap duduk di kemudi ambulansnya, Senin (6/10/2025) malam. Reruntuhan gedung bangunan berangsur bersih dan korban sudah banyak yang ditemukan, Amellia masih siaga mana kala Tim SAR kembali menemukan korban.
Keriput di wajahnya tampak begitu nyata. Tapi, energinya masih menyala. Sembari menunggu panggilan mengantar jenazah korban Ponpes Al Khoziny, Amellia menyempatkan diri mengobrol dengan rekannya sesama sopir, sesekali ia bercanda. Agar tak bosan, ia juga melakukan siaran langsung di media sosial, mengajak pengikutnya bicara dan bersenda gurau.
Bersama puluhan sopir ambulans lain, Amellia belum juga sempat pulang ke rumah sejak Senin (29/9/2025). Seminggu terakhir dia tidur secara bergantian dengan sopir lain di posko yang disediakan warga.
Amellia adalah seorang relawan yang mengorganisasi seluruh ambulans di Sidoarjo untuk membantu para korban tragedi Ponpes Al Khoziny. Ada lebih dari 36 unit ambulans yang ikut serta bersamanya membantu para korban. "Ambulans saya sendiri dari Info Lantas Sidoarjo (ILS) saya punya dua ambulans, saya bawa ILS 6, lainnya gabungan relawan," kata perempuan yang sudah menjadi sopir sejak 2016 ini.
Selama 24 jam non stop, Amelia dan teman-temannya siaga di pondok tersebut. Kala ada Tim SAR Menemukan korban, Amellia harus bergegas, menghidupkan kendaraannya, menyakakan sirenenya, lalu masuk ke dalam area sekitar TKP, kemudian membawa jenazah ke RS Bhayangkara.
Di sepanjang jalan Sidoarjo dan Surabaya, ia harus berjibaku dengan macetnya jalanan. Meminta semua pihak minggir sebentar hingga akhirnya sampai ke tujuan.
Amellia bilang itu hal biasa, ia tak pernah merasa ada kendala. Yang paling penting baginya adalah tetap fokus dan hati-hati. "Kalau panik pasti iya, kita gak ada jam istikharahat, kalau sudah mengantar jenazah dari sini ke RS Bhayangkara, kita istirahat sebentar terus lanjut lagi," jelasnya.
Selama lebih dari seminggu itu, Amellia mengaku tak mendapat bayaran dari siapapun. Ia bekerja dengan sukarela, bahkan biaya makan hingga rokok sejumlah sopir ambulans pun ia tangguh. "Uangnya dapat dari para donatur saat saya live TikTok," katanya.
Kini, setelah proses evakuasi selesai, Amellia masih harus bersiaga di RS Bhayangkara. Sebab, masih banyak jenazah yang harus diantar ke rumah setelah proses identifikasi selesai. "Setelah ini kita geser ke Polda Jatim untuk santri warga Sidoarjo, kita back up, kita antar ke rumah duka," tutur Amellia.
Amellia tak merasa ini sebagai beban, baginya itu pengggilan kemanusiaan. "Ini panggilan kemanusiaan, kita berangkat, evakuasi, selesai, pulang, gak ada gaji, kita relawan," pungkas dia.