Unej Sebut Lokasi Kejadian Curanmor KKN Mahasiswa di Lumajang Rawan

- Universitas Jember (Unej) menyebut lokasi KKN di Lumajang rawan curanmor, dengan dua kendaraan mahasiswa dicuri.
- Unej menarik 1.307 mahasiswa KKN dari Lumajang demi keselamatan, memberikan dispensasi dan kompensasi bagi nilai mereka.
- Ketua LP2M Unej berharap peristiwa ini menjadi refleksi serius bagi pemerintah daerah dan aparat keamanan untuk meningkatkan kondusifitas wilayah.
Jember, IDN Times - Universitas Jember (Unej) mengklaim lokasi mahasiwa program Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang menjadi korban pencurian kendaraan bermotor (curanmor) di Lumajang rawan kejahatan. Lokasi tersebut berada di Desa Alun-alun, Kecamatan Ranuyoso, Kabupaten Lumajang.
Setidaknya ada dua kendaraan milik mahasiswa KKN yang telah dicuri. Hal ini membuat Unej memutuskan menarik 1.307 mahasiswa yang sedang KKN dari Kabupaten Lumajang.
Ketua Divisi Pengelolaan KKN Unej Dr. drg. Agustin Wulan mengatakan, insiden curanmor itu membuat mahasiswa KKN syok. Kejadian curanmor itu pun langsung ditangani oleh pihak pemerintah daerah dan keamanan setempat.
Menurut Agustin, lokasi mahasiwa KKN rawan curanmor. Desa tempat tinggal mereka terdapat kebun yang mirip hutan.
"Kalau untuk lokasi kehilangan itu kalau menurut saya sih rawan karena belakang itu kebun. Kalau yang di desa Alun-Alun itu belakang itu kebun, sudah kayak hutan," ungkapnya usai konferensi pers, Selasa (12/8/2025).
Ia menuturkan, saat KKN, mahasiswa tidak sembarangan menaruh motor. Motor diletakkan di dalam bangunan balai desa yang semuanya sudah terkunci. Balai desa itu juga digunakan sebagai tempat tinggal mahasiswa.
"(Motor diletakkan) di dalam ruang. Jadi di balai desa itu ada pintunya untuk ke tempat tidurnya adik-adik, ke kantor, terus ke kamar mandi. Nah, kamar mandi itu depannya itu tempat penyimpanan sepeda," ungkap dia.
Lebih lanjut, Agustin menjelaskan pelaku melakukan pencurian dengan masuk melalui jendela pada saat malam hari. Motor dibawa kabur melalui tembok belakang bangunan dengan cara dibobol.
"(Membobol melalui) tembok belakang, tetapi masuknya enggak (lewat) sana (tembok belakang), masuk lewat jendela. masuknya lewat jendela di atas. Soalnya mungkin untuk membobol butuh waktu. Jadi pakai jendela dengan menggunakan menggunakan tangga yang pinjam yang dari tetangga," jelasnya.
Agustin meyakini, insiden curanmor tersebut bukan karena keteledoran mahasiswanya. Bukan juga karena hubungan mahasiswa dengan warga setempat, sebab hungan keduanya cukup baik.
"Jadi saya kira kalau itu keteledoran mahasiswa, kemudian karena apa namanya hubungan tidak baik dengan masyarakat, saya kira tidak dan kondusif banget kalau misalnya secara untuk menjalankan program ya, untuk menjalankan program itu kondisi baik," pungkas dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, Unej menarik 1.307 mahasiswa yang mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) tahun 2025 dari Kabupaten Lumajang. Penarikan tersebut demi keselamatan karena maraknya aksi curanmor yang dialami oleh mahasiswa Unej.
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) Unej, Prof. Yuli Witono mengatakan, penarikan mahasiswa tersebut dilakukan pada Sabtu (9/8/2025) lalu. Penarikan ini mempertimbangkan keselamatan jiwa mahasiswa.
"Total ada 307 (mahasiswa) yang kita tarik, untuk memastikan bahwa kami tentu menjaga keselamatan jiwa anak- anak itu jauh lebih penting , daripada kita memikirkan aset. Aset anak-anak penting tapi keselamatan jiwa juga penting," ujarnya saat konferensi pers, Selasa (12/8/2025).
Walaupun telah ditarik dari penempatan program KKN, mahasiswa tak perlu khawatir dengan nilai mereka. Sebab, pihaknya telah menyiapkan dispensasi dengan kompensasi.
"Mahasiswa kita berikan dispensasi tapi dengan kompensasi yaitu kita telah menyiapkan instrumen penilaian, anak-anak tidak perlu khawatir karena sebagai besar progamnya di desa itu sudah selesai," terang Yuli.
"Anak-anak tinggal evaluasi, membuat laporan, bikin video, asesmen dan mungkin sosialisasi," imbuhnya.
Bila kelompok KKN telah memilki kecocokan dengan desa penempatan, dan situasi di desa tersebut telah kondusif, ia berharap mahasiswa meneruskan programnya. Apalagi, desa penempatan berbasis pada wilayah asal mahasiswa.
"Hal ini kalau sudah ada kemistri dengan desa, desanya Sudah baik, kami minta untuk tetap diteruskan deganan cara-cara khusus. To juga yang kita tempatkan itu pada basis desa atau wilayah asal. Tentu anak-anak uga punya hubungan yang baik dengan desa. Jadi tidak perlu khawatir," ungkap dia.
Yuli berharap, peristiwa ini menjadi refleksi bagi semua pihak, baik pemerintah daerah maupun aparat keamanan. Bahwa kejadian yang dialami mahasiswa harus menanggapi hal ini secara serius.
"Ini jadi catatan, kita terus improvement hal-hal yang kurang baik, termasuk juga wilayah-wilayah yang kurang kondusif , karena kita membangun ini tidak bisa sendirian. Kita perlu kolaborasi dengan seluruh pihak. Maka sinergi ini harus dilakukan dengan baik," pungkas dia.