Unair Terjunkan 9 Tenaga Medis ke Aceh Tamiang, Bawa 200 Kg Obat

- Unair menerjunkan 9 tenaga medis ke Aceh Tamiang, membawa 200 kg obat
- Tujuan tim adalah memberikan pelayanan kesehatan mobile pada wilayah minim akses di Aceh Tamiang
- Tim terdiri dari dokter umum, perawat gawat darurat, bidan, dan epidemiolog dari lintas fakultas dan rumah sakit Unair
Surabaya, IDN Times - Universitas Airlangga (Unair) menerjunkan sembilan orang tenaga medis ke daerah bencana di Pulau Sumatra. Mereka memberi pelayanan kesehatan secara mobile pada wilayah yang masih minim akses di Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh, Senin (8/12/2025).
Tim medis itu terdiri dari dokter umum, PPDS, perawat gawat darurat, bidan, dan epidemiolog. Tim ini berasal dari lintas fakultas dan rumah sakit. Di antaranya Fakultas Kedokteran (FK), Fakultas Keperawatan (FKP), Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), dan Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA).
Dalam perjalanannya, tim bencana Unair ini berangkat melalui jalur udara dari Surabaya menuju Batam dan Medan. Setelah tiba di Medan, perjalanan dilanjutkan melalui jalur darat menuju Aceh Tamiang selama sekitar lima jam.
Tim Bencana UNAIR dibentuk atas dasar kepedulian dan empati terhadap kondisi masyarakat Aceh Tamiang yang terdampak banjir dan longsor serta belum sepenuhnya mendapatkan bantuan medis. Banyak wilayah yang kesulitan terjangkau, sehingga diperlukan tenaga medis yang mampu bergerak lincah dan bekerja langsung di lapangan.
“Tim ini rencananya akan memberikan pelayanan medis dan non-medis khususnya di daerah yang belum tersentuh bantuan. Kami ingin memastikan kelompok rentan seperti anak-anak, ibu hamil, dan lansia mendapatkan pelayanan kesehatan dasar,” ujar Siti Shofiya Novita Sari SKM MEpid, dosen FKM Unair.
Dalam misi kemanusiaan tersebut, tim membawa lebih dari 200 kilogram obat-obatan dan logistik kesehatan. Perlengkapan tersebut memungkinkan tim memberikan layanan, seperti pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium sederhana, terapi dan pemberian obat sesuai keluhan, edukasi dan informasi kesehatan, serta dukungan psikososial dasar bagi para korban.
“Tim juga akan melakukan koordinasi dan pelaporan data penyakit pasca bencana kepada Dinas Kesehatan Aceh Tamiang untuk mendukung upaya mitigasi dan pemantauan kesehatan masyarakat,” ujarnya.
Berbeda dengan lainnya, tim Bencana UNAIR akan menerapkan layanan kesehatan mobile. Dengan pendekatan ini, tim bergerak dari satu lokasi ke lokasi lainnya untuk menjangkau korban secara lebih luas, terutama daerah yang sulit diakses dan belum memperoleh bantuan kesehatan.
“Fokus kami adalah menjangkau lebih banyak korban. Pelayanan tidak hanya terpusat di satu titik, tetapi bergerak sesuai kebutuhan di lapangan,” tambah perwakilan tim.
Rencananya, tim bencana UNAIR dijadwalkan akan bertugas selama 14 hari, mulai 8 hingga 22 Desember 2025. Selama masa tugas, tim akan memastikan masyarakat terdampak bencana memperoleh layanan medis yang layak, bantuan edukasi, serta dukungan kesehatan yang berkelanjutan.
Keberangkatan Tim Bencana UNAIR ini sekaligus mempertegas komitmen universitas dalam memperjuangkan kesetaraan akses kesehatan dan mendukung tercapainya SDGs 3: Good Health and Well-being, terutama dalam kondisi darurat kemanusiaan.


















