Menteri Nasaruddin Blak-Blakan Soal Rencana Natal Bersama di Kemenag

- Kementerian Agama (Kemenag) akan menggelar perayaan Natal bersama tahun ini untuk memperkuat rasa kebersamaan umat Kristiani.
- Perayaan Natal bersama tidak berarti umat agama lain ikut serta dalam ritual keagamaan, tetap mengikuti panduan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).
- Kehadiran Kemenag dalam perayaan umat beragama lain lebih pada aspek sosial dan kebersamaan, bukan ritual, sebagai bentuk konsistensi membangun moderasi beragama.
Surabaya, IDN Times - Kementerian Agama (Kemenag) memastikan akan menggelar perayaan Natal bersama tahun ini. Menteri Agama Nasaruddin Umar menyebut, kebijakan tersebut diambil untuk memperkuat rasa kebersamaan umat sekaligus menghindari pelaksanaan perayaan Natal yang terpecah-pecah di berbagai denominasi. Pernyataan itu disampaikan Nasaruddin saat konferensi pers usai menghadiri seminar di UIN Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, Rabu (26/11/2025).
Menurutnya, selama ini, banyak instansi maupun denominasi gereja yang merayakan Natal secara terpisah. Di Kemenag sendiri, ia menilai lebih baik perayaan tersebut dibingkai dalam satu perayaan besar agar mencerminkan semangat persatuan antarumat Kristiani.
“Instansi lain melakukan perayaan Natal di kantornya masing-masing. Kementerian Agama kok enggak? Nah kami berinisiatif dengan teman-teman. Daripada Katolik melakukannya sendiri, Protestan melakukannya sendiri, denominasinya banyak tuh. Jadi kenapa tidak disatukan saja menjadi satu kesatuan supaya kaumnya bisa merasakan kebersamaan,” jelas Nasaruddin.
Ia menegaskan bahwa perayaan Natal bersama tidak berarti umat agama lain ikut serta dalam ritual keagamaan. Kemenag, kata dia, tetap mengikuti panduan yang sudah jelas dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengenai batas-batas kerja sama dan toleransi antarumat beragama.
“Natal bersama itu jangan diartikan bahwa semuanya nanti kita akan ikut bareng-bareng di situ. Tidak. Kita ada petunjuk dari Majelis Ulama. Dalam bidang apa kita harus menjauhi, dan dalam bidang apa kita bisa berkolaborasi. Jadi tidak ada maksud untuk melakukan ritual keagamaan bareng,” tegasnya.
Menurut Nasaruddin, kehadiran Kemenag dalam perayaan umat beragama lain lebih pada aspek sosial dan kebersamaan, bukan ritual. Ia mencontohkan praktik saat Idulfitri, di mana perayaan sering dihadiri oleh pemeluk agama lain tanpa menyalahi batas-batas teologis. “Sama dengan Lebaran. Lebaran kan juga dihadiri teman-teman beragama lain. Jadi kebersamaan ini harus tercipta,” ujarnya.
Menag menegaskan bahwa langkah ini diambil sebagai bentuk konsistensi Kemenag membangun moderasi beragama, memperkuat kohesi sosial, dan menciptakan suasana Natal yang damai serta inklusif bagi seluruh umat Kristen dan Katolik di Indonesia.
“Semangatnya adalah kebersamaan, bukan ritual bersama. Perayaan Natal bersama ini justru mempererat persatuan,” pungkas Nasaruddin.


















