Lily Wahid Wafat, M Nuh: Kita Kehilangan Pemikir Bangsa

Jombang, IDN Times - Wafatnya Lily Chodidjah Wahid Hasyim, adik kandung Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid atau Gus Dur tidak hanya dirasakan keluarga, tapi juga semua orang. Termasuk Mohammad Nuh, mantan Menteri Pendidikan Nasional. Ia mengaku kehilangan sosok perempuan yang selalu memikirkan nasib bangsa dan negara.
Nuh menyampaikan itu kepada wartawan saat menghadiri pemakaman Lily Wahid di Pondok Pesantren Tebuireng, Desa Cukur, Kecamatan Diwek, Jombang, Jawa Timur, Selasa sore (10/5/2022).
1. Kecintaan Lily Wahid pada bangsa dan negara sangat luar biasa

Nuh menceritakan, kerap berkomunikasi dan bertemu dengan mendiang Lily Wahid, terutama disaat kakaknya Sholahuddin Wahid atau Gus Sholah masih hidup. Setiap kali bertemu dan berkomunikasi, Lily Wahid selalu membicarakan nasib bangsa dan negara yang dicintainya. Ia pun menyebut Lily merupakan sosok yang cinta bangsa dan negara.
"Beliau itu salah seorang yang punya taruhlah kecintaan yang luar biasa terhadap bangsa dan negara ini. Hampir setiap kali ketemu saya, mesti ceritanya itu (nasib bangsa dan negara)," ujar Nuh.
2. Lily Wahid sosok yang kritis dan membangun bangsa

Sewaktu menjadi anggota DPR RI, Lily Wahid dikenal kritis, termasuk kala itu ia menentang kenaikan BBM dan mendukung Panitia Khusus Hak Angket Bank Century hingga diberhentikan dari kursinya. Nuh pun tak menampik jika Lily Wahid selalu kritis. Namun, bagi Nuh, kritik itu adalah hal yang wajar asalkan positif dan membangun.
"Beliau itu selalu berfikir saking cintanya terhadap bangsa dan negara. Kritik ya wajar saja, kalau tidak ada yang kritik, sopo sing ngilingke yang penting kritik itu tanpa ada tujuan yang negatif. Tujuannya adalah ingin memperbaiki, nah beliau itu tujuannya seperti itu. Bukan untuk menjatuhkan bukan untuk apa-apa," ujarnya.
3. Devisit orang yang memiliki ketajaman berfikir

Menurut Nuh, sekarang ini devisit orang orang yang menyampaikan kritik, yang disampaikan secara santun dan secara esensial, jujur dan gak ada agenda yang aneh-aneh. Nuh pun mengaku sangat berduka dan kehilangan atas berpulangnya putra kelima pasangan KH Wahid Hasyim dan Solichah Bisri Syansuri tersebut.
"Terus terang ini kita devisit (Orang-orang kritis), oleh karena itu kehilangan bu Lily ini bagian dari penambahan devisit orang orang yang memiliki ketajaman berfikir tapi juga kejujuran dan ketulusan semata mata demi kebaikan," pungkasnya.
4. Pengasuh Ponpes Tambakberas juga kehilangan sosok yang gemar bersilaturahmi

Sementara itu, Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Bahrul Ulum, Tambakberas, Jombang, KH Hasib Wahab menambahkan, Lily Khodijah Wahid merupakan sosok yang memiliki semangat dalam berjuang menjalankan profesinya. Lily Wahid juga merupakan seorang intelektual, seorang cendekiawan maupun seorang bu nyai.
"Beliau nampak sekali sosok putri dari KH Wahid Hasyim yang kreatif, produktif, dan beliau orangnya dinamis, tidak mau diam, bergerak dalam pergerakan untuk kepentingan bangsa dan negara dengan aktifitas perempuannya," ujarnya usai menghadiri pemakaman Lily Wahid.
Putra pahlawan nasional KH Wahab Chasbullah itu mengaku sering berkomunikasi dengan almarhumah semasa hidup, baik saat di Jakarta maupun di Jombang.
"Beliau itu kan paling suka silaturrahim. Seperti Gus Dur lah. Gus Dur juga orang yang gampang silaturrahim," tutupnya.
Nyai Hj Lily Khodijah Wahid wafat pada Senin sore (9/5/2022) pada pukul 16.28 di RSCM Jakarta. Cucu Pendiri NU KH Hasyim Asy'ari itu meninggal di usia 74 tahun. Jenazah Lily Wahid dimakamkan di sebelah tenggara (pojok timur dan selatan) dari makam Kiai Hasyim Asyari dan Makam Gus Dur, yang berjarak sekitar lima meter dari makam Hasyim Asyari tepatnya di samping makam Nyai Nadhifah. Hadir dalam pemakaman tersebut di antaranya Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Ketua PWNU Jatim Marzuki Mustamar, sejumlah pengurus PBNU, Bupati Jombang Mundjidah Waha bersama Forkopimda serta para kiai dan ulama