Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Kehidupan Sunyi Adit, Banyak Diam Demi Jauhi Masalah

ilustrasi sendirian (pexels.com/Jeswin Thomas)
Intinya sih...
  • Aditya merasa kesepian karena kesulitan berbagi masalah dan kegagalan dalam hidupnya.
  • Orang tuanya tidak mengetahui masalah yang dihadapi Adit, dan hubungan mereka terasa hambar.
  • Meskipun orang tuanya tidak memaksakan kehendaknya, Adit merasa bersyukur dengan kondisi keluarganya yang cukup berkecukupan.

Malang, IDN Times - Kehidupan Aditya (30) jejaka asal Desa Kedungpedaringan, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang dirasa penuh kesunyian. Pria yang sekarang ini bekerja sebagai sales salah satu perusahaan rokok itu memang lebih suka menghindari masalah. Menurutnya, hidup sudah berat, jadi ia tidak ingin terlibat banyak masalah. Tapi keputusan ini membawanya pada konsekuensi hidup yang sunyi, tidak ada kekasih, tidak ada juga tempat bercerita, bahkan sekadar berkeluh kesah.

1. Aditya merasa banyak kegagalan dalam hidup, tapi yang bisa mengerti dirinya hanya ia sendiri

Aditya saat ditemui di salah satu Coffee Shop di Kecamatan Turen, Kabupaten Malang. (IDN Times/Rizal Adhi Pratama)

Adit sapaan akrabnya, menceritakan jika sudah banyak kegagalan ia alami sepanjang 30 tahun terakhir. Saat kecil ia bercita-cita menjadi tentara, saat SMA ia mulai bermimpi menjadi musisi, hingga akhirnya saat kuliah di salah satu Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Kota Malang ia berharap lolos Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Sayangnya tak satupun dari mimpi tersebut yang tercapai sampai sekarang.

Saat kondisi seperti ini, Adit mengatakan dirinya cukup sensitif dan akan tersinggung jika ada orang yang tiba-tiba mengatakan apa yang harus ia lakukan dalam hidup. Ia akan kesal saat orang lain merasa lebih tahu dengan apa yang harus ia lakukan dalam hidupnya.

"Saya tahu apa yang harus dilakukan, tapi kadang hasilnya gak sesuai rencana. Jadi saya hanya butuh kata-kata menenangkan, jadi minimal mereka diam saja kalau hanya menambah emosi. Yang saya harapkan itu mendapat kata-kata dukungan, misalnya 'kamu sudah berjuang, tapi tak apa walaupun hasilnya tidak sesuai harapan,'" terangnya.

Seperti pria pada umumnya, Adit tidak memiliki banyak tempat untuk bercerita, ia tumbuh dari keluarga yang kaku, kedua orang tuanya adalah pensiunan PNS yang memang jarang memperlihatkan perasaan pada anak-anaknya. Adit sendiri belum menikah karena merasa kondisi ekonominya belum stabil.

"Jadi biasanya kalau masalah memang menumpuk dan sangat ingin cerita, biasanya ke teman nongkrong, tapi itu jarang sekali. Kelegaan itu sebenarnya ya tidak sepenuhnya didapat, karena meskipun cerita ya masalah itu gak otomatis selesai, mungkin hanya mengurangi sedikit beban saja. Karena saya sih gak mengharapkan orang lain membantu masalah saya, karena saya tahu setiap orang punya masalahnya sendiri. Ya minimal mau mendengarkan saya sudah cukup," jelasnya.

2. Orang tua Aditya tidak tahu dengan masalah apa yang dihadapinya

Aditya saat ditemui di salah satu Coffee Shop di Kecamatan Turen, Kabupaten Malang. (IDN Times/Rizal Adhi Pratama)

Adit mengungkapkan jika orang tuanya tidak tahu dengan apapun masalah yang ia hadapi selama ini. Ia memang merahasiakan jika ia mendapat masalah di luar rumah. Menurutnya, memberi tahu orang tua masalahnya tidak memberi manfaat apapun, malah membuat mereka khawatir saja.

Sementara apresiasi dari orang tua memang jarang didapat Adit dari orang tuanya, jadi ia memang tidak mengharapkan apapun. Jadi mungkin ini juga yang membuat hubungan Adit dengan ayah dan ibunya sangat hambar.

"Kalau dimarahin, ya saya cuma diam kebanyakan. Tapi kalau memang saya disalahkan karena hal yang gak saya lakuin, saya sering beri argumen sampai orang tua sadar," bebernya.

3. Orang tua Aditya tidak menuntut atau memaksakan kehedaknya padanya

Ilustrasi kesepian. (Pexels/VisionPic.net)

Namun di sisi lain, Adit cukup bersyukur dengan kondisi orang tuanya yang berkecukupan. Sehingga ia tidak mendapatkan beban menjadi tulang punggung keluarga seperti teman-temannya yang lain. Orang tuanya juga tidak memaksakan karir yang harus ia jalani, bahkan dalam kondisi pekerjaan yang serba tidak jelas seperti saat ini.

"Kebanyakan orang akan diam kalau saya gagal, misalnya pas kemarin gagal lolos CPNS, saya bilang saya gagal, dan respons orang tua ya diam saja. Saya gak tahu di belakang seperti apa ya. Karena lebih sering orang tua tidak ikut campur dengan keputusan saya sekarang. Mungkin kalau saya tiba-tiba memutuskan resign di suatu pekerjaan, ibu itu yang sering mempertanyakan dan menekankan untuk bertahan. Tapi pada akhirnya saya tetap memutuskan resign karena lingkungan perusahaan toxic," pungkasnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Zumrotul Abidin
EditorZumrotul Abidin
Follow Us