Guru PAUD di Magetan Turut Jadi Korban Koperasi Bermasalah

Magetan, IDN Times – Niat mulia seorang guru PAUD di Magetan untuk menanamkan kebiasaan menabung sejak dini justru berujung nestapa. Tabungan siswa yang dikumpulkan selama hampir tiga tahun melalui Koperasi Mitra Sejahtera Indonesia (MSI), kini raib tak bisa dicairkan.
1. Awalnya untuk mengajari anak menabung
Adalah Dian Riani, guru PAUD Dharma Wanita di Desa Kalangketi, Kecamatan Sukomoro, yang kini ikut jadi korban dari kisruh koperasi tersebut. Ia awalnya hanya ingin mengajarkan pentingnya menabung kepada para siswa dengan cara menyetorkan uang secara rutin ke koperasi MSI. Namun, harapan untuk memberi pengalaman menyenangkan pada anak-anak itu kandas.
“MSI ini awalnya kelihatan seperti tabungan biasa. Anak-anak saya ajari untuk menyisihkan uang jajan, biar terbiasa menabung. Tapi sekarang, uangnya nggak bisa dicairkan,” ujar Dian dengan nada kecewa, Jumat (25/4/2025).
Total tabungan yang terkumpul dari anak-anak mencapai sekitar Rp16 juta. Dana itu sedianya akan digunakan untuk kegiatan rekreasi bersama para murid. Sayangnya, pencairan dana tak kunjung bisa dilakukan, padahal sebelumnya pihak koperasi sempat menjanjikan akan cair pada hari Senin.
“Kata pihak koperasi, harus menunggu keputusan dari pusat. Tapi tiap ditanya jawabannya selalu berubah-ubah,” keluhnya.
Padahal, selama hampir tiga tahun menabung di MSI, Dian tak pernah menemui masalah. Semua berjalan lancar hingga mendekati Ramadan lalu, ketika seorang wali murid mencoba mencairkan dana dan gagal. Sejak saat itu, situasi makin tak jelas. Bahkan saat perwakilan koperasi datang langsung ke sekolah pada 21 April, pencairan tetap nihil.
“Katanya uangnya sedang dikumpulkan. Bahkan pegawai koperasi pun belum bisa mencairkan tabungannya sendiri,” lanjut Dian.
Yang paling menyakitkan, menurutnya, adalah rasa kecewa anak-anak. Mereka sudah sangat antusias menyambut rencana rekreasi, yang akhirnya batal karena dana tak kunjung cair.
“Anak-anak senang sekali waktu tahu akan rekreasi. Tapi akhirnya gagal karena dananya nggak ada. Wali murid juga bingung, kami sebagai guru pun ikut sedih,” tuturnya.
Kini, harapan Dian dan para wali murid hanya satu: agar uang anak-anak bisa kembali. “Biar mereka tetap semangat menabung dan nggak trauma,” pungkasnya.