Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Dampak Antrean, Khofifah Minta Menhub Tambah Armada Kapal di Ketapang

IMG-20250705-WA0103.jpg
Ilustrasi, suasana Pelabuhan Ketapang. (IDN Times/Khusnul Hasana)
Intinya sih...
  • Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa minta Menhub tambah armada kapal di Ketapang - Gilimanuk.
  • Surat resmi sudah ditandatangani dan dikirim Senin, meminta penambahan kapal dan pengaktifan pelabuhan alternatif.
  • Antrean panjang terjadi karena penurunan jumlah kapal yang melayani pasca kecelakaan laut KMP Tunu Pratama Jaya.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Surabaya, IDN Times - Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa akan mengirimkan surat kepada Menteri Perhubungan RI menyikapi antrean panjang di Pelabuhan Ketapang Banyuwangi beberapa waktu terakhir. Ia meminta Kementerian Perhubungan segera menambah armada kapal untuk beroperasi melayani penyeberangan lintas Ketapang - Gilimanuk.

Kapal yang diminta adalah kapal berkapasitas besar yang mampu melayani dermaga LCM (Landing Craft Machine) di Pelabuhan Ketapang. "Ibu Gubernur Jatim sudah bersurat ke Menteri Perhubungan untuk meminta tambahan armada kapal melayani penyeberangan Ketapang - Gilimanuk," ujar Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Jatim Nyono, Minggu (27/7/2025).

Menurutnya, surat sudah ditandatangani Gubernur Jatim pada Sabtu malam di Ponorogo, dan segera dikirim ke Kementerian Perhubungan. “Surat resminya baru akan kami kirim Senin, tapi kami juga sudah berkirim surat kepada Dirjen Hubla dan Direktur Transportasi ASDP Ditjen Perhubungan Darat melalui Whatsapp," jelasnya.

Nyono menyebut, selain meminta penambahan kapal, Khofifah juga meminta Kementerian Perhubungan untuk pengaktifan pelabuhan alternatif yakni Pelabuhan Jangkar di Situbondo, untuk mengurai kepadatan aktifitas penyeberangan yang saat ini terpusat di Pelabuhan Ketapang Banyuwangi.

"Pelabuhan Jangkar sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk mengurai kepadatan di Pelabuhan Ketapang, namun dengan memilah terlebih dahulu truk yang bertonase 40 ton kebawah melalui jembatan timbang Sedarum Pasuruan untuk di lewatkan Pelabuhan Jangkar sebelum masuk Alas Baluran, namun harus ada deviasi kapal feri kapasitas besar dari Jangkar ke Gilimanuk," jelasnya.

Pemprov Jatim menurutnya memang tidak bertanggung jawab secara langsung terkait kemacetan di Pelabuhan Ketapang, "Tapi masalah Ini tetap. menyangkut arus logistik dan mobilitas warga Jawa Timur. Jadi, kami harus bersuara dan mendorong agar solusi segera hadir," tegas Nyono.

Pengelolaan pelabuhan penyeberangan Ketapang sepenuhnya berada di bawah PT ASDP Indonesia Ferry Cabang Ketapang. Sementara otoritas keselamatan pelayaran dan izin operasional kapal (clearance kapal) berada di bawah kewenangan Syahbandar Tanjungwangi Ditjenhub dan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan.

Pihaknya mengaku telah menghubungi Direktorat Jenderal Perhubungan Darat dan Balai Pengelola Transportasi Darat Wilayah XI Jawa Timur-Bali untuk meminta percepatan respons atas surat Gubernur.

“Kami sudah komunikasikan secara intens, surat sudah dikirim, dan kami terus mendorong agar segera ada penambahan kapal,” katanya.

Menurut Nyono, antrean panjang di Pelabuhan Ketapang menyusul penurunan jumlah kapal yang melayani penyeberangan ke Gilimanuk pasca peristiwa tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya pada 2 Juli 2025 lalu.

Dari 15 kapal yang semula aktif di lintasan Ketapang-Gilimanuk, kini hanya enam kapal yang diizinkan beroperasi. Penurunan armada akibat evaluasi keselamatan ketat dari otoritas pelayaran KSOP Tanjungwangi, pasca kecelakaan laut KMP Tunu Pratama Jaya.

Kapal-kapal yang sebelumnya mampu mengangkut hingga 20 kendaraan, kini hanya diizinkan mengangkut 5 unit kendaraan saja karena penyesuaian beban dan panjang rampdor kapal LCT yang mempengaruhi kestabilan kapal.

Sementara kapal-kapal LCT ini yang selama ini mengangkut truk beban berat terutama truk lebih dari tiga sumbu dengan panjang lebih dari 12 meter.

"Bayangkan, dari 15 kapal menjadi hanya 6 (enam) yang beroperasi, dan dari kapasitas 20 kendaraan per kapal kini tinggal seperempatnya. Ini jelas menyebabkan antrean panjang," ujarnya.

Imbasnya, terjadi antrean panjang terutama truk-truk bertonase berat, mengular hingga puluhan kilometer sampai saat ini.

Kondisi diperparah karena kapal LCT berkurang, dampaknya truk truk berat tersebut harus menunggu kapal LCT bongkar muat terlebih dahulu di pelabuhan Gilimanuk.

Butuh waktu lama menunggu kapal tersebut kembali ke pelabuhan Ketapang, karena jumlah kapalnya yang memang berkurang.

"Solusinya adalah butuh tambahan kapal kapasitas besar yang bisa beroperasi di pelabuhan Ketapang sesuai isi Surat Ibu Gubernur kepada Pak Menhub," pungkas Nyono.

Share
Topics
Editorial Team
Zumrotul Abidin
EditorZumrotul Abidin
Follow Us