Satgas Sebut Tak Ada Lagi Klaster Perkantoran di Banyuwangi

Saat ini klaster keluarga mendominasi

Banyuwangi, IDN Times - Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Banyuwangi, dr Widji Lestariono menyatakan, klaster perkantoran yang sebelumnya mencapai belasan, saat ini sudah tertangani. Rio sapaan akrabnya menyatakan, saat ini yang tersisa tinggal klaster keluarga yang berjumlah sekitar 81. Sementara total kasus COVID-19 di Banyuwangi saat ini mencapai 1503 orang, sembuh 1186 orang, dirawat 198 orang dan meninggal 119 orang.

"Sekarang sudah tidak ada lagi kaster perkantoran, sekarang dari masyarakat, paling banyak mereka yang dirawat di rumah sakit. Dari 15 kantor klaster, sebenarnya tidak semuanya disebut klaster. Klaster itu kalau ada minimal 2 orang yang tertular 1-2 orang lain di satu tempat. Kalau dari luar, tidak tergolong klaster. Jadi 15 sebenarnya tidak semua klaster," kata Rio saat dihubungi, Selasa (13/10/2020).

1. Ada 163 pasien dari klaster keluarga

Satgas Sebut Tak Ada Lagi Klaster Perkantoran di BanyuwangiJuru bicara Satgas Penanganan COVID-19 di Banyuwangi, Widji Lestariono. IDN Times/Istimewa

Rio mengatakan, saat ini pihaknya fokus melakukan tracing dan menangani klaster keluarga yang mencapai 81. Dari jumlah tersebut, rata-rata dalam satu keluarga terdapat 2 orang yang terkonfirmasi COVID-19 dengan total 163 kasus.

"Total 163 orang dari klaster keluarga. Itu orang orang dari keluarga yang tertular dari anggota keluarga yang terkonfirmasi. Rata-rata dalam satu keluarga ada 1-2 yang tertular," terangnya.

2. Aktifkan kembali Posbindu PTM

Satgas Sebut Tak Ada Lagi Klaster Perkantoran di BanyuwangiIlustrasi virus corona (IDN Times/Sukma Shakti)

Sementara itu, dari 1.503 kasus COVID-19 di Banyuwangi per Senin (12/10), 89 persen yang terpapar merupakan usia produktif dari 20-50 tahun. Sementara 11 persen di antaranya merupakan lanjut usia 50-60 tahun ke atas. Sementara dari 119 kasus pasien COVID-19 yang meninggal di Banyuwangi, sebagian besar merupakan kelompok lanjut usia dengan komorbid.

Saat ini untuk menekan angka kematian, pihaknya kembali mengaktifkan Pos Binaan Terpadu (Posbindu) Penyakit Tidak Menular (PTM) untuk mencari warga dengan penyakit penyerta dan langsung melakukan pengobatan. Kemudian untuk menekan kasus penularan klaster keluarga pihaknya menyediakan gedung isolasi khusus orang tanpa gejala atau (OTG).

"Melihat fenomena tadi itu, kami memerintahkan seluruh Puskesmas untuk mengaktifkan kembali Posbindu PTM. Ada model baru, sesuai protokol kesehatan. Kalau dulu hanya screening (penyaringan), tidak ada pengobatan. Kalau sekarang membebaskan Puskesmas menjadikan Posbindunya untuk pengobatan. Kalau ditemukan langsung diobati," ujar Rio.

Baca Juga: Ribuan Mahasiswa Demo di Banyuwangi, Pedagang Es Jeruk Tuai Berkah

3. Jumlah warga diisolasi terus bertambah

Satgas Sebut Tak Ada Lagi Klaster Perkantoran di BanyuwangiIlustrasi karantina wilayah. IDN Times/Mia Amalia

Rio mengatakan, komorbid yang berisiko tinggi menyumbang angka kematian setelah terkena COVID-19 yakni orang-orang lanjut usia dengan penyakit darah tinggi, diabetes, ginjal dan gangguan jantung.

"Kalau kita lihat tabel yang meninggal usia 50 tahun ke atas sampai 60, itu mendominasi kasus kematian. Sebagian besar dengan penyakit komorbid. Itu polanya sama seperti secara nasional, pertama darah tinggi, kedua diabetes, ketiga ginjal, gangguan jantung," jelasnya.

Sementara itu, untuk warga OTG yang telah diisolasi di gedung diklat saat ini mencapai 39 orang. Setiap hari kata Rio, masih terus ada panambahan pasien OTG di sana.

"Setiap hari ada tambahan pasien OTG di fasilitas isolasi, sampai hari ini ada 39 orang. Sampai jam 2 kemarin, tinggal 10 orang yang belum sembuh. Jadi ada yang masuk dan keluar, karena selesai masa isolasi," jelasnya.

Baca Juga: Demo Tolak Omnibus Law di Banyuwangi, Dua Pelajar Ditangkap

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya