Pengusaha Mebel di Tuban Banting Setir Jadi Produsen Peti Mati

Tuban, IDN Times - Pandemik COVID-19 yang melanda Indonesia membuat para pengusaha terkena imbasnya. Salah satunya adalah pengusaha mebel Desa Ngadipuro, Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban bernama Pornomo (50). Pornomo mengaku bahwa hal itu dilakukannya karena sejak pandemik COVID-19 dua tahun lalu, orderan mebel miliknya sepi.
1. Pornomo hanya melayani permintaan peti mati RSMB
Agar tetap mempunyai penghasilan tetap, Pornomo pun memilih banting setir menjadi perajin peti mati. Alhasil, dalam sehari ia kini mampu bisa meraup keuntungan hingga jutaan rupiah. Peti mati itu biasanya dibeli oleh rumah sakit seperti Rumah Sakit Muhammadiyah Babat (RSMB).
"Sudah tahun ini menjadi perajin peti mati. Awalnya saya diajak kerja sama dengan pihak rumah sakit diminta untuk membuat peti dari kayu. Tapi belakangan minta diganti dengan peti yang ringan tapi kuat," kata Pornomo Rabu (14/7/2021).
2. Bahan baku peti mati terkadang langka dan tidak ada yang jual
Sering meningkatnya permintaan peti mati oleh rumah sakit, Pornomo yang dibantu beberapa karyawan pun mengaku kewalahan. Pasalnya, dalam sehari mebel miliknya hanya mampu memproduksi 5 sampai 8 peti mati.
"Kalau akhir-akhir ini banyak yang pesan mas. Tapi kita hanya mampu produksi 8 peti saja dalam sehari. Kita tidak bisa memproduksi dalam jumlah banyak karena bahan baku peti juga kadang tidak ada," katanya.
Baca Juga: Angkutan Logistik KA Terminal Peti Kemas Surabaya Kembali Beroperasi
3. Per unit peti mati dijual Rp9 ribu
Untuk satu petinya Pornomo biasanya menjual dengan harga Rp900 ribu. Biasanya, peti mati tersebut dijemput langsung oleh pihak rumah sakit yang sebelumnya telah bekerja sama.
"Selama pandemik COVID-19 tahun lalu sampai sekarang kami sudah memproduksi puluhan unit peti mati. Tapi untuk akhir-akhir ini, permintaan semakin meningkat karena tingkat kematian juga terus naik," pungkasnya.
Baca Juga: Kematian COVID-19 Tinggi, Pemkot Surabaya Produksi Peti Mati Sendiri