Akui Kesulitan Kelola Sampah, Pemkab Pasuruan Sediakan Lahan Khusus
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pasuruan, IDN Times - Bupati Pasuruan Irsyad Yusuf mengatakan bahwa perilaku pengelolaan sampah masyarakatnya masih sangat kurang. Ia mencontohakn, dari 39,5 ton sampah per hari yang dihasilkan oleh Kecamatan Lekok dan Nguling, hanya 9 persen di antaranya yang diolah ke tempat pengolahan sampah. Sementara sisanya, dibakar (50 persen), dibuang ke sungai (17 persen), dibuang ke kebun (13 persen), dikubur (4 persen) dan dibuang ke pantai (6 persen).
Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Pasuruan memutuskan bergabung pada Project Stop, sebuah proyek pengolahan sampah internasional oleh Boeralis dan SYSTEMIQ untuk mewujudkan nol sampah di laut. Project Stop yang juga menggandeng Nestle Indonesia itu diharapkan bisa mengubah budaya pembuangan sampah masyarakat Kabupaten Pasuruan utamanya Kecamatan Lekok dan Nguling.
"Jadi ini bukan hanya kerja sama soal fasilitas pengolahan sampah, tapi ini adalah upaya pengubahan budaya masyarakat. Memang tidak mudah dan membutuhkan waktu lama, tapi akan kita upayakan mulai sekarang," ujar Irsyad di Pendopo Kabupaten Pasuruan, Kamis (20/2). Ia bahkan mengaku sudah menyiapkan lahan khusus sebagai tempat pengolahan.
1. Faktor geografis jadi penyebab banyaknya sampah tak terolah
Irsyad mengatakan, kendala utama pengelolaan sampah di Kabupaten Pasuruan selain pemahaman masyarakat adalah faktor geografis. Wilayah yang luas dengan sturktur alam bervariasi membuat pengangkutan sampah dari rumah penduduk hingga ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tidaklah mudah.
"TPA ini kan ada di wilayah barat. Jadi wilayah timur seperti dua kecamatan itu (Lekok dan Nguling) tidak bisa kecover," tutur Irsyad.
Bahkan, saat ini TPA Kabupaten Pasuruan sudah overload. Mereka pun akan segera mengoperasikan TPA baru seluas 4,5 hektare untuk mengatasi sampah masyarakat Kabupaten Pasuruan yang semakin lama semakin banyak.
2. Siapkan lahan dua hektare
Untuk itu, ia berharap Project Stop dapat membantunya mengatasi sampah Kabupaten Pasuruan yang membludak. Ia pun menyediakan lahan seluas 2 hektare di antara Kecamatan Lekok dan Nguling untuk dijadikan Tempat Pembuangan Sementara (TPS) 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Nantinya, sampah-sampah masyarakat akan langsung diangkut ke TPS tersebut lalu dipilah dan diolah. Project Stop ini lah yang akan menyediakan sistem dan alat pengolahan sampah.
"Nanti yang dibawa ke TPA tinggal residunya saja. Jadi tidak akan sampai membludak lagi," lanjutnya.
3. Kondisi persampahan Indonesia memperihatinkan
Sementara itu, Kepala Seksi Bina Peritel Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Agus Supriyanto mengatakan bahwa permasalahan pengelolaan sampah tak hanya dialami oleh Kabupaten Banyuwangi. Mengingat, Indonesia menempari urutan kedua setelah China sebagai penyumbang sampah di laut terbesar di dunia.
"Tentu kita semua malu akan predikat tersebut. Oleh karena itu mari kita bersama-sama mewujudkan masyarakat yang peduli akan pengelolaan sampah," terangnya.
Kabupaten Pasuruan merupakan daerah ketiga dijalankannya Project Stop di Indonesia setelah Banyuwangi dan Jembrana. Dari hasil evaluasi Agus, proyek tersebut memberikan dampak positif utamanya pada masyarakat Kecamatan Muncar, Banyuwangi. Ia pun berharap makin banyak daerah yang sadar akan pengelolaan sampah melalui proyek tersebut.
Baca Juga: 5 Wisata Coban Tersembunyi di Pasuruan, Pemandangannya Sungguh Menawan
4. Aset Project Stop Pasuruan akan diserahkan sepenuhnya pada 2022
Ditemui di tempat yang sama, Direktur Legal and Corporate PT Nestle Indonesia, Debora Tjandrakusuma yang bergabung di proyek ini menjelaskan, dipilihnya Kabupaten Pasuruan sebagai daerah ketiga Project Stop merupakan bentuk tanggung jawab mereka terhadap lingkungan. Pasalnya, salah satu pabrik terbesar Nestle di dunia terletak di Pasuruan.
"Pabrik di sini sudah beroperasi sejak 1988. Oleh karena itu Pasuruan sudah menjadi rumah bagi Nestle. Kami pun juga ingin merawat rumah kita bersama," ungkapnya.
Nestle bersama SYSTEMIQ pun memberikan sistem dan alat pengolahan sampah di lahan yang disediakan oleh Pemkab Pasuruan. Mereka sudah menyiapkan sumber daya manusia dengan sosialisasi kepada masyarakat sekitar selama setahun. Di 2022 nanti, seluruh aset Project Stop akan diserahkan sepenuhnya kepada Pemkab Pasuruan.
"Pasuruan ini luar biasa. Karena masyarakatnya juga berkeinginan berubah. Karena mereka kalau melaut juga terhambat dengan adanya sampah-sampah. Kami berharap, melalui proyek ini budaya pengolahan sampah masyarakat akan lebih baik," pungkasnya.
Baca Juga: Satu PNS Dindik Pasuruan Ditetapkan Tersangka Ambruknya SDN Gentong