Peringati Hari Jadi Tulungagung, Gelar Ritual Lampah Tapa Bisu

Bentuk ruwatan terhadap Tulungagung

Tulungagung,IDN Times - Memperingati Hari Jadi Tulungagung ke 818, Paguyuban Kawula Kraton Surakarta (PAKASA) menggelar ritual lampah tapa bisu. Dalam ritual ini, mereka berjalan mengelilingi alun-alun Tulungagung sebanyak 3 kali, tanpa berbicara alias membisu. Ritual tersebut digelar sebagai bentuk ruwatan serta keprihatinan atas kerusakan alam yang banyak terjadi saat ini.

1. Ritual sudah ada sejak zaman Mataram Islam

Peringati Hari Jadi Tulungagung, Gelar Ritual Lampah Tapa BisuPeserta ritual lampah tapa bisu di Tulungagung. IDN Times/ Bramanta Pamungkas

Ketua PAKASA Tulungagung, RT Endro Setyodipuro mengatakan ritual lampah topo bisu ini merupakam sebuah tradisi yang sudah ada sejak zaman kerajaan mataram islam. Ritual ini merupakan bentuk ruwatan serta rasa syukur atas berkah yang diberikan alam selama ini. "Ritual ini juga kami gelar sebagai bentuk keprihatinan atas kerusakan alam yang banyak terjadi saat ini," ujarnya, Senin (20/11/2023).

2. Mereka berjalan membisu sambil membawa dupa

Peringati Hari Jadi Tulungagung, Gelar Ritual Lampah Tapa BisuPeserta ritual lampah tapa bisu di Tulungagung. IDN Times/ Bramanta Pamungkas

Dalam ritual ini mereka membawa 12 dupa yang bermakna jumlah bulan dalam setahun. Selain itu mereka juga membawa lima buah kendi berisi air yang diambil dari sumber berbeda. Peserta kemudian berjalan mengelilingi alun-alun sebanyak 3 kali tanpa berbicara atau membisu. Setelah itu mereka menggelar doa bersama untuk Tulungagung. "Ini juga wujud rasa terima kasih pada bumi, air, dan udara tempat kami berpijak. Sederhananya ini njamasi atau membersihkan bumi Tulungagung,” tuturnya.

Baca Juga: Kecelakaan Motor vs Dump Truck, 4 Pelajar di Tulungagung Tewas

3. Ada makna khusus di setiap putaran

Peringati Hari Jadi Tulungagung, Gelar Ritual Lampah Tapa BisuPeserta ritual lampah tapa bisu di Tulungagung. IDN Times/ Bramanta Pamungkas

Ritual ini juga memiliki makna menekan hawa nafsu. Setiap putaran mengelilingi alun-alun memiliki makna tersendiri. Putaran pertama memiliki makna intropeksi diri atas kekurangan. Sedangkan putaran kedua dan ketiga bermakna menyelasakan diri secara horisontal kepada alam dan vertikal kepada tuhan. "Semua diakhiri dengan doa bersama. Semoga Tulungagung ke depannya menjadi lebih baik,” pungkasnya.

Baca Juga: Komplotan Pencuri Mobil di Tulungagung Gunakan Modus COD

Bramanta Pamungkas Photo Community Writer Bramanta Pamungkas

peternak huruf

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya