TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Begini Penjelasan RSUA Soal Pemberian Obat pada Orang yang Tes Corona

Yang penting sadar diri, kalau gak enak badan #DiRumahAja

Poli Khusus yang menangani virus corona di RS Universitas Airlangga. IDN Times/Fitria Madia

Surabaya, IDN Times - Beberapa waktu lalu seorang jurnalis televisi di Surabaya, Monica Felicitas Gracia Fiany melakukan tes corona di Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA). Monic- sapaan akrabnya- menceritakan pengalamannya tersebut kepada IDN Times. Dia memutuskan untuk tes corona karena merasa demam selama tiga hari selepas meliput kunjungan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa ke Tropical Disease Center (TDC) Universitas Airlangga.

Mantan jurnalis Jawa Pos itupun menjalani serangkaian tes. Dia sempat mengisi kuesioner, lalu bertemu dan berkonsultasi dengan seorang dokter, dan tentu saja di-swab untuk mengambil sampel lendir dan tenggorokannya. Yang membuatnya heran, setelah tes itu dia sama sekali tidak diberi obat. Padahal, dia merasa butuh obat untuk sekadar meredakan gejala demam, batuk, dan flu yang dialaminya.

"Harusnya minimal dikasih obat lah, saya demam waktu itu. Gak ada diagnosis juga, menunggu hasil. Ya sudah terus pulang," ceritanya kepada IDN Times.

Lantas, bagaimana sebenarnya prosedur pemberian obat pada seseorang yang melakukan tes corona di RSUA? Juru Bicara Tim Satgas Penanganan Corona RSUA dr. Alfian Nur Rasyid menjelaskan, pemberian obat bersifat simtomatis. Artinya, obat yang diberikan oleh seorang dokter disesuaikan dengan gejala awal yang dirasakan oleh pasien.

1. Pasien periksa dan tes corona di RSUA punya keluhan bervariasi

Suasana ruang pemeriksaan tes corona. Monica Felicitas Gracia Fiany for IDN Times

Alfian mengatakan, pasien yang datang memeriksakan diri dan tes virus corona di RSUA sangat bervariasi. Mereka mempunyai keluhan berbagai macam. Ada yang datang dari luar negeri, kontak dengan orang pulang dari luar negeri, hingga punya gejala menyerupai virus corona. Yakni demam, radang, batuk dan flu.

"Beberapa yang datang karena kontak dengan kerabatnya diduga atau positif covid merasa waswas, panik. Ada yang gejala demam, nyeri tenggorokan, batuk, sesak, kita mencurigai terkait Covid-19," ujarnya kepada IDN Times, Senin (23/3).

Baca Juga: Ingin Tes Virus Corona Gratis di RSUA? Ini Persyaratannya

2. Segera lakukan screening, jika positif akan diberi pengobatan khusus

Ilustrasi virus corona (IDN Times/Arief Rahmat)

Apabila ada temuan tersebut, tim medis yang ada di Poli Khusus RSUA langsung melakukan screening. Pasien akan diidentifikasi apakah masuk kelompok orang dalam pemantauan (ODP), pasien dalam pengawasan (PDP), atau bahkan positif virus corona.

"Kalau tidak mengarah ke sana (positif corona) dan pasien tidak butuh obat, maka tidak perlu pengobatan khusus," kata Alfian.

"Pengobatan khusus itu diberikan pada pasien positif (corona)," dia menambahkan.

3. Pasien yang hanya panik untuk periksa tidak diberi obat

Seorang petugas medis berjaga di Poli Khusus yang menangani virus corona di RS Universitas Airlangga.IDN Times/Fitria Madia

Namun untuk pasien yang diduga kuat hanya panik, maka dokter tidak akan memberikan obat. Pasien tersebut akan diminta untuk menunggu hasil tesnya di rumah.

Berbeda dengan pasien yang punya gejala, dokter seharusnya memberikan obat. Minimal untuk menurunkan keluhan sakitnya saat itu. Misalnya demam, batuk, radang maupun flu.

"Beberapa pasien yang ikuti itu hanya sekadar panik dan tidak butuh obat," ucap dia.

"Ada (pasien periksa) kelompok ODP dan pasien bergejala, tapi punya obat sendiri. Kalau tidak punya (obat), kami resep. Kalau Covid-19 tidak berikan obat, itu kami salah," tegas Alfian.

Baca Juga: Jurnalis Ini Lakukan Tes Corona tapi Tak Diberi Obat dan Diagnosis

Berita Terkini Lainnya