Berebut Pintu Keluar di Kanjuruhan

Cerita mereka yang selamat dari Tragedi Kanjuruhan

Malang, IDN Times - Tragedi Kanjuruhan seusai laga Arema FC kontra Persebaya, Sabtu 1 Oktober 2022 malam, masih menyisakan misteri. Sejauh ini, keterangan para saksi mata menyebut banyak pintu stadion yang terkunci saat tembakan gas air mata aparat memecah kepanikan di masing-masing tribun.

Pintu terkunci, menjadi salah satu poin yang bakal diinvestigasi oleh tim pencari fakta yang diketuai Menkopolhukam Mahfud MD. Kompolnas mengungkap pengakuan Kapolres Malang bahwa tidak ada perintah mengunci pintu stadion saat pertandingan usai, termasuk perintah menembakkan gas air mata.

Namun, faktanya memang ada tembakan gas air mata mengarah ke tribun penonton dan banyak pintu di tribun ekonomi masih terkunci saat kekacauan terjadi. Nah, berikut ini rangkuman reka ulang berdasarkan pengamatan jurnalis IDN Times dan keterangan para saksi mata di lapangan.

Selepas magrib ribuan Aremania memenuhi tribun stadion

Berebut Pintu Keluar di KanjuruhanAparat keamanan berusaha menghalau suporter yang masuk ke lapangan usai pertandingan BRI Liga 1 antara Arema melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu malam (1/10/2022). (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto)

Selepas magrib sekitar pukul 18.30 WIB, ribuan penonton mulai memasuki area tribun Stadion Kanjuruhan. Stadion kebanggaan Arema FC itu memiliki 14 pintu untuk 14 tribun ekonomi. Ditambah 2 pintu masuk tribun VIP, dan 1 pintu masuk utama atau lobby. Selain itu, ada 4 pintu darurat besar yang ada di empat sisi stadion. Juga ada pintu besar yang memisahkan tribun ekonomi dan VIP.

Setelah tribun semua dipenuhi penonton, kick off pertandingan bergulir pada pukul 20.00 WIB dan semua berjalan lancar tanpa ada gangguan. Bahkan, sampai laga berakhir sekitar pukul 21.45 WIB dengan skor 3-2 untuk kemenangan Persebaya, situasi masih kondusif. Meskipun ada beberapa aksi pelemparan ke dalam lapangan. 

Setelah peluit panjang dibunyikan oleh pengadil lapangan, para pemain Persebaya bergegas masuk ke area lorong stadion menuju ruang ganti yang berada di bawah tribun VIP. Sementara, pemain Arema FC berkumpul di lingkaran tengah sekitar 10 menit untuk song of pride. Setelah itu, mereka beranjak menuju arah tribun papan skor. 

Menurut pengakuan salah satu saksi mata, Aremania Black Lion Korwil Bantur, Slamet Sanjoko, ada dua orang suporter yang menghampiri pemain di lapangan dengan tujuan menyemangati pemain dan meminta foto. Tak berselang lama diikuti oleh Aremania yang lain.

"Tidak tahu seperti apa penerimaan para pemain melihat ada dua Aremania mendatangi, mereka kemudian kembali ke ruang ganti," katanya. 

Setelah itu, sekitar pukul 22.00 WIB petugas keamanan masuk ke lapangan dan mencoba menghalau suporter. Hal itu kemudian memicu gelombang suporter yang lebih besar merangsek ke lapangan. Tapi, masih banyak juga suporter yang tetap bertahan di tribun dan tidak melakukan apapun, hanya melihat. Karena situasi di lapangan semakin kacau, gas air mata kemudian dilepaskan aparat. 

Tak hanya di lapangan, gas air mata juga ditembakkan ke arah tribun selatan 10-14, tribun utara belakang gawang yakni 1-6, dan tribun bawah papan skor yakni 7-9.

"Kenapa yang di tribun juga ditembak gas air mata. Padahal mereka tidak melakukan apa-apa dan saat itu kondisi pintu keluar masih tertutup," jelasnya.

Baca Juga: Cerita Aremania Terdesak di Pintu 10 Kanjuruhan

Berebut pintu keluar di tengah kepulan asap gas air mata

Berebut Pintu Keluar di KanjuruhanAparat keamanan menembakkan gas air mata untuk menghalau suporter yang masuk ke lapangan usai pertandingan BRI Liga 1 antara Arema melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu malam (1/10/2022). (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto)

Kondisi semakin menegangkan lantaran saat gas air mata dilepaskan, sebagian pintu keluar stadion belum terbuka. Hal itu seperti disampaikan Ozy Maulana yang berada di tribun 14. Ia menyebut saat gas air mata ditembakkan aparat, situasi Aremania menjadi kacau dan mulai berebut pintu keluar. 

Pada saat itu, pintu keluar di tribun 14 masih tertutup dan terjadi penumpukan orang yang berusaha keluar. Mereka kemudian berusaha menggedor-gedor pintu keluar kurang lebih 20 menit sampai akhirnya terbuka. 

"Saat itu, yang saya lakukan hanya berusaha bertahan jangan sampai jatuh," jelasnya. 

Sekitar pukul 22.30 WIB kondisi makin kacau karena banyak suporter yang pingsan dan lemas karena berdesak-desakan. Kondisi ini juga disaksikan Arya Catur Erlangga (17) Aremania asal Singosari, Kabupaten Malang yang terjebak di pintu 10 tribun selatan.

Angga menghadapi situasi crowded di pintu keluar 10. Dia pun sempat pasrah. Beruntung ada Aremania lain yang berusaha membantunya untuk tetap tersadar. Kemudian dirinya juga mencoba membantu Aremania lain yang ada di depannya untuk tetap bisa kuat. Dia menahan dengan sikunya, agar tak terdorong dari belakang.

Dengan sisa tenaga, dirinya memaksa berjalan balik naik ke tribun. Saat itu, kondisinya sudah antara sadar dan tidak. Beruntung dirinya dibantu oleh dua orang Aremania lain yang memberikan air minum dan membantu keluar dari pintu 9. 

"Setelah keluar saya kemudian menuju parkiran. Saat itu saya bertemu dengan beberapa teman dan beristirahat untuk menata napas. Saya kemudian mendapat kabar bahwa Fajar teman saya, sudah tiada," tandasnya.

Baca Juga: Cerita Eko Prianto, Mendobrak Gate 13 Kanjuruhan Selamatkan Korban

Menjebol pintu dari luar, menolong sebisanya

Berebut Pintu Keluar di KanjuruhanSejumlah penonton membawa rekannya yang pingsan akibat sesak nafas terkena gas air mata yang ditembakkan aparat keamanan dalam kericuhan usai pertandingan BRI Liga 1 antara Arema melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10/2022) malam. (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto)

Kesaksian lain juga datang dari penonton yang berada di luar stadion. Eko Prianto (39) salah satu Aremania yang memilih berada di luar meski mengantongi tiket bercerita. Saat itu ia melihat pertandingan dari televisi di warung kopi di dekat pintu 10.

Awalnya semua berjalan seperi biasa, wasit meniup peluit panjang tanda pertandingan berakhir. Tak berapa lama, ia mendengar suara pintu stadion seperti dibuka paksa, kemudian beberapa orang keluar dari stadion. "Beberapa menit kemudian terdengar suara seperti petasan, satu kali, dua kali, tiga kali sampai empat kali saya dengar," ujar Eko.

Sesaat setelah suara itu, ia mendengar suara kepanikan dari dalam stadion. Ia juga kembali mendengar suara gedoran pintu. "Mereka menggedor-gedor sama teriakan minta tolong, beberapa saat kemudian perempuan, anak-anak dari dalam stadion pingsan dan dibopong keluar stadion," cerita Eko.

Eko lalu teringat, ada keluarganya yang menonton di tribun selatan 13 dan 14. Ia pun lari ke pintu 13 dan 14. "Di situ sudah riuh, di gate 14 saya lihat ada yang saya kenal. Saya membantu membuka paksa itu dari luar, tapi saya gak mampu. Terus ada yang teriak, 13 mas 13 mas, baru saya lari ke 13 saya bantu membuka. Pintu sudah terbuka tapi gak seutuhnya," kata Eko.

Di gate 13 itu Eko melihat banyak orang melolong minta tolong. Ada yang pingsan, bahkan ia melihat detik-detik ada korban menghembuskan napas terakhir. "Banyak wanita menumpuk di sana, banyak teriakan histeris," ucap Eko.

Di depan matanya sendiri, Eko mengaku melihat banyak orang berjatuhan. Ia pun membantu sekitar 5 orang korban untuk dievakuasi. "Ada 5 orang, saya membantu evakuasi, saya mengangkat, menaruh, mengangkat lagi kemudian menaruh. Kalau seperti ini kasihan mereka, saya akhirnya mencari petugas," jelas Eko.

Kondisi chaos itu terjadi di hampir semua pintu tribun Kanjuruhan. Kepanikan itu menjadi malam panjang, sebelum akhirnya korban yang berjatuhan mulai dievakuasi satu persatu oleh petugas medis menggunakan ambulan, menuju sejumlah rumah sakit di Kabupaten maupun Kota Malang.

Proses evakuasi sendiri baru selesai sekitar pukul 02.00 dini hari.

Tim penulis: Alfi Ramadana dan Khusnul Hasana 

https://www.youtube.com/embed/Xzj2s81tTss

Baca Juga: Anak Ini Selamat, Tapi Kedua Orangtuanya Meninggal di Kanjuruhan 

Topik:

  • Zumrotul Abidin
  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya