Kegigihan Ari Fajar, Tunanetra asal Lumajang yang Jadi Perajin Keset

#MillennialsInspiratif Juga pandai gebuk drum

#MillennialsInspiratif merupakan rubrik khusus yang mengangkat sosok millennials berpengaruh di Jawa Timur. Mereka mendapatkan pengakuan publik lewat buah pikir dan karya. Lewat rubrik ini kami ingin mengabarkan bahwa generasi ini tak sekadar ada, tapi juga berkarya dan memberi makna.

Surabaya, IDN Times - Raut wajahnya berseri-seri. Tangannya menari-nari, begitu terampil merajut keset dari kain perca. Sesekali kepalanya dianggukan perlahan, seakan menikmati alunan musik di dalam gedung Convex Grand City, Surabaya. Di stan Dinas Sosial Jatim, Ari Fajar (32) tak henti-hentinya berkarya meski memiliki keterbatasan.

"Iya saya tuna netra sejak kecil," ujarnya saat ditemui IDN Times di Jatim Fair 2019, Minggu (13/10).

1. Kuasai tiga keterampilan

Kegigihan Ari Fajar, Tunanetra asal Lumajang yang Jadi Perajin KesetIDN Times/Ardiansyah Fajar

Rupanya keterampilan yang dimiliki pria kelahiran Lumajang ini belum lama. Menginjak usia ke 28 tahun atau tepatnya lima tahun lalu, Ari baru mengusai teknik membuat keset. Hal itu berkat program di UPTD Dinsos Jatim yang ia ikuti.

"Sekitar tahun 2015 saya baru belajar ini, pelatihan dua tahun" katanya.

Selain membuat keset, Ari mempunyai keterampilan lain. Yakni memijat. Hanya butuh waktu 1,5 jam saja, ia bisa menyembuhkan rasa lelah maupun salah urat yang diderita pasiennya.

"Selain keset, saya lebih banyak memijat. Terus bisa juga buat telur asin. Karena banyak latihan yang diberikan," tambah Ari.

2. Juga piawai menggebuk drum

Kegigihan Ari Fajar, Tunanetra asal Lumajang yang Jadi Perajin KesetIDN Times/Ardiansyah Fajar

Sebelum mempunyai kecakapan memijat, merajut keset dan membuat telur asin, Ari hanya di rumah saja. Namun ia masih produktif. Ternyata ia memiliki bakat di bidang musik. Beberapa kali ia diundang tampil di acara pentas seni (pensi).

"Biasanya pegang drum," kata Ari.

Meski begitu, penghasilan dari "ngamen" tidak mengangkat perekonomiannya. Sejak menemukan keterampilan pijat, membuat keset. dan telur asin, Ari mulai sejahtera.

"Ya alhamdulillah hasilnya. Satu kali pijat Rp40 ribu, kalau kesetnya Rp20 ribu," tambah Ari.

Apabila pasien pijatnya sedikit, Ari bisa membuat dua keset dalam sehari. Ia hanya mengalami kesulitan pada finishing (tahap akhir) saat merajut keset. "Karena keterbatasan penglihatan, tapi ya bisa jadi (kesetnya)," ucapnya.

Baca Juga: Emil dan Arumi Kunjungi Stan Pariwisata Halal di Jatim Fair 2019

3. Beberkan kunci kesuksesan

Kegigihan Ari Fajar, Tunanetra asal Lumajang yang Jadi Perajin KesetIDN Times/Ardiansyah Fajar

Kemampuan Ari tidak diasah sehari, dua hari. Ia berusaha keras mengesampingkan keterbatasan fisiknya. Ia tidak mau hal tersebut menjadi suatu kekurangan. Faktor yang sering kali muncul diakuinya ialah minder.

"Makanya yang penting percaya diri dan ada kemauan dulu," kata Ari.

Tak lupa, Ari juga menitipkan pesan kepada penyandang disabilitas lainnya agar tidak mudah menyerah. Ia melarang keras kalau harus meratapi nasib.

"Karena Tuhan menciptakan kita tidak ada yang sia-sia," tegasnya.

Ia mengajak semua penyandang disabilitas mencari informasi untuk mengikuti pelatihan. Tujuannya supaya terampil. "Agar kita seperti orang pada umumnya. Punya kemampuan," ucap Ari.

4. Minta pemprov terus beri ruang dan perhatian

Kegigihan Ari Fajar, Tunanetra asal Lumajang yang Jadi Perajin KesetIDN Times/Ardiansyah Fajar

Ari juga berterima kasih kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim, khususnya Dinsos yang mau membimbingnya. Ia mengaku, fasilitas pelatihan yang diberikan secara gratis sangat membantu hidupnya.

"Setelah lulus kami bisa berkreasi, tapi kami minta agar terus diberi ruang dan diperhatikan ke depannya," pungkas Ari.

Baca Juga: Pemindahan Ibu Kota Dorong Jatim Fair Jadi Terbesar di Indonesia Timur

Topik:

  • Dida Tenola
  • Faiz Nashrillah

Berita Terkini Lainnya