Respons Dinas Pariwisata Magetan Soal Vidio Viral di Telaga Sarangan

- Sarangan, Magetan kembali viral karena insiden marah-marah pedagang
- Ada 4000 pelaku usaha di Sarangan, banyak kesepakatan informal
- Dinas Pariwisata fokus pada edukasi dan penataan ulang sistem perdagangan
Magetan, IDN Times – Telaga Sarangan kembali menjadi sorotan publik. Bukan karena keindahan alamnya, melainkan lantaran video viral yang memperlihatkan rombongan wisatawan dimarahi oleh pedagang kios saat sedang menyantap makanan dari pedagang keliling. Insiden yang terjadi pada Jumat (1/8/2025) itu pun menuai beragam reaksi dari warganet hingga memancing respons dari pihak Dinas Pariwisata.
Kabid Pariwisata Disbudpora Magetan, Eka Raditya, menerangkan jika insiden itu sebagai bentuk kesalahpahaman antar pelaku usaha di kawasan wisata Sarangan, yang memang memiliki struktur sosial dan ekonomi yang kompleks.
1. Ada ribuan pelaku usaha, minim aturan formal

Menurut Eka, Sarangan bukan hanya destinasi wisata, tapi juga kawasan permukiman dengan sekitar 4.000 pelaku usaha, mulai dari pedagang kios, pedagang keliling, hingga penyedia jasa kuda dan perahu.
Namun, tidak semua aktivitas diatur dengan regulasi resmi. Banyak kesepakatan berlangsung secara informal lewat musyawarah antara pelaku usaha dan tokoh masyarakat.
"Pengaturannya berbasis kesepakatan lokal. Jadi kalau muncul friksi seperti kemarin, harus didekati dengan cara yang halus,” ujar Eka. Dinas Pariwisata berjanji akan menjadikan kasus ini perhatian serius dan menyelesaikannya melalui forum antar pelaku usaha.
2. Fokus pada edukasi dan kenyamanan wisatawan

Dinas Pariwisata menekankan pentingnya menjaga kenyamanan pengunjung sebagai prioritas utama. "Kami ingin semua pihak paham bahwa kenyamanan pengunjung itu kunci. Jangan sampai kejadian seperti ini bikin wisatawan kapok ke Sarangan,” tegas Eka.
Dalam waktu dekat, edukasi akan digencarkan untuk semua pelaku usaha—baik tetap maupun keliling—agar lebih mengutamakan etika dan sikap profesional dalam melayani pengunjung.
3. Butuh penataan ulang & ketegasan pemkab

Peristiwa seperti ini ternyata bukan yang pertama. Konflik antara pedagang kios dan pedagang keliling sudah beberapa kali mencuat, umumnya dipicu oleh soal tempat duduk, retribusi, hingga aturan tak tertulis.
Respons publik pun terbagi. Ada yang mengkritik keras perilaku pedagang, tapi tak sedikit juga yang memahami keresahan pedagang tetap yang merasa dirugikan secara ekonomi.
“Semua memang ingin cari rezeki. Tapi caranya harus bijak dan jangan rugikan wisatawan,” tulis salah satu warganet di platform X.
Kini, sorotan publik tertuju pada langkah konkret Pemkab Magetan. Penataan ulang sistem perdagangan dan kejelasan regulasi dinilai krusial agar insiden serupa tak kembali terulang.
“Yang paling penting, semua harus duduk bersama dan mencari solusi yang adil,” tutup Eka.