Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Ramadan yang Tak Lagi Sama, Suramnya Hari-Hari Surya Usai Kena PHK

ilustrasi pemecatan (IDN Times/Aditya Pratama)

Malang, IDN Times - Ramadan 1446 Hijriah tidak lagi terlihat sama dibandingkan tahun-tahun sebelumnya di mata Surya Abadi (35). Warga Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang ini sejak 31 Januari 2025 jadi korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) oleh salah satu perusahaan Food and Beverage (FnB) di Kota Malang. Hingga saat ini, ia masih berjuang mencari pekerjaan baru.

1. Surya kena PHK dengan alasan efisiensi, bahkan tak dapat pesangon

ilustrasi PHK (IDN Times/Aditya Pratama)

Surya menceritakan jika ia sebenarnya sudah genap 12 bulan bekerja di perusahaan FnB yang khusus menyajikan chinesse food pada Desember 2024. Awalnya, ia tidak memiliki masalah apapun selama bekerja. Omzet perusahaan pun masih normal-normal saja, sehingga ia juga tidak pernah merasakan keterlambatan pembayaran gaji.

Tapi ia merasa mulai ada keanehan sejak Oktober 2024 lalu, gaji yang ia terima mulai mengalami keterlambatan selama seminggu. Puncaknya adalah gaji di bulan November 2024 mengalami keterlambatan selama 15 hari, menurutnya ini adalah rekor terlama gajinya tidak segera cair. Meskipun gaji belum cair, ia tetap harus bekerja secara normal sebagai admin.

"Sejak gaji terlambat ini memang ada perasaan tidak enak di resto. Memang kita resah karena gaji tidak segera turun, tapi yang paling ditakutkan saat itu adalah pemecatan sebenarnya," terangnya saat dikonfirmasi pada Kamis (13/3/2025).

Benar saja, pada 30 Januari 2025 ia dipanggil oleh manajernya dan diinformasikan bahwa pihak perusahaan akan memutus kontraknya karena adanya efisiensi. Perusahaan berjanji akan membayangkan gaji Surya di bulan Januari 2025 secara full. Namun, hingga kini ia tidak mendapatkan pesangon sepeserpun.

"Tentu saya sangat terkejut karena pemberitahuannya mendadak sekali, yang paling kaget saya tidak dapat pesangon, katanya karena perusahaan lagi krisis keuangan. Saya sempat protes, tapi jawaban dari manajer divisi saya tidak memuaskan, saya diminta ikhlas," bebernya.

2. PHK massal juga dilakukan di cabang restoran di Probolinggo

ilustrasi PHK (IDN Times/Aditya Pratama)

Surya mengatakan jika PHK juga dilakukan perusahaan di restoran cabang di Kota Probolinggo. Tidak hanya 1 orang, seluruh karyawan di sana yang jumlahnya sekitar 10 orang juga diputus kontraknya secara sepihak. PHK massal ini juga merupakan upaya penutupan cabang di Kota Probolinggo karena tidak memberikan omzet yang memuaskan.

"Kejadian (PHK) massal di Probolinggo ini bareng dengan kejadian saya di-PHK. Tapi di Probolinggo ini lebih parah, karena mereka gajinya tidak cair sama sekali apalagi pesangon, makanya dilaporkan ke Dinas Tenaga Kerja setempat," bebernya.

Surya sendiri belum melaporkan pesangonnya yang tidak dibayarkan perusahaan. Ia mengatakan akan menunggu perkembangan dulu kasus di Kota Probolinggo, kalau memang hasilnya baik, ia juga akan melapor ke Dinas Tenaga Kerja di Kota Malang.

3. Ramadan tahun ini adalah yang paling kelabu buat Surya

ilustrasi pencari kerja (IDN Times/Aditya Pratama)

Lebih lanjut, Surya mengatakan jika PHK ini sangat berdampak terhadap kehidupannya. Pasalnya, ia memiliki anak yang masih kecil dan istri yang harus dinafkahi. Ramadan tahun ini juga harus membuat ia dan istri harus sangat berhemat karena kehidupan mereka selama 2 bulan ini hanya ditopang dari tabungannya yang mulai menipis.

"Ramadan sekarang saya sekeluarga sudah tidak bisa pilih-pilih makanan lagi seperti tahun lalu, harus makan seadanya dan berhemat. Pokoknya suram sekali lah Ramadan tahun ini karena saya tidak kunjung dapat kerjaan baru," paparnya.

Surya juga makin dipusingkan dengan Idul Fitri yang tinggal kurang dari 3 minggu. Jika kondisi ini terus berlanjut, ia dipastikan tidak bisa membelikan baju baru untuk anak dan istrinya. Ia pun mulai mencari pekerjaan sampingan meskipun hasilnya tidak seberapa.

"Tentu saya malu sekali kalau ketemu keluarga masih menganggur, tapi lebih takut anak saya malu karena tidak dapat baju baru saat lebaran. Sekarang saya kerja serabutan seadanya, bantu kafe teman sampai ojek online saya kerjakan, yang penting ada dulu uang buat hidup dan beli baju buat anak," pungkasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rizal Adhi Pratama
EditorRizal Adhi Pratama
Follow Us