Polda Jatim: Ada Grup WA Berisi Ajakan Menyerang Objek Vital

- Polda Jatim mengungkap grup WhatsApp berisi ajakan menyerang objek vital saat aksi berujung ricuh pada Sabtu (30/8/2025).
- Grup tersebut juga mengajak untuk menyerang objek vital, termasuk Gedung Negara Grahadi yang merupakan cagar budaya.
- Polda Jatim akan mendalami aktor intelektual dibalik kericuhan yang terjadi di sejumlah daerah di Jawa Timur dan bekerja sama dengan seluruh elemen masyarakat.
Surabaya, IDN Times - Polda Jawa Timur mengungkap ada grup WhatsApp di dalamnya terdapat sekitar 70 orang yang isinya mengajak menyerang objek vital saat aksi berujung ricuh pada Sabtu (30/8/2025) lalu. Hal itu diketahui setelah pihaknya memeriksa dua pelaku kericuhan.
Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Jules Abraham Abast mengatakan, hasil pemeriksaan handphone milik pelaku kericuhan, pihaknya mendapati adanya percakapan di grub WhatsApp mengajak untuk datang ke aksi demonstrasi. Ajakan tersebut bukan untuk menyampaikan pendapat di muka umum tetapi untuk melakukan kericuhan.
"Ada dua pelaku yang kita amankan ternyata dari hasil pengembangan ditemukan percakapan ajakan untuk melakukan unjuk rasa bukan sekedar unjuk rasa tapi melakukan upaya-upaya kerusuhan menimbulkan kekacauan," ujar dia.
Bukan cuma itu, grub tersebut juga mengajak untuk menyerang objek vital, termasuk Gedung Negara Grahadi. "Yang kita tahu juga gedung Grahadi ini merupakan cagar budaya. Ini merupakan tempat bersejarah sebagai tempat perjuangan dari arek-arek Surabaya melawan penjajahan ya. Ini sangat disayangkan ada upaya-upaya yang menjurus aksi-aksi anarkis," jelasnya.
Jules menyebut, setidaknya ada 70 orang yang ada dalam grub tersebut. Tetapi, pihaknya masih mendalami siapa saja dari 70 itu yang melakukan tindakan rusuh.
"Nah, masa ini ternyata kurang lebih juga dari pengakuan sementara berkumpul sebanyak 70 orang. Ini masih kita dalami tentunya. Siapa-siapa para pelaku yang merupakan massa perusuh," kata dia.
Bukan cuma di Surabaya, Polda Jatim juga menemui pola serupa di Polres jajaran. Ada sekelompok orang mengorganisir kemudian melakukan kericuhan saat aksi.
"Di beberapa Polres juga menemukan aksi-aksi yang serupa. Ada kelompok-kelompok juga yang melakukan aksi serupa. Kemarin kalau rekan-rekan juga ikuti di Tulungagung kami juga menemukan hal yang sama. Bahkan itu terkait dengan kelompok kecil yang bergerak juga untuk melakukan pembakaran di Mapores Kediri Kota dan keduanya sudah ditangkap," jelas Jules.
Jules menambahkan, terkait pelaku anak pada aksi tanggal 29 -30 Agustus, mayoritas dari mereka mengaku diajak. Bahkan, mereka ada juga yang terprovokasi dari konten di media sosial. "Ada sebagian yang mengaku diajak ya, terpengaruh provokasi di media sosial," ungkapnya.
Polisi melati tiga ini menuturkan, Polda Jatim akan mendalami aktor intelektual di balik kericuhan yang terjadi di sejumlah daerah di Jawa Timur. Apakah ada kaitannya mereka dengan kode ACAB dan 1312.
"Jadi terkait dengan afiliasi ya, kami sudah mengupayakan tentunya. Kami berupaya mengungkap siapa jaringan masa persusuh ini, kami akan terus melakukan pendalaman," kata dia.
Ditanya soal munculnya narasi di masyarakat bahwa aktor intelektual adalah orang yang terlatih, pihaknya masih akan melakukan pendalaman. Informasi apapun akan menjadi bahan bagi kepolisian untuk mendalami kasus ini.
"Kalau ada keterkaitan dengan kelompok-kelompok tertentu tentu kami juga tidak sendiri. ya. Kami terus bekerja sama dengan seluruh elemen masyarakat, seluruh elemen bangsa. Dengan pemerintah provinsi, ya dengan rekan-rekan TNI, dengan ormas yang ada, ya, Satpol PP maupun dengan tokoh-tokoh agama," pungkasnya.