Petani Sayur Magetan Menjerit Gagal Panen!

- Tomat busuk, harga turun drastis menjadi Rp1.000 per kilo
- Cabai keriting rusak, harga tinggi di pasaran tapi petani gagal panen
- Harga sayuran lain juga merosot tajam, sawi hanya Rp1000 per kilogram
Magetan, IDN Times – Cuaca ekstrem yang tak menentu dalam sebulan terakhir bikin para petani di Kabupaten Magetan, Jawa Timur, menjerit. Tanaman mereka rusak, harga anjlok, dan hasil panen gagal. Di tengah curah hujan tinggi disusul panas menyengat, tomat dan cabai menjadi korban utama.
1. Tomat busuk sebelum panen, harga murah Rp1.000 per kilo

Di Desa Plaosan, Kecamatan Plaosan, banyak tanaman tomat yang mati. Daunnya mengeriting, buahnya busuk, dan hanya sebagian kecil yang masih bisa dijual. Harga di tingkat petani pun terjun bebas.
"Semua rusak, Mas. Cuaca nggak menentu, tomat cuma laku seribu sampai dua ribu rupiah per kilo,” keluh Sunardi, petani setempat, Selasa (7/10/2025).
Padahal, sebelum cuaca ekstrem melanda, harga tomat bisa mencapai Rp15.000 per kilogram. Kini petani bahkan rugi besar karena biaya tanam dan pupuk tak sebanding dengan hasil panen.
2. Tanamam cabai rusak

Nasib lebih ironis dialami petani cabai di Kelurahan Sarangan, yang juga masuk wilayah Kecamatan Plaosan. Tanaman cabai keriting mereka rusak diserang hama dan busuk karena curah hujan tinggi.
"Kadang hujan terus, bawa hama. Tomat, cabai, semua rusak,” kata Sawal, petani cabai.
Padahal harga cabai keriting di pasaran sedang tinggi, mencapai Rp55.000 per kilogram dari sebelumnya Rp35.000. Namun para petani justru tak bisa menikmati keuntungan karena gagal panen.
3. Harga sayuran lain ikut turun

Selain tomat dan cabai, harga sayur lain di pasaran juga merosot tajam. Daun sawi kini hanya Rp1000 per kilogram, sedangkan kubis turun menjadi Rp1500, dari sebelumnya Rp4000.
Di Pasar Sayur Plaosan, pedagang mengaku harga sayur memang stabil di level rendah. “Yang paling parah tomat, tinggal dua ribu sampai tiga ribu. Cabai keriting naik jadi lima puluh lima ribu, rawit stabil tiga puluh dua ribu,” ujar Yeni Fatimah, pedagang setempat.
Petani kini hanya bisa berharap cuaca segera bersahabat agar bisa kembali menanam dengan tenang. “Yang penting cuaca normal, biar kami bisa panen lagi tanpa takut gagal,” ujar mereka kompak.
Bagi para petani Magetan, musim seperti ini bukan hanya ujian ekonomi, tapi juga ujian semangat. Di tengah harga pupuk mahal dan hasil panen merugi, mereka tetap berharap satu hal sederhana: cuaca kembali normal, harga kembali adil.