Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Pak Mino dan Ibu Nur tengah melayani pembeli pentol di warungnya depan Polsek Jogorogo. IDN Times/ Riyanto.

Ngawi, IDN Times – Di depan Kantor Polsek Jogorogo, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur setiap sore selalu dipenuhi antrean anak-anak hingga orang dewasa. Mereka menanti jajanan pentol corah yang sudah akrab di lidah masyrakat. Namun, di balik gerobak sederhana milik Pak Mino dan Bu Nur itu, tersimpan sebuah kisah luar biasa yang kini menyentuh hati banyak orang.

Pasangan suami istri bernama lengkap Sumino (50) dan Nur Hasanah (50) warga Desa Jogorogo ini, selama puluhan tahun berjualan pentol di pinggir jalan, akhirnya bisa mewujudkan mimpi mereka berangkat ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji tahun ini, 2025.

1. Menabung dari hasil pentol sejak 2004

Pak Mino dan Ibu Nur tengah melayani pembeli pentol di warungnya depan Polsek Jogorogo. IDN Times/ Riyanto.

Sejak tahun 2004, Pak Mino dan Bu Nur memulai kebiasaan mulia menyisihkan sebagian kecil dari hasil jualannya untuk ditabung. Kadang hanya Rp10 ribu, kadang Rp50 ribu, tak pernah putus, mereka terus menabung dengan penuh harapan.

“Setiap hari saya bikin pentol dari pagi, bisa habis 5 sampai 10 kilo tepung. Memang capek, tapi saya yakin Allah melihat usaha kami,” ujar Bu Nur, dengan mata berkaca-kaca.

Pak Mino menambahkan dengan suara bergetar, “Saya ini bukan siapa-siapa, tapi saya percaya, Allah pasti panggil orang yang sungguh-sungguh. Kami daftar haji tahun 2012, dan sekarang giliran kami tiba.”

2. Dukungan dan doa dari para pelanggan

Bagi pelanggan setia seperti Ervina, kisah Pak Mino adalah inspirasi yang membanggakan. “Saya beli pentol Pak Mino sejak kecil. Bangga banget rasanya, karena orang sederhana seperti beliau bisa naik haji. Itu bukti kalau mimpi besar bisa diraih siapa saja.”

Pasangan ini dijadwalkan berangkat ke Tanah Suci pada Sabtu, 17 Mei 2025. Kini, sambil tetap berjualan, mereka tengah menyiapkan segala perlengkapan untuk perjalanan ibadah yang telah lama dinanti.

3. Pelajaran dari ketekunan dan keikhlasan

Pak Mino dan Ibu Nur menunjukkan perlengkapan haji. IDN Times/ Riyanto.

Kisah Pak Mino dan Bu Nur bukan sekadar tentang pentol atau uang recehan yang ditabung. Ini adalah kisah tentang tekad, kesabaran, dan ketulusan. Dari gerobak sederhana, mereka melangkah menuju Baitullah. 

Perjalanan mereka menjadi bukti bahwa impian besar bisa dicapai, asal dijalani dengan niat baik dan kerja keras tanpa menyerah. Semoga kisah ini menjadi pengingat bagi kita semua, bahwa keberhasilan bisa datang dari tempat yang paling sederhana dan hati yang paling tulus.

Editorial Team