Momen Langka! Kamera Trap Rekam Macan Tutul Jawa di Gunung Lawu

- Kamera trap merekam Macan Tutul Jawa di Gunung Lawu
- Temuan menunjukkan ekosistem hutan Lawu masih mampu menopang kehidupan predator puncak
- Kerja sama Ailesh dengan TAHURA untuk memperkuat monitoring keanekaragaman hayati
Magetan, IDN Times – Sebuah kabar menggembirakan datang dari kawasan Pegunungan Lawu. Rekaman terbaru dari kamera jebak (camera trap) berhasil menangkap penampakan Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas), predator puncak yang selama ini jarang terlihat.
Kamera trap yang dipasang oleh Ailesh bekerja sama dengan TAHURA KGPAA Mangkunagoro I berhasil mengabadikan dua ekor macan dewasa dan satu anakan di kawasan hutan yang baru diperluas. Dalam unggahan resminya, Ailesh menegaskan bahwa temuan ini menjadi indikator penting bahwa ekosistem hutan Lawu masih mampu menopang kehidupan predator puncak.
Kemunculan Macan Tutul Jawa bukan sekadar dokumentasi visual. Menurut Dhidhit Suryono S.Hut, Pengendali Ekosistem Hutan Ahli Muda di TAHURA, kehadiran predator puncak menandakan rantai makanan yang seimbang dan habitat yang masih layak.
"Ini menjadi kabar baik di tengah tekanan alih fungsi lahan dan risiko perburuan yang mengancam satwa langka," tulis Dhidhit, Rabu (17/12/2025).
Menurut Dhidhit, kerja sama Ailesh dengan TAHURA dilakukan untuk memperkuat monitoring keanekaragaman hayati. Camera trap dipasang secara strategis untuk memantau satwa prioritas, memastikan perlindungan yang tepat, sekaligus mendukung pengelolaan kawasan yang berkelanjutan.
Kawasan TAHURA KGPAA Mangkunagoro I sendiri baru saja diperluas dari 231,3 ha menjadi 2.549,3 ha, mencakup wilayah Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Wonogiri. Rencana konservasi pun tengah dijalankan, meliputi pemulihan habitat melalui restorasi lahan bekas kebakaran serta inventarisasi flora dan fauna yang ada.
“Ini bukan hanya dokumentasi, tapi bukti bahwa upaya konservasi masih memberi harapan,” tulis Ailesh. Publik pun diajak untuk ikut menyebarkan kabar baik ini dan mendukung monitoring biodiversitas di masa depan.
Kabar ini menegaskan satu hal, ketika kolaborasi dan sains berjalan seiring, alam masih punya kesempatan untuk pulih.
















