Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Kisah Eko, Derita Gagal Ginjal Karena Konsumsi Jamu Diet

Ilustrasi cuci darah. (freepik.com/Macrovector)

Malang, IDN Times - Penyakit gagal ginjal kini tidak hanya menimpa para Lansia saja, kini anak-anak muda juga terkena gagal ginjal akibat gaya hidup tidak sehat. Data Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS) menerangkan jika sebanyak 134.057 pasien gagal ginjal kronis menjalani prosedur hemodialisa atau cuci darah pada 2024, yang memicu biaya penanganan yang mencapai Rp11 triliun. Sementara laporan Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) tahun 2023, jumlah pasien yang menjalani cuci darah secara kumulatif mencapai 60.526, dengan total prevalensi 127.900 pasien. Salah satu pasien cuci darah tersebut adalah Eko (33, bukan nama sebenarnya) warga Kecamatan Gedangan, Kabupaten Malang.

1. Kisah Eko, mengalami gagal ginjal karena mengonsumsi jamu diet

ilustrasi jamu (vecteezy.com/onyengradar)

Eko menceritakan jika ia harus mengalami nasib memilukan ini karena mengkonsumsi jamu diet yang sempat viral di media sosial. Ia tertarik mengonsumsi jamu ini karena ia kesulitan mengontrol berat badannya, sehingga ia termakan bujuk rayu iklan di media sosial.

"Jadi awalnya saya konsumsi jamu diet ini pada 2013 saat kuliah, saat itu saya ikut semacam ajang pencarian bakat untuk model gitu. Saya kan memang sejak SMP gendut banget, kemudian SMA mulai agak turun berat badannya, kemudian saat mulai kuliah itu nyoba segala cara bisa cepat turun berat badan saya," terangnya pada Rabu (19/3/2025).

Eko awalnya tidak curiga dengan jamu tersebut. Menurutnya jamu tersebut dibuat dari ramuan herbal, ia merasa tidak akan ada efek samping dari konsumsi jangka panjang. Sebenarnya ia mulai merasa sering lelah setelah mengkonsumsi jamu tersebut selama 6 bulan, tapi ia tak menghiraukan masalah tersebut, ia merasa jika rasa lelah tersebut karena tugas-tugas kuliahnya yang menumpuk. Tapi perkiraannya salah, ia tiba-tiba drop pada Oktober 2024 saat tengah berada di kampus.

"Seingat saya tiba-tiba pingsan siang hari di kampus, kemudian langsung dibawa ke klinik kampus, selanjutnya dirujuk ke rumah sakit. Setelah sehari, orangtua saya bilang kalau kedua ginjal saya sudah tidak berfungsi," bebernya.

2. Eko harus cuci darah 3 kali seminggu dan setiap hari ganti cairan tubuh 4 kali sehari seumur hidupnya

ilustrasi ginjal manusia. (unsplash.com/julien Tromeur)

Ketika ia didiagnosa mengalami gagal ginjal kronis stadium 4, Eko merasa dunianya runtuh seketika. Ia tahu penyakit tersebut bisa merenggut nyawanya kapan saja. Terlebih lagi, ia tahu jika biaya untuk pengobatan penyakit ini tidak murah.

Hari-hari Eko juga sudah tidak sama lagi, ia kini harus rutin melakukan cuci darah di RS Saiful Anwar Kota Malang sebanyak 3 kali seminggu. Ia juga harus mengganti cairan tubuh secara mandiri menggunakan selang sebanyak 4 kali sehari. Tapi untungnya semua biaya ini masih bisa ditanggung melalui BPJS.

"Lucunya, saya dulu pingin kurus, sekarang benar-benar kurus karena penyakit ini. Tapi ya mau gimana lagi, mungkin ini cobaan untuk saya, jadi ya hanya bisa diterima saja," ujarnya sambil tersenyum getir.

3. Tersisa penyesalan pada Eko, kenapa ia mengonsumsi jamu diet

Ilustrasi jamu. (pexels.com/Arina Krasnikova)

Eko sendiri mengaku masih memiliki penyesalan kenapa ia tergiur mengkonsumsi jamu diet tersebut. Ia sempat menghubungi sales jamu tersebut untuk meminta pertanggungjawaban, tapi sales jamu yang ia ketahui ada di Tulungagung tersebut hilang melarikan diri. Produk jamu diet tersebut kini juga hilang bak ditelan bumi.

"Penyesalan saya ya karena penyakit ini jadi tidak bisa kerja berat, mimpi-mimpi saya jadi banyak yang harus terkubur. Saya gak bisa kerja jauh dari rumah, tidak memungkinkan kalau harus memantau," tandasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rizal Adhi Pratama
EditorRizal Adhi Pratama
Follow Us